MISTERI NENEK KEBAYAN (BAB 5)
"Jadi, gadis cantik itu adalah temanmu, dan dari lahir wajahnya memang sudah mirip dengan neneknya?" tanya Kinan setelah Fina selesai bercerita. Fina yang sebenarnya bisa bahasa Indonesia mengangguk sambil mencomot potongan singkong. "Tuh, dengar. yang namanya nenek kebayan tidak ada. Yang ada, adalah seorang nenek dan cucunya. Lagipula, apanya yang aneh? Toh, mukanya kalian juga mirip sama almarhum kakek," kata Riana sambil menyikut lengan Rian yang duduk di sebelahnya.
"Tapi, yang ketawa tengah malam itu siapa dong?" aku bertanya. Teringat kejadian kemarin malam. "Apakah mungkin itu burung enggang alias rangkong? Soalnya aku pernah baca, bahwa burung enggang akan mengeluarkan suara yang nyaring dan terkadang menakutkan. Oleh sebab itu burung enggang dikeramatkan suku Dayak," Riana bertanya sekaligus memberikan informasi tentang burung enggang. "Masalahnya, burung enggang akan 'berteriak' jika hendak terbang. Tetapi setelah kita mendengar suara itu, nggak ada tuh suara kepakan sayap," aku menyangkal.
"Atau mungkin burung gagak? Bukannya burung gagak bisa tertawa seperti manusia?" Fina mengatakan kemungkinan lainnya. "Apakah burung gagak adalah hewan nokturnal?" aku bertanya balik. Fina menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menggeleng. "Hm... guys, kayaknya kami bisa deh menjelaskan kejadian itu," kata Kinan tiba-tiba. "Sebenarnya, suara tawa itu adalah..." "Suara kami," Rian menyelesaikan kalimat Kinan. Riana langsung menginjak kaki kedua sepupu kami itu setelah Kinan selesai berbicara.
"Hoi, kami ini abang kau. Jangan asal main injak dong! Sakit tau," protes Kinan. "Biarin. Siapa suruh ngisengin orang?! Mentang-mentang kalian abang, tega bener sama sepupu sendiri," Riana tidak menghiraukan protes Kinan. Sementara aku dan Fina hanya senyum-senyum geli melihat pertengkaran mereka. "Itu berarti, betul lah mata itu adalah matanya kucing," aku menyimpulkan. "Kucing? Sepertinya tidak mungkin deh ada kucing yang masuk ke rumah ini. Karena seminggu sebelum kalian datang, sudah ku pastikan semua ventilasi di rumah ini dipasangi jaring besi. Jadi tidak ada kemungkinan kucing bisa masuk melalui ventilasi," Fina menyangkal kalimat ku. Demi mendengar kalimat Fina, ketiga sepupuku berhenti bertengkar. Dan kami saling bertukar pandang.
Itu berarti...!?
Ini adalah bagian terakhir dari petualangan Kirana di Malaysia. Tapi tenang, setelah ini, Kirana dan ketiga sepupunya akan melanjutkan petualangan ke tempat lain. Dan tujuan selanjutnya adalah Kalimantan, tempat asal Kirana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aku boleh minta nomor wa kamu