10# Sumur di Kontrakkan
Cerita ini adalah alasan kenapa aku memaksa suamiku untuk segera pindah dari kontrakkan. Padahal, masa tenggangnya masih beberapa bulan lagi. Di sisi lain, rumah juga belum selesai dibangun. Namun, aku tetap bersikeras memaksa suamiku untuk segera pindah. Terserah ke mana, boleh juga tinggal sebentar dengan ibu. Asal, aku segera meninggalkan dan melupakan pengalaman buruk di kontrakkan itu. Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya. Aku menunggu suamiku untuk pulang kerja. Biasanya, dia akan pulang di jam 8 malam. Namun, jam di dinding waktu itu sudah menunjukkan pukul 21.30. Entahlah, tiba-tiba saja aku merasa khawatir waktu itu. Apakah dia mengalami nasib yang buruk? Pikirku. Segera ku tepis pikiranku yang tidak-tidak. Aku juga tidak boleh berpikiran buruk. Kulanjutkan acaraku menonton televisi sendirian. Yeah, waktu itu aku dan suamiku masih setahun menikah dan belum berencana punya asuhan. Rencananya, setelah kami selesai membangun rumah akan membahas masalah itu kembali. Dan itu, membuatku sendirian di setiap malam. Menunggu suami untuk pulang ke kontrakkan. Namun, mendadak saja televisi yang kutonton mati dengan tiba-tiba. Aku mengernyitkan dahiku, lantas segera mencari remote televisi. "Remotnya ke mana, 'ya?" gumamku sembari kebingungan sendiri. Mengacak-acak sofa yang menjadi kursi saat menonton televisi. Sayangnya, aku tidak menemukan remote itu di mana-mana. "Perasaan, tadi aku taruh di samping bantal deh. Kenapa sekarang nggak ada?" Di tengah-tengah kesibukkanku mencari remote televisi. Aku mendengar sebuah langkahan kaki, kemudian berlanjut ketukan pintu. "Iya!" balasku sedikit berteriak dari dalam dan segera berjalan ke depan. Membukakan pintu serta berharap suamiku sudah pulang. Seketika aku terdiam. Ketika aku menemukan seorang wanita dengan baju putih lusuhnya yang berdiri di depan kontrakkanku itu. Sepertinya, dia yang mengetuk pintu. Pikirku. "Ada yang bisa aku bantu, Mbak?" tanyaku. Wajahnya pucat. Putih dan terlihat anemia. Ditambah, bibirnya berwarna merah dan sedikit berkilau. Tatapannya menatapku tajam. Mungkin, sorot matanya memang begitu. Dengan susah payah, ia terlihat mengucapkan sesuatu. "Air," ucapnya pendek dengan suara seraknya. Aku mencoba mencerna ucapannya. Kenapa dia berkata, 'air'? "Oh, Mbaknya mau air? Saya ambilkan, 'ya?" tawarku balik setelah mengambil kesimpulan. Segera ku berjalan ke dapur untuk mengambil permintaan kecil seorang perempuan itu. Bahkan, aku sampai lupa untuk tidak mempersilahkannya masuk untuk duduk menunggu. Alhasil, aku segera menuangkan air dan berjalan kembali ke depan. Namun sayangnya, sosok perempuan tadi sudah tidak ada di ambang pintu. Aku melengok ke kanan dan kiri. Tidak kudapati perempuan itu. Namun, terlihat sekilas bayangan putih yang menelusuri belokan samping rumahku. Segera kupakai sandalku dan mengikutinya. "Mbak! Airnya sudah saya bawakan. Di belakang juga tidak ada apa-apa. Hanya ada sumur tu-" Belum sempat aku mengucapkan kalimatku untuk memperingatkannya. Sosok perempuan itu berdiri di sumur tua belakang kontrakkan. Kemudian, melakukan hal yang membuatku sedikit tercengang. Dia, menjatuhkan diri di sumur itu. Gelas yang kubawa terjatuh seketika, sedikit menggores kakiku. Namun, kuhiraukan rasa perih itu dan segera menghampiri sumur itu. Menengok ke dalamnya dan kulihat hanya sebuah sumur tua gelap dan pengap. Aku mengatur napasku yang tersengal-sengal. Kemudian, segera kukembali ke kontrakkan. Kudapati suamiku sudah pulang dan sedang duduk di sofa dengan raut wajah bimbangnya ketika menatapku baru kembali. Tanpa pertanyaan darinya. Aku menjelaskan secara detail apa yang aku alami. Suamiku hanya tersenyum. Kemudian, mengajak untuk tidur untuk menenangkanku . Mungkin, aku terlalu kelelahan yang menunggunya pulang begitu larut. Aku menurut. Lantas, mulai memejamkan mata. Berusaha untuk melupakan kejadian itu.
Besoknya, aku menceritakan kejadian itu ketika pagi-pagi buta membeli sayur pada mobil keliling kompleks. Ibu-ibu yang mendengarkanku seksama-bahkan sopir mobil sayur-hanya terlihat menelan ludahnya paksa setelah kuakhiri ceritaku. Lantas, kudapati jawaban dari seorang ibu yang sedari awal mendengarkanku.
"Mungkin, arwah di sumur itu memang butuh teman, Mbak. Emang sering kejadian kayak gitu. Mungkin, ini mbaknya termasuk paling lama loh tidak didatangi 'dia' selama beberapa bulan tinggal di kontrakkan itu. Kalau orang-orang lainnya sih, beberapa hari tinggal di situ, udah langsung disamperin dan mengalami kejadian kayak gitu. Syukur Mbaknya nggak kenapa-napa." Seketika, aku terdiam. Membayangkan kembali kejadian tadi malam. Membuatku teringat, sosok perempuan yang menerorku secara tiba-tiba.
:)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjuttttt! I like it! Serem, tapi aku baca pagi-pagi. Semangat!
Wkwkwkwkwkw. Iya, trims ya buat suportnya! ♡
Sama-sama! Iya, ini cerita makin lama makin seraaaammmmmm! Sampai tingkat tertinggi! wkwkwkkw, lebay amat!
Ahahahahahaha. Tingkat tertinggi itu kayak gimana >~<
Wih. Serem. Btw, pertama kali baca ini tuh aku heran, 'kakak.. Udah punya suami?'. Wkwkwk,kan biasanya kk tu cerita edisi hororny nyata. Lah. Kukira kk udah punya suami.... T-T. P
Ohh.. jelas punya dong, para husbu di anime menungguku untuk menjadi istri mereka :". Wkwkwkw. Bercanda. Aku sudah bilang di chapter berapa, aku lupa, kalau cerita ini ada sebagian dari cerita pribadi dan sebagian dari beberapa orang" terdekatku. Menceritakan hal" aneh dan semacamnya :"
T-T haluny lancar amat T-T Oh... Jadi... Itu bukan pengalaman kk. Tapi tetep nyata gt. Gk kk ngarang gt?
Iyaps! Seperti itu. Kalo ngarang sendiri, belum bisa deh kayaknya T~T