Irma Cahaya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru, Penerang Dalam Gulita

Guru, Penerang Dalam Gulita

Guru, menurut pemahamanku berasal dari dua kata, yaitu di gugu dan di tiru. Ketika kata guru di ucap yang terbesit adalah bayangan seorang yang sedang menyampaikan tugas mulia, berdiri di depan para muridnya sambil memberikan penjelasan tentang apa yang sedang di pelajari mereka hari itu.

Benar kata pepatah guru itu adalah pahlawan tanpa tanda jasa, dari didikan seorang gurulah lahir banyak orang-orang hebat dan luar biasa, seperti Tentara, Polisi, Dokter, seorang bupati, gubernur, bahkan sampai presiden sekali pun, itu semua buah hasil dari didikan seorang guru. Dan dari situlah bukti bahwa seorang guru benar-benar dikatakan pahlawan tanpa jasa, karena begitu banyak anak muridnya yang menjadi sukses, seorang guru tetaplah menjadi guru dan tidak meminta imbalan kepada anak muridnya yang telah sukses.

Aku, sangat berterima kasih kepada guru-guruku. Karena dengan adanya beliau aku bisa memahami banyak hal, baik itu dari hal ilmu pengetahuan, ilmu agama yang didalamnya di ajarkan tentang akhlak, sopan santun, dan adab yang menjadikan aku menjadi insan yang lebih tertib dalam menjalankan setiap pekerjaanku.

Guruku sekali lagi aku mengucapkan terimakasih kepadamu. Bimbingan dan ajaran serta didikanmu, membuatku dapat memahami bahwa aku harus lebih giat lagi belajar, demi menggapai cita-cita. Perkataan selalu membangkitkan kekuatan belajarku. Perkataanmu selalu membakar semangat membaca dan keingintahuanku, terhadap banyak hal.

Guruku setiap engkau menyampaikan pelajaran, kata-kata yang engkau ucapkan selalu kalimat yang baik. Kalimat yang membuat semua anak muridmu merasa nyaman, senyaman seorang anak terhadap orang tuanya dirumah.

Guruku engkau sangat sabar dalam menyampaikan pelajaran, engkau sangat sabar dengan tingkah laku kami, murid-muridmu. Terkadang tingkah laku kami, membuat terujinya kesabaran dan emosimu. Guruku aku sadar jika tidak ada engkau di depan kelas mungkin kami (murid-murid mu) tidak mengerti apa yang akan kami pelajari, guruku engkau layak di sebut PENERANG DALAM GULITA.

Guruku, engkau adalah renjana bagiku, sosok inspiratif dalam senja. Engkau layak di sebut surya penerang, untuk generasi bangsa. Guruku engkau sangat berjasa bagiku. Engkau sangat memercayai bahwa kami, murid-muridmu, layak dan berhak menerima ilmu yang engkau berikan kepada kami.

Guruku, bagiku kedudukanmu sangat penting di hidupku. Bahkan sangat penting bagi bangsa ini. Engkau selalu mengajarkanku bahwa setiap manusia mempunyai keunikan dan perbedaan satu sama lain. Engkau juga selalu mengingatkan bahwa dengan cara saling menghargai lah dapat menjaga kerukunan hidup dengan perbedaan yang ada.

Engkau pernah berkata bahwa di negara kita ini (Indonesia) mempunyai keragaman budaya, suku, agama dan bahkan bahasa. Dan dari situ sering angkau memberikan penjelasan bahwa Indonesia mempunyai semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang di satukan di bawah UUD 1945 dan dasar negara kita Pancasila, yang simbol kebesarannya Burung Garuda.

Guruku jika ada kata yang lebih tinggi dari menghormati dan menghargai mungkin itu lebih layak di sematkan kepadamu. Karena engkau yang mengajari kami dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, sehingga kami (murid-murid mu) dapat memahami apa yang kami pelajari. Kami sebagai muridmu layak dan harus menghormati seperti kami menghormati orang tua kami.

Mungkin dengan cara memberi salam dan senyuman setiap berjumpa denganmu, mematuhi setiap kata atau perintahmu, berkata lemah lembut kepadamu belum dapat membalas jasa atas pemberian ilmumu kepadaku. Guruku kalau dinilai dengan materi mungkin engkau tidak dapat dibayar. Karena bukan hanya ilmu yang engkau ajarkan. Bukan hanya ilmu yang engkau sampaikan, bukan hanya pemahaman materi yang engkau pahamkan. Akan tetapi, lebih dari mengajar, lebih dari mendidik, lebih dari membimbing engkau berikan kepada kami, murid-murid mu.

Guru, aku berharap, dikemudian hari, engkau tetaplah menjadi guru yang aku kenal sekarang. Aku sangat menyayangimu seperti aku menyayangi orang tuaku.

Bionarasi :

Namaku Irma Cahaya. Murid kelas empat, SDN 118380 Kampung Mesjid, Kualuh Hilir, Labuhanbatu Utara – Sumatera Utara. Hobi menulis dan membaca. Bercita-cita ingin menjadi seorang dokter agar bisa menolong orang banyak.

Email : [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post