RIDENTI CHAPTER 1
“Eh, kamu sekelompok sama Dirga nggak?,”
“Enggak nih, kalo kamu?,”
“Aku nggak juga,”
“Yah, sayang banget ya. Padahal kalo sekelompok sama Dirga pasti enak, 'kan dia pintar,”
“Apalagi dia ganteng, 'kan lumayan bisa cuci mata,”
Aku merinding geli mendengar percakapan dua orang siswi disebelahku. Kakiku melangkah ke pojokan kelas, dimana arah suara itu berasal. Begitu sampai disana, seorang pemuda mempersilakanku duduk dengan senyuman hangat dibibirnya.
“Kita perkenalan dulu ya. Kenalkan, namaku Dirga. Sementara manusia yang tidak berniat hidup ini namanya Putra, kata Dirga memperkenalkan dirinya memperkenalkan siswa yang disebelahnya, yang sepertinya adalah kembarannya.
“Lu niat ngenalin gue nggak sih?,” tanya Putra kesal. “Niat kok. W kan cuma mengatakan sebenarnya,” kata Dirga dengan wajah polos. Putra memandang kesal, sementara aku dan siswi disebelahku hanya menyaksikan menyaksikan kakak-beradik tersebut.
“Ahaha, maaf atas barusan. Oh ya, kalau boleh tahu, nama kalian siapa?,” tanya Dirga sambil mengusap kepalanya yang tadi dijitak kecil oleh Kakaknya. “Namaku Hayu,” kata siswi di sebelahku malu-malu. “Nesia,” jawabku singkat. “Oalah, oke. Yuk kita mulai diskusinya,” kata Dirga sambil membuka bukunya. Selama komunikasi, aku memperhatikan anggota kelompokku.
Dari kelakuannya, Hayu adalah murid pemalu. Sebuah jepit rambut bergambar doraemon menempel di salah satu sisi yang bergelombang dan panjang batas tepi, kulitnya kuning langsat, pipinya chubby, gigi kelinci, wajahnya wajah bayi, tinggi sekitar 160-an, dan matanya yang bulat berwarna cokelat cerah.
Sedangkan Dirga, ia adalah pribadi yang aktif dan selalu tersenyum, berbeda dengan kembarannya yang tak banyak bicara dan bertampang datar. Dirga adalah pemuda bertubuh tinggi tegap, kulitnya sawo matang, tinggi tubuh tinggi dan sedikit berantakan, jaring cokelat gelapnya bersinar tajam saat hangat, wajahnya bulat, dan garis rahangnya tegas.
Walaupun secara sifat dan kakaknya berbanding terbalik, tetapi secara fisik mereka benar-benar mirip. Yang membedakan hanya Dirga yang memiliki goresan di alis kanannya, sementara Putra di alis kirinya, serta penampilan Dirga lebih rapi dibandingkan penampilan saudaranya yang rada berantakan.
“Waktu sudah habis, silakan kembali ke bangkunya masing-masing dan istirahat,” kata guru prakarya sambil merapikan bukunya. “Sampai jumpa semuanya. Dan Nes jangan lupa ya, Sabtu nanti alias besok kita kumpul dirumahmu buat ngerjain tugas,” pesan Dirga. Aku mengiyakan lantas berjalan menuju mejaku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar