1-Seekor Siput?
Aku duduk diam. Menatap diriku pada pantulan cermin di depan. Jantungku tidak pernah sedebar ini. Namun, kurasa ini bukan debaran perasaan baik. Ah, apa yang aku pikirkan. Sudah pasti ini bukan perasaan buruk, mungkin.
“Nona?” panggil bibi Rena, Kepala Pelayan di rumah. Aku tidak mengerti, dari sekian banyaknya pelayan di sini. Hanya bibi Rena yang selalu paham dengan jalan pikiranku. Apakah karena ia sudah mengasuhku sejak 19 tahun ini?
“Iya?” responku. Menatap bibi Rena dari pantulan cermin yang sedang menyisir rambutku.
“Saya tidak menyangka.. selama 19 tahun saya melihat Nona yang masih bermain seperti anak-anak. Kini, saya melihat Nona benar-benar beranjak dewasa, memulai kehidupan baru yang sesungguhnya,” ucap bibi Rena.
Aku menelan ludah. Sejujurnya, aku juga masih belum mau meninggalkan kenangan pada rumah ini. Namun, mau tidak mau aku pasti akan beranjak meninggalkan rumah ini. Menyimpan segala kenangan di rumah ini.
“Kirana pastikan. Kelak, Kirana akan tetap mengunjungi bibi di rumah,” jawabku.
Sosok itu tersenyum. Mungkin, ia lega mendengar ucapan itu. Akan tetapi, senyum itu juga terlihat tidak bahagia, seolah belum rela ketika mendapati sosok kesayangannya harus meninggalkannya.
“Terima kasih, Nona. Nona Kirana adalah sosok yang sangat baik pada saya setelah Tuan dan mendiang Nyonya,” balasnya. Aku masih tersenyum, tidak mungkin aku memudarkan senyumanku untuknya. Bibi Rena adalah teman baik untukku.
Brak!
“Kakak!” panggil adikku satu-satunya, Dewi Galuh, yang berdiri di ambang pintu setelah membuka keras pintu kamarku.
“Apa?” responku dengan menatapnya dari pantulan cermin. Bibi Rena masih belum selesai menata rambutku.
“Sampai kapan, Kakak, akan berdandan?! Para tamu undangan sudah menanti Kakak dari tadi!” ucap Galuh, sepertinya ia juga kesal dengan penantian seorang pengantin perempuan ini.
“Sudah selesai, Nona,” respon bibi Rena sembari menjepitkan jepitan bunga pada pelipis kananku.
Aku mengangguk. Memberikan rasa terima kasih pada bibi Rena yang seharian penuh mengurus persiapanku.
“Ayolah! Biar aku yang antar, Kakak!” ucap Galuh. Bisakah ia sabar sedikit? Gaun yang kukenakan tidaklah mudah untuk membuatku berjalan cepat nantinya. Kuharap, ia mampu bersabar.
Aku menatap bibi Rena. Memandang keriputnya yang terlihat pada lekukan wajahnya. Ia sudah cukup tua untuk masih bekerja di sini. Kurasa, umurnya sudah mencapai 50 tahun. Bukankah seharusnya ia sudah mengambil pemberhentian bekerja?
“Nona,” ucap bibi Rena padaku ketika aku hendak beranjak pergi, “pakailah ini. Saya merasa akan ada hal yang tidak baik menimpa Nona. Walau saya tidak bisa memastikan, tapi saya harap ini bisa membantu Nona kelak,” lanjutnya sembari memakaikan gelang cantik pada pergelangan tanganku.
Aku masih menatapnya. Mungkin, ini menjadi hal terakhir aku bisa berinteraksi dengannya. Kenangan-kenanganku bersamanya selama 19 tahun ini, kembali memutar pada otakku.
“Terima kasih,” ucapku dengan suara lemah. Entahlah, aku masih merasa berat untuk meninggalkan bibi Rena.
Segera aku berjalan menuju Galuh yang menunggu dari ambang pintu. Alisnya sedikit mengerut, kurasa ia cukup lelah untuk menunggu.
“Maaf, Galu-”
“Sudahlah! Ayo!” potongnya dan segera menarikku, menuruni tangga yang berbelok pada sudutnya.
Kuangkat gaunku agar tidak terinjak dan itu akan membuat terjantuh nantinya. Gaun ini terlalu menyusahkan. Namun, karena hari ini adalah hari yang begitu istimewa. Mana mungkin aku akan mengecewakan ayah pada hari seistemewa ini.
Hari ini, di malam ini. Aku akan meninggalkan rumah ini. Rumah yang menyimpan segala kenanganku selama 19 tahun. Memulai kehidupan baru bersama calon suamiku. Di rumahnya, menulis sejarah baru pada lembaran hidupku bersamanya.
“Kita sambut..,” ucap seorang pembawa acara malam itu, “Putri Candra Kirana!” lanjutnya yang diiringi tepukan tangan dari para undangan.
Aku menarik sudut bibir. Memberikan kesan indah pada raut wajah. Mengangguk pada para undangan, pertanda memberikan salam pada mereka. Lantas, aku berjalan mendekati sosok yang berdiri di depan para undangan. Memakai jas hitam dengan memberikan senyum ketika ia menatap.
“Kirana,” panggilnya ketika aku sudah tepat berada di depannya.
Aku terdiam menatapnya.
"Apakah kedua mempelai siap?"
Kami mengangguk.
“Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, maka saya Inu Kertapatih, dengan niat yang suci dan ikhlas hati telah memilihmu Candra Kirana menjadi istri saya,” ucap Inu padaku.
Aku mengangguk. Tidak juga memudarkan senyumku. “Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, maka saya Candra Kirana, dengan niat yang suci dan ikhlas hati telah memilihmu Inu Kertapatih menjadi-ah!” ucapku mengikutinya. Namun, belum sempat aku mengucapkan dua kata terakhir. Tiba-tiba saja, bibirku tergigit. Membuat setitik darah pada bibirku.
Sontak seluruh tamu undangan kaget dengan adegan yang terjadi pada upacara pertunangan kali itu. Bisik-bisik mulai kudengar. Tidak peduli mereka sedang menggunjing seorang gadis bangsawan ini, maupun terheran melihat kejadian ini. Aku menyentuh bibir, kurasa ini tidak akan hilang jika aku hanya menggoreskannya pada sarung tangan.
“Mohon maaf, bisakah saya meminta izin untuk ke toilet sebentar?” tanyaku.
Ayah menganggukkan kepalanya dengan raut wajah yang khawatir. Bagaimana tidak khawatir dengan kejadian seperti ini?
Segera kulangkahkan kaki menuju kamar mandi.
“Tunggu, Kak,” ucap Galuh tiba-tiba. Menarik tanganku kembali, membuatku berhenti dan menatapnya.
“Ada apa?” tanyaku balik.
“Kakak baik-baik saja, ‘kan?” tanyanya.
Aku mengerutkan kening. Galuh tidak pernah peduli pada siapapun selama ini, bahkan padaku. Ah, mungkin karena hari ini adalah hari terakhir aku dan dia bisa bermain bersama.
“Kakak akan baik-baik saja,” balasku.
Galuh tersenyum miring. Lantas, memberikan sapu tangan dari sakunya padaku. “Kurasa, bibir kakak tidak akan kering secepatnya setelah dibasuh air,” jelasnya.
“Terima kasih, Galuh,” responku. Kurasa, Galuh benar. Aku juga tidak membawa tisu maupun sapu tangan.
Segera kumasuk ke kamar mandi. Melepas sarung tangan dan mengambil air untuk membasuh lukanya. Aku menatap cermin, melihat bibirku yang tergigit.
“Kenapa aku seceroboh itu ketika mengucapkan janji suci?!” kesalku sembari mengelap bibir menggunakan sapu tangan.
Namun, tidak selang berapa lama aku mengusap luka itu, tiba-tiba kepalaku terasa berat. Dunia di sekitarku terasa berputar. Bahkan, seakan-akan semua benda di sampingku terasa besar dengan perlahan secara mendadak.
Tunggu, kenapa aku tidak bisa berjalan? Kenapa kakiku terasa berat untuk digerakkan?!
"Tolong!"
Ah, kenapa suaraku tidak keluar?! Ada apa?
Aku bimbang. Aku menoleh. Menatap diriku dari pantulan lantai. Lantas, apa yang kulihat membuatku benar-benar tidak percaya. Apakah itu aku, atau bukan? Namun, kurasa itu benar. Bahwa itu adalah aku.
Aku seekor siput?!
Bersambung
Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!
-Terima kasih atas dukungan kalian :)
Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^
Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^
Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]
Salam Penulis,
Jasmine Sonia Failasufa
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus! Lanjutttt!
Iya, trims ya buat suportnya! ♡
Omaygaaaaat. Aq bhapher. Bhapher sumpah. Waktu bagian nikah annya itu. Bhapher shumphah. Semangat ka!!
Wkwkwkw. Kasian ngga jadi nikah :( iya, trims ya buat suportnya! ♡
Iy.... Akhirnya malah buat terdiam gt
Hiks :(
Omaygaaaaat. Aq bhapher. Bhapher sumpah. Waktu bagian nikah annya itu. Bhapher shumphah. Semangat ka!!
Aaaaaa....... padahl ms seru kenapa bersambung aku mau tnya 1. Bagaimana itu lanjutnya? Dah.
Hehehe, udah update kok! Dibaca yuk kalau penasaran >~<
Yeyy semangat kakk
Iya, trims ya buat suportnya! ♡