RIDENTI CHAPTER 3
Sementara itu, yang punya buku sudah selesai tanpa objek. Dengan tampang cemberut, Dirga mengambil buku tulisnya, dan Putra mengambil buku diary . Oyen yang terjatuh dari atas buku mengeong protes, yang dibalas Putra dengan sinar mata tajam. membuat kucing berwarna oren tersebut terdiam ketakutan.
“Oke, kalo gitu kita mulai diskusinya. Tapi sebelum itu, Mas, tu buku lo salah bawa isinya apaan?,” tanya Dirga yang masih kesal pada Kakaknya. “Lihat sendiri,” jawab Putra sambil melempar buku itu kesembarang arah. Yang ajaibnya dapat ditangkap oleh adiknya.
“Ini buku diary tapi kok isinya coretan semua ya?,” Dirga mengangkat sebelah alisnya heran. “Itu karena lo kurang pintar,” ledek Putra. “Sembarangan! Lihat sendiri nih kalo nggak percaya!,” kata Dirga kesal seraya melempar buku itu kepada kakaknya.
Putra menutup mata ketika buku itu mengenai wajahnya. Ia membaca diary itu lantas terdiam. Wajahnya kebingungan. Dirga yang melihatnya memasang senyuman meledek. “Nyerah,” ujarnya datar dan meletakan buku itu di sembarang tempat.
Dirga yang mendengarnya langsung meluncurkan ledekan, yang Putra balas dengan jitakan kecil. Dan ujung-ujungnya berakhir dengan pertengkaran. Hayu yang malas menonton Si Kembar bertengkar memutuskan bermain dengan Oyen, sedangkan aku melirik diary yang terbuka.
“Resma tama? Nama apa itu?,”gumamku bingung. “Eh? Resma tama? Wah, Nesia bisa baca ya coret-coretan itu? Keren! Memang gimana Nes cara bacanya?,” tanya Hayu penasaran. “Lho, kamu nggak bisa baca?,” aku balas bertanya heran. “Nggak bisa, makanya aku minta tolong diajarin Nesia. Bisa kan?,” pintanya dengan mata berbinar lucu.
“Aku nggak bisa ngajarin. Kubacakan saja mau nggak?,” tawarku. “Mau! Tolong bacakan ya Nes,” jawabnya bersemangat. Aku tersenyum kecil melihat wajah penasarannya yang menurutku menggemaskan. Lantas mulai membacakan isi buku itu.
“Resma Tama, 12 Nio 1256 Aku tahu, tak seharusnya Katryn sepertiku berkeliaran di tempat seperti ini. Tapi aku tak peduli, karena inilah satu-satuya cara untuk mewujudkan impianku.
Resma Tama, 15 Nio 1256 Aku menyadari bahwa aku telah membuat kesalahan besar ketika hutan mendadak menjadi hening. Tapi semuanya sudah terlambat. Aku sudah tahu konsekuensinya dari awal, jadi aku tak akan kabur walau malam ini harus mati sekalipun...
Resma Tama, 25 Nio 1256 Rasanya seperti mimpi. Setelah pertarungan sengit yang sepertinya berlangsung selama berabad-abad, orang itu akhirnya pergi! Tubuhku bahkan masih lengkap tak kurang satu apapun. Walaupun begitu, kupikir tidurku tak akan pernah tenang mulai saat ini.
Entah apa yang terjadi. Yang jelas akhir-akhir ini, mimpiku selalu digentayangi sesosok makhluk dengan kulit pucat, muka tirus, serta mata biru malam yang menawan. Sepertinya itulah kutukan yang kudapatkan, karena telah mengganggu Arpi, sang Elang Sal-Waa!”
Aku kaget ketika Oyen 'terbang' ke arahku. Hayu yang melihatnya langsung menangkap dan memeluk kucing pendek itu erat-erat, lalu memintaku untuk melanjutkan cerita. Meskipun perasaan sudah tak enak, tapi kuputuskan untuk melanjutkan membaca buku harian tersebut.
...Arpy, Sang Elang Salju
Aku menghela napas panjang setelah selesai membaca bagian tersebut. Ku toleh kan memperhatikan ke samping, dan kaget melihat Si Kembar yang duduk takzim mendengarkanku bercerita.
Baru saja Hayu mau berkomentar, tiba-tiba saja angin berhembus kencang di sekitar kita. Dan sayup-sayup, tersengar suara seperti berbisik mengatakan...
"Ada yang bisa saya bantu, Katryn?,"
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
lanjut dong!plisss!