MISTERI NENEK KEBAYAN (BAB 2)
"Lagi ngapain sih? kok rame banget?" tanya Riana heran, sambil berdiri di belakang ku. Kinan meletak kan telunjuk di bibir, menyuruh nya diam. Sementara aku menunjuk ke depan, ke arah segerombolan anak-anak yang berjalan melingkar. Memutari teman mereka yang berdiri di tengah dengan mata tertutup kain. Sambil berjalan, mereka menyanyikan potongan lagu.
Nenek nenek si bongkok tiga
Siang mengantuk malam berjaga
Cari cucu dimana ada
Nenek kahwin dengan anak raja
"Semua cucu, sakit kaki!"
seru seorang gadis kecil yg berdiri
di tengah. Serempak, semua temannya berjongkok.
Cucu-cucu tak dapat lari
Nenek tua banyak sakti
Sekarang nenek nak cari ganti
Siapa yang kena di yang jadi
"Oh... permainan nenek kebayan ternyata," gumam Riana sambil mengangguk-angguk. "Kamu tau permainan ini kah Riana?" tanya Kinan. "Tau. Aku bahkan tau nenek kebayan itu siapa," jawab Riana. "memang nya nenek kebayan itu siapa?" kali aku yang bertanya.
"Nenek kebayan, adalah hantu dari Malaysia yang suka menakuti anak-anak. Di siang hari, ia menampakan diri sebagai nenel tua. Tetapi di malam hari ia menampakan diri sebagai wanita cantik. Ia suka tinggal di rumah tua, atau kolong atap rumah yang terlalu kotor. Jika dia tinggal di kolong atap rumah mu, maka ia akan mengintip ketika ku belum tidur. Dan permainan nenek kebayan cukap diminati di Malaysia" Riana menjelaskan panjang lebar. "hi... seram nya," kata Kinan sambil pura-pura bergidik.
"Udah ah, daripada kalian bengong nggak jelas disini, mending sarapan. Makanan udah jadi tuh," kata Riana sambil menunjuk ke dalam rumah. "Iya. Lagipula, kita kan habis dari perjalanan panjang, ada baiknya jika kita makan dulu," kata ku sambil berbalik, mengikuti langkah Riana ke dalam rumah. Dengan malas-malasan, Kinan dan Rian mengikuti langkah ku
***
" Eh, tau nggak? kemarin, aku dan Rian ketemu nenek tua, dan malam hari nya, ketika kami membeli gula yang mendadak habis, kami bertemu gadis cantik yang wajah nya mirip dengan si nenek tua. Kami curiga, jangan-jangan, mereka adalah nenek kebayan," cerita Kinan sambil mengambil bekal makanan kami. "Halah... kebetulan aja itu mah," komentar Riana.
"Oh ya, ada lagi. Malam harinya, ketika aku hampir tertidur, aku melihat ada sepasang mata yang mengintip melalui celah atap. Itu bisa aja nenek kebayan kan?" kali ini Rian yang bercerita. "Palingan mata kucing," sekarang aku yang berkomentar. "Tak percaya sudah. Tapi aku hanya ingin mengingat kan, mulai sekarang berhati-hati lah. karena bahaya mengincar dimana saja," nasihat Kinan. "Baik lah Abang Kinan," ujar ku dan Riana bersamaan. Kami tahu Kinan dan Rian tidak suka suka di panggil
abang, karena meskipun usia mereka lebih tua dan mereka kakak sepupu kami, usia kami berempat hanya berbeda hitungan bulan. Dan benar saja, selama sisa pendakian kami, mereka lebih banyak diam nya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
kak, ada tulisan yang salah, coba dicek lagi, ya kak. nenel, harusnya nenek
Terima kasih telah mengingat kan
Sangat menyenangkan