Inaya Hasyatul Ilma

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pintu Kenangan

Pintu Kenangan

Dulu ada anak kecil yang mendekat ke pintu itu. Di sana sudah terdapat 2 orang pria. Pria satunya masih muda dan sehat, sedangkan pria satunya sudah tua dan sedang terbaring di atas meja yang diletakkan di sana.

Anak kecil itu mendekat dan bertanya kepada pria yang masih muda.

" Bi, Mbah Kung kenapa lo? ", tanya nya dengan begitu polos.

Abi sebutan ayah dari anak itu. Pria yang masih muda itu merupakan ayah dari anak itu.

" Mbah kung sampun ditimbali Gusti Allah nduk", jawab abi nya sembari tersenyum kepada anak itu.

Anak itu tidak paham apa yang dikatakan oleh abi nya, namun dia hanya mengangguk dan menjauh dari situ.

Pria tua itu adalah kakek nya yang telah tiada. Kakek nya sedang dipakai kan kain kafan oleh ayahnya. Namun anak kecil itu tidak tahu bahwa itu adalah pertemuan terakhir dengan kakek nya. Anak itu melihat kakek nya dibawa pergi oleh orang yang sangat banyak. Namun tetap saja anak itu tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Waktu semakin berlalu dan anak itu sudah mengerti arti dari ucapan ayah nya. Namun anak itu belum mengerti seutuhnya. Setiap melihat pintu itu ia malah merasa takut untuk mendekat. Karna di berfikir itu adalah tempat disholatkan nya orang yang sudah meninggal. Bahkan ketika diajak masuk ke kamar almarhum kakek nya anak itu selalu menolak dan pergi karna ia tak berani.

Namun sekarang sudah berbeda anak itu telah tumbuh menjadi gadis remaja. Dan yang pasti fikiran nya lebih terbuka. Yang dulunya terlihat biasa tanpa kehadiran seorang kakek. Sekarang ia selalu merasakan rindu setiap saat dan waktu. Setiap melihat kakek dan cucu yang saling bergurau bersama. Ia hanya bisa melihat ke langit dan membayangkan kakeknya masih ada di samping nya.

Ia menyesal sangat menyesal. Mengapa ia dulu sepolos itu?. Mengapa ia tidak tahu bahwa hari itu merupakan terkahir kalinya ia dapat melihat wajah indah kakeknya. Mengapa ia dulu tidak memeluk kakeknya untuk yang terakhir kalinya.

Sekarang ia benar benar merindukan sosok seorang kakek di hidupnya. Ia sangat ingin bercerita banyak ke kakeknya. Menceritakan berat hari hari nya dan lelah nya mengahadapi dunia. Sekarang ia hanya bisa tersenyum simpul setiap melihat pintu itu. Kamar yang dulunya takut untuk ia masuki, sekarang kamar itu merupakan tempat ternyaman nya untuk mengeluarkan semua tangis nya.

Pintu yang memiliki banyak kenangan di hidupnya. Pintu yang menjadi saksi pertemuan terakhir dia bersama orang yang sering ia panggil dengan sebutan Mbah Kung. Ia selalu berdoa agar mereka dipertemukan kembali di SyurgaNya kelak.

.

.

.

-Real Story by me-

Naya, 21-03-2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus ceritanya

23 Mar
Balas

Trimakasih kak

28 Mar



search

New Post