MENTARI YANG MENGHILANG part 2
Part 2
keesokan paginya aku bangun pada pukul 4.00WIB, aku langsung bergegas mandi dan bersiap shalat subuh di masjid, namun aku terkejut setelah melihat emak sudah tidak ada di kamarnya lagi, setelah ku telusuri ternyata emak ada di dapur.
“emak ngapain? Emak kan masih sakit, udah biarin aja, biar Saka yang masak nasi” ujarku
“gak usah Saka, kamu langsung mandi aja shalat subuh abis itu nanti bawa bekel ke sekolah yah. Soalnya ibu belum punya uang buat kamu jajan.” Tuturnya halus senyumpun terpatri di wajahnya.
Aku pun beranjak ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri dan langsung bergegas ke masjid dan melaksanakan shalat subuh. Setelah itu aku pulang menuju rumah. Sesampainya aku di ruma, aku langsung membereskan peralatan sekolahku. Dan mengganti baju seragam. Setelah itu aku pamit pada emak, tak lupa juga ky bawa bekal yang emak buatkan untuk ku. Dan aku pun langsung menuju dermaga untuk menunggu kapal.
Sambil menunggu aku juga membaca buku pelajaran ku dan mengingat ingat pembelajaran sebelumnya. Tak menunggu lama, kapal pun terisi penuh dan kapal kita mulai berangkat. Cuaca hari ini sungguh mengejutkan karena berbanding terbalik dengan kejadian kemarin. Hari ini sungguh cerah dan hanya terlihat sedikit awan dan menunjukan langit yang berwarna biru muda yang indah.
Jujur saja hati ku terasa gusar setelah kejadian kemarin, aku terus memikirkan ke adaan emak. Aku berusaha positif thinking dan menghela nafasku kasar. Aku berjalan dari dermaga dengan wajah yang resah dan gelisah. Dan hari ini pun terasa berjalan begitu lambat namun aku msih dapat menjalaninya.
*** waktu pulang pun tiba. Aku langsung bergegas pulang tanpa melontarkan sepatah katapun ke Senja dan Winda, munkin mereka menganggapku sangat tidak sopan namun yang ada di kepalaku hanya ke adaan emak di rumah. Aku pun langsung berlari menuju kapal dan langsung bergegas pulang.
Sesampainya di rumah aku melihat emak sedang bersiap siap untuk keliling jualan kue berjalan kaki, aku pun langsung berlari dan menghampri emak. Ku cium tangannya dan ku tatap matanya yang sayu.
“ibu kenapa jualan?” tanyaku
“kalo ibu gak jualan nnti kamu sama adik kamu ga bisa makan Saka” tuturnya
“ibu... biar aku aja yang keliling yah, ibu istirahat saja, ibu masih sakit” tuturku halus
“ jangan ibu kuat kok, kamu saja yang istirahat kamu pasti capek abis belajar seharian”
Jujur saja aku bingung dengan tindakan emak, aku tau emak masih sakit tapi kenapa masih bisa tersenyum dan mengatakan hal itu.
“aku ga capek kok mak, aku kan udah biasa kayak gini. Pokoknya aku mau emak istirahat hari ini” tuturku terpoting sambil menarik lengan emak yang entah sejak kapan aku merasa tangan emak semakin kecil dan hanya terlihat tulang.
“aku mau ganti baju dulu biar aku yang keliling pulau yah, kalo emak tetep maksa mau jualan. Aku bakal marah sama emak” jawab ku terkekeh dan terdengar nada yang serius
“maafin emak yah, Saka” sambil memicingkan matanya
“ kenapa emak yang minta maaf, seharusnya aku yang minta maaf, soalnya aku hanya bisa bantu jualan aja” tuturku meyakinkan emak.
Setelah itu aku langsung masuk kedalam rumah dan mengganti pakaianku setelahnya aku bergegas keluar dan membawa kue yang akan aku jual keliling pulau. Namun sebelum itu emak menghentikan langkah ku dan menanyakan sesuatu
“Saka, katnya kamu hari senin mau berangkat karantina yah?”
“ah iya mak, Saka lupa bilangin ke emak. Maaf yah mak, tapi emak tau dari mana?” tanyaku
“umm... emak tau dari pak Samsul” jelasnya terputus
“nanti baju bajunya ibu siapin yah, ibu cuci yang bersih biar kamu keliatan ganteng di sana” katanya sambil menunjukan senyum simpulnya
Entah mengapa aku merasa bahwa senyum simpul itu menyimpan berjuta misteri bagi ku.setelah itu aku pun pamit pada emak, dan tak mencium tangannya. Walau aku merasa agak lelah dan capek namun aku harus kuat dan memikirkan adik ku ADINDA CAHYA, dia senang di panggil Aya, dia adalah adik ku satu satunya dan ia memerlukan perlakuan khusuh. Ya dia adalah anak yang menderita disabilitas tuna rungu atau bisa di bilang kemampuan mendengarnya tak berfunsi jika tak memakai alat bantu.
Aku muali berkeliling,mulai dari jalan utama hingga ke peloksok pulau ku datangi, aku bersyukur walau baru sebentar aku keluar namun se-per empat dari daganganku sudah mulai terjual.
“Saka kemari sebentar!” panggil seorang ibu muda yang memakai kerudung biru
“iya bu, saya kesana” sambil melemparkan senyumanku
“tumben kamu sendirian ibu kamu kemana?” tanya nya sambil memilih kue kue yang aku jual
“ahh... emak lagi gak enak badan, jadi saya yang keliling” jawabku
“ saya mau kue jandaa mengandang1 , kue peler bedebu2, kue selingkuh3, dan kue apem kering4 masing masing dua yah”
Fyi.
Janda mengandang: makanan khas Pulau Seribu, yang terbuat dari tepung sagu,tepung beras, dan kelapa, yang di makan menggunakan campuran kuah yang terbuat dari larutan gula
Peler bedebu: eets jangan salah sangka dulu yah, ini juga salah satu makan khas pulau seribu, yang di mana bentuk nya miripm eperti kelepon namun bahan utamanya dari ubi yang di tumbuk dan di isi gula merah. Biasanya di makan di campuri ampas kelapa.
Selingkuh: jangan salah faham yah kue selingkuh ini mimirip lontong tapi di dalam nya terdapat isian ikan.
Apem kering: kue apem ini ada dua jenis apem kering dan basah. Dan kue apem ini terbuat dari tepung beras, kalau apem basah itu pakai campuran gula jawa yang di larutkan namun kalau apem kering tidak melainkan pakai amapas kelapa dan juga pada saat menjadi adonan apem kering di campur gula sedangkan apem basah tidak.
Back to dialog.
“terima kasih yah bu”
aku pun tersenyum sambil memilah pilihan ibu tersebut ke dalam kantong yang di bawa oleh tersebut. Pemerintah di pulau seribu dudah mulai melarang masyarakat menggunkan kantong plastik, walau pun masih ada warga yang keras kepala akan hal itu. akan tetapi aku tetap mematuhi peraturan pemerintah.
Tak terasa kue jualanku sudah habis dan waktu menunjukan pukul 17.00 WIB. Dan dalam perjalanan pulang aku melihat sesosok anak kecil yang sedang menangis di pinggir jalan, aku pun memicingkan mataku. Aku terkejut ternyata itu adalah Aya. Aku langsung berlari ke arahnya.
“kamu kenapa nangis Aya?”
Krena ia menderita tunarungu atau sulit untuk mendengar aku pun menulikan perkataanku di permukaan tanah. Sambil terisak tangis dia pun menulis kata demi kata yang terangkai
“tadi aya main, trus aya di dorong, terus mereka nulis di tanah, kalo aya anak cacat dan ga pantes buat main sama mereka” tulisnya aya di tanah
Aku pun memeluk aya dan aya pun semakin terlarut dalam sedihnya, lama lama tangisnya mulai mereda. Aku pun membisikan sesuatu ketelinganya, yang menuritku agak keras namun aku tak yaki kataku bisa di dengar oleh Aya.
“kita pulang saja yah. Aya main nya sama kak Saka aja, nanti kita main masak masak yah” kataku untuk menghiburnya
Iya pun mengangguk dan masih terisak, aku pun mengusap air matanya lalu menggendong nya dan tersenyum ke arahnya. Di pertengahan jalan aku memikirkan apa yang di katakan teman Aya kepadanya. Dan aku pun membisikan sesuatu laki ke telinganya
“yang gak pantes main sama Aya tuh mereka, mereka gak tau kalo Aya tuh spesial. Kan Aya R.A Kartini nya kaka, Pahlawan wanita yang bijaksana” kataku menyemangatinya
Aya hanya tersenyum kepadaku dan menunjukan giginya yang rapih tersusun, dan memper erat pelukannya. Entah lah, hatiku terasa sakit melihat air mata adik ku tercinta yang keluar begitu saja, dan dadaku sesak bagaikan di hantam beton yang baja.
Sesampainya aku di rumah, ku turunkan Aya di depan pintu dan Aya pun langsung masuk ke dalam mencari emak. Aku pun masih di depan, dan membereskan tempat kue yang tadi aku bawa jualan keliling. kemudian aku melangkah kan kaki ku masuk ke dalam rumah dan mendapati ibuku yang sudah menyediakan handuk untuk ku mandi.
“ kamu pasti capek nak, kamu mandi gih abis itu siap siap halat maghrib” katanya halus sambil tersenyum
“iya mak, makasih yah” kataku sambil memberikan uang hasil jualan dan mengambil handuk yang emak berikan.
Aku pun langsung mandi dan membersihkan diri, badan ku terasa lengket akibat keringat tadi di sekolah pada jam olahraga. Aliran air di tubuh ku terasa segar. Aku pun keluar dan langsung menuju kamarku untuk mengganti baju ku. Setelah berpakaian aku pu mencuci tempat kue dan pring yang ada di dekat sumur. Stelah selesai aku menunggu waktu maghrib dengan membaca kembali buku catatan sekolah ku di depan ruang tamu.
“Saka, tadi kenapa Aya pulang sama kamu trus matanya sembeb gitu” tanya emak ke diriku. Terlihat jelas bahwa ibu khawatir kepada Aya.
“tadi Aya main, tapi di bully sama teman nya. Kebetulan Saka lewat dan tenangin Aya di jalan” jelasku
“emak mohon sama kamu, apapun yang terjadi tolong lindungin Aya.” Tuturnya dan matanya mulai berkaca kaca
“pasti Saka akan jaga Aya mak, kan Aya adik satu satunya Saka” tuturku meyakinkan emak
Tak lama kemudian adzan pun berkumandang yang menandakan bahwa waktu maghrib sudah masuk dan waktunya para manusia untuk shalat maghrib. Aku pun pamit pada ibu untuk shalat maghrib. Aku pun mulai melangkah kan kakiku ke masjid. Sesampai nya di sana aku langsung mengambil air wudhu dan shalat sunah, lalu tak lama kemudian shalat maghrib pun berlangsung.
Setelah shalat maghrib, aku tidak langsung pulang tapi tadarus Al – Qur’an di masjid sambil menunggu waktu isya. Dan tak terasa waktu isya pun telah tiba dan aku pun mengambil microphone untuk Adzan, setelah adzan ku kumandangkan masyarakat Pulau Panggang pun berkumpul untuk shalat berjama’ah dan kita pun melakasnakan shalat isya berjama’ah.
Setelah shalat isya aku pun pulang ke rumah dengan langkah yang terbilang cukup cepat karena aku sudah mulai lelah. Sesampainya aku di rumah aku melihat Aya di depan rumah yang menungguku. Aku pun menghamprinya dan bertanya kepadanya lewat buku kecil yang di kalunginya tadi ia tak bawa, mungkin tertinggal dan aku menuliskan:
“kenapa Aya masih di luar”
“Aya nunggu kak Saka, kita mau main masak bareng” jawabnya di kertas tersebut
Astaga aku lupa kalau aku ada janji mau main bareng Aya – batinku
“yaudah kita main yuk, tapi sebentar aja yah soalnya udah malem. Kamu harus tidur” tulisku lagi di kertas tersebut
Aku pun bermain bersama Aya, aku masih memakai pakaian shalatku yang tadi, aku bermain bersamanya, namun mataku mulai berat dan aku mulai memejamkan mataku sambil memegang mainan milik Aya, dan tak aku tak sadar kalau Aya menuliskan sesuatu di hadapanku dan membangunkan ku. Kemudaian Aya langsung membereskan mainannya dan menuju tempat tidur. Aku yang masih setengah sadar langsung menyadari kertas yang ada di depanku yang bertuliskan:
“ terima kasih kak Saka udah jadi kakak yang baik, Aya tau kaka lagi ke lelahan tapi kaka masih menepati janji kaka. Terimakasih kak. Kak Saka adalah kaka terhebat bagiku. Terimakasih sudah menemaniku main kak”
Setelah membaca tulisan di secarik kertas tersebut aku langsung menuju tempat tidur Aya, dan ku tatap wajah adik ku yang kini sudah masuk ke alam mimpinya. Aku pun menghampiri adik ku, ke belai kepalanya dan ku cium pucuk kepalanya dengan lembut. Tak kusangka Aya memiliki pemikiran seperti ini.
“Saka...” panggil emak padaku
“ kenapa mak?”
“ ke sini sebentar emak mau ngomong” tuturnta padaku
Aku pun mengikuti perintah emak dan duduk di sampingnya
“Saka, kamu bener mau ikut ajang itu?” tanya nya
“iyah mak, Saka mau naiki derajat kelurga kita mah” kataku sambil tersenyum
“nanti kamu hati hati yah di sana, jaga kesehatan, jangan sampe telat makan, kalo kamu ngerasa gak enak badan kamu langsung bilang panitia aja biar bisa istirahat” kata emak yang terlihat wajah khawatirnya terukir.
“emak ini, jangan ngomong kayak gitu, kan Saka karantinanya cuman di pulau pramuka, pulau seberang. Kalo emak kangen emak bisa liat Saka kok” tuturku menjelaskan dan meyakikan emak
“kalo kamu yang kangen emak?” tanya emak yang lolos begitu saja dari mulutnya
“aku Cuma satu bulan mak, kalau aku kangen sama emak aku btinggal shalat dan berdo’a pada yang maha kuasa agar emak selelu dalam lindungannya” ujarku meyakinkan.
Kemudian senyum pun terpatri di wajahnya, dan emak pun mencium dahiku, enat ada apa dengan emak. Aku pun tersenyum dan mengantar emak ke kamarnya untuk tidur. Dan aku pun langsung tidur di kamar yang sama dengan adik ku namun di kasur yang berbeda.
***
Ke esokan paginya seperti biasa aku memulai hari dengan shalat subuh. Setelah shalat subuh aku langsung mencuci baju di dekat sumur. Ketika aku sedang menjemur baju di halaman rumah tiba tiba ada dua orang datang ke rumahku.
“assalamualaikum, permisi” ucap gadis itu di belakang se orang anak laki laki
“waalaikumsalam, eh Senja sma Winda. Ada apa kemari?” tanyaku
“ kita mau ajakin kamu ke pulau tidung mumpung hari sabtu nih. Tenang aja kita pulang pergi kok gak bakal nginep” kata Senja
“iya saka ikut yuk, temen temen yang lain udah nunggu di dermaga” ajak winda
“umm gimana yah aku khawatir emak sama Aya” kataku
“emak sama Aya gak papa kok Saka, kamu ikut aja. Kamu belum pernah ikut ke sana kan?” katanya meyakin kan ku
“ tapi.....” kataku terpotong
“gak apa apa Saka. Ibu baik kok, kamu hati hati di sana” ujarnya sekali lagi meyakinkan ku.
“yaudah aku ganti baju dulu yah. Tunggu bentar” tuturku
Aku pun langsung mengganti baju ku dan dan keluar kemudian aku mengambil botol minum yang sudah ku isi air. Lalu aku pun keluar dari rumah dan pamit pada emak, tak lupa juga aku mencium tangan emak. Aku Senja dan Winda pun segera berlari ke dermaga.
“kalian cepetan larinya!” teriak seorang wanita dari kapal. Yah siapa lagi kalau bukan bu rose wali kelas kami
Aku, Senja, dan Winda pun mulau mempercepat langkah lari ku. Sesampainya di kapal aku pun duduk dan kebetulan Fandu membawa gitar jadi kita bernyanyi bersama di kapal, mulai dari lagu galau, lagu bucin, hingga lagu mellow pum kami nyanyikan nyanyian kami di iringi oleh desiran ombak kecil di sisi kapal dan baru ku sadari ada sekelompok lumba lumba hidung botol yang mengitingi kapal kami, jujur ini adalah pemandangan yang sangat langka sangat jarang lumba lumba muncul kepermukaan kami pun bersorak ketika salah satu lumba lumba melompat dan melmbung di udara sungguh pemandangan yang indah. tak terasa perjalanan begitu tersasa begitu singkat. Kapal kami pun sudah sampai di tujuan.
“kita langsung ke mana nih Winda?” tanya Senja pada Winda
“yang pertama kita ke....” katanya terputus yang membuat kita prnasaran.
“kita bakal ke Jembatan Cinta atau Love Bridge” tuturnya
“wahh... kita bakal ke jembatan terkenal itu?” tanya Effa
Winda pun hanya mengguk sebagai jawaban yang berarti iya
Tanpa berfikir lama kita lngsung jalan menuju Jembatan Cinta tersebut di mana menurut rumor yang beredar embatan tersebut memiliki kisah yang sangat unik. Selaama perjalanan aku sangat menikmati pemandangan yang ada di sini. Cukup segar dan langit sangat cerah. Rasanya ini hari yang tepat untuk melepas penat.
Tak begitu lama perjalanan kami dari dermaga hingga ke jembatan cinta. Akhirnya kami pun sampai di jembatan cinta, di sini sangat ramai. Aku sangat suka ke adaan di sini, sangat riang dan hangat. Semua pun terpukau ketika menaiki jembatan tersebut kita di suguhkan pemandangan laut yang jernih, dan orang orang yang bermain di pantai. Kami pun ber swafoto di sana dan kami mengambil banyak gambar.
“setelah ini kita shalat zuhur dan kita main ke pantai yah” seru ibu Rose
“siap buuu!” seru Senja ke bu Rose dan di ikuti anak yang lain
Setelah shalat kami pun langsung menuju pantai kami bermain banyak permaianan, mulai dari mengubur diri di pasir, naik banana boat, sampai snorekling kita lakukan di sini. Namun yang sangat aku sukai adalah snorkeling, karena aku dapat melihat ke aneka ragaman hayati yang ada di sini, dan ekosistem di sini cukup terbilang terja karena kita sngat mudah menemukan ikan yang bermain di karang tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 15.00 kita pun langsung begegas pulang ke kapal untuk kembali ke Pulau Panggang, dan Pulau Pramuka.
***
Kami pun smapai pada pukul 15.00 WIB. Aku langsung bergegas menuju rumah untuk membersihkan diriku yang tadi sehabis snorkeling. Dan langsung menjalani aktifitasku seperti biasa yaiyu shalat maghrib, tadaus dan shalat isya.dan setelah itu akupun pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku bertemu dengan emak yang menyiapkan makan malam.
“Saka ayok makan” tuturnya sambil tersenyum.
“emak masih sakit?” tanyaku prihatin
“nggak kok, kamu liat aja emak masih sakit atau udah sehat?” tanya nya dan meyakinkan ku
“syukur deh, tapi wmak jangan sampai kelelahan lagi” jawabku sambil tesenyum
“ yaudah jangan ngobrolnya aja kalian makan yah” emak sambi menuntun Aya ke tempat kami akan amakan
Kami pun makan tanpa ada beban terkadang aku sedikit mejahili Aya dengan mengambil ikan gorengnya namun Aya hanya tertawa dan tak marah dengan tingkahku namun, ia membalasku dengan carameminum air minumku. Yah walau sederhana kami akan tetap harmonis seperti ini. Setelah makan aku, emak dan Aya berkumpul di ruang tamu.
“gimana tadi? Seru gak?” tanya ibu ke aku
“seru kok tapi kurang enak kalo emak sama Aya gak ikut.” Kata ku terputus
“nanti aku bakal ajak emak sama Aya ke Pulau Tidung yah.” Lanjutku sambil tersenyum
“gak usah ah. Gak apa apa, emak gak suka bepergian jauh” jawab emak padaku
Aku pun hanya tersenyum dan emak menyuruh kami untuk tidur.
Tak terasa hari diman aku akan karantina pun datang dan aku sudah persiapan hal tersebut dari jauh jauh hari. Walau pun hari masih gelap tapi aku masih ada yang kuran dan aku pun mencari cari apa yang kurang dan di bantu oleh emak.
“apa lagi yang kurang?” yanya emak padaku
“udah lengkap semua mak” jwabku
“handuk? Peralatan mandi? Obat sakit perut? Baju kaos?” tanya nya bertubi tubi
“ibu, semuanya udah siap, aku tunggal brangkat aja” tuturku sambil tersenyum ke ibu.
Ku pandang ke wajahnya ada raut muka khawatir padaku
“kamu jaga kesehatan yah di sana, janagn lupa makan, jangan nakal, hati hati di sana” tuturnya
“iyah emak ku yang paling cantik”. Aku pun mencium tangan nya
Dan emak langsung memeluk diriku erat entah mengapa tapi air mataku terasa ingin menetes dan aku rasakan pelukan itu semaki erat dan semakin membuatku tak ingin pisah dari emak. hatiku merasa tercabik dan teriris, namun aku tak tahu apa yang aku tangisi.
“emak jangan lupa dateng yah di grand final nanti. Kasih dukungan buat Saka” kataku bergetar
“Aya, kamu kesini,” panggilku sambil melambai kan tangan menunjukan bahwa aku memanggilnya
“Aya, jagain emak yah. Kalo emak kerja berat berat kamu ingetin biar ibu gak kerja berat. Oke” tulisku di kertas dan ku berikan kepadanya.
Setelah membacanya Aya hanya mengangguk pelan menandakan ia paham. Setelah itu aku pamit sekali lagi ke pada emak dan Aya.
“jaga kesehatan yah, janagan smapai sakit!” teriak emak padaku dan mengingatkan ku lagi
Aku pun hanya membalasnya dengan anggukan kecil sambil tersenyum. Tanpakusadari airmataku lolos begitu saja.
Ayo lah ini cuman satu bulan bukan untuk selamanya – ujarku dalam hati
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar