Suci Hartati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Chapter 3
dark past turns your future bright

Chapter 3

Chapter 3

“Daripada harus menanggung malu lebih baik

menanggung rasa sakit”

“Ibu pulang…”.

“Ibu baru pulang? Kenapa pulangnya sangat lama?”. Kataku pada wanita yang di depanku ini.

“Hari ini tugas ibu sangat banyak, tadi ada sedikit masalah di pabrik. Jadi ibu harus menyelesaikan masalah itu”. Keluh ibu

“Haahh…ibu sangat capek, ibu ingin cepat-cepat istirahat”

“Tapi bu, ini sudah jam 21.34 malam. Kenapa ayah belum pulang juga?”. Tanyaku

“Ayahmu bilang dia akan pulang terlambat hari ini, dia juga ada masalah di kantornya”

“Ooh…gitu..”

Lalu ibu berlalu meninggalkanku menuju kamarnya. Dia kelihatannya sangat lelah dan banyak yang dipikirkannya.

Apa aku membuat teh hangat saja untuk ibu?

Aku langsung menuju dapur untuk membuatkan teh ibu.

Haah…ayah lagi-lagi pulang lama…padahal aku sedang merindukannya. Dimana ya tehnya? Huuh..kalau ibu yang simpan pasti ga bakal ketemu dimana.

Aahh.. itu dia..tapi tinggi banget..mesti jinjit.

Akhirnya aku menemukan the yang ibu simpan namun ibu menyimpanya di rak bagian atas. Itu cukup tinggi, karna tinggiku hanya 162 cm sedangkan rak itu lebih tinggi dariku. Jadi aku harus menjinjit untuk mengambilnya.

Huuhh tinggi banget sulit untuk di gapai….

Aku sudah berusaha mengambil teh itu namun sangat tinggi. Teh itu diletakkan diatas wadah kopi sehingga semakin sulit untuk diraih.

PRAANGG….!!!

“Ahh.. tidak!!!”. Kataku yang sangat terkejut melihat wadah kopi yang terbuat dari beling itu pecah.

“Aaahhh…. Bagaimana ini?!! Kenapa bisa jatuh? Pasti kesenggol pas mau ambil the tadi”. Kataku yang panik

Bagaimana tidak, Wadah kopi ini terbuat dari beling itu pecah dan kopinya berserakan dimana-mana. Ditambah lagi ibu yang mendengar suara pecahan itu langsung menjerit dengan kencang.

“ZEZE!!! SUARA APA ITU!!!”. Ucap ibu dari tangga menuju kedapur

Haahh apa yang harus aku lakukan!!! Ibu pasti sangat marah!!

“AAAHH….Apa ini!!! Kenapa semuanya berantakan begini?!!!”. Ucap ibu yang sangat terkejut dan berteriak.

“Maaf bu, Zeze tadi mau ambil teh diatas sana tapi raknya sangat tinggi dan ga sengaja kesenggol wadah kopinya…”. Kataku yang berusaha menjelaskan

“Lihat ini!!! Kopi berserakan dimana-mana! Belingnya juga berserakan dimana-mana! Kamu ini sudah tau pendek kenapa masih juga ngotot buat ambil hah!!!”. Ucap ibu yang nadanya meninggi

“Aku ingin membuat the untuk ibu karna aku liat ibu sangat kecapean, Jadi aku berniat untuk membantu ibu membuatkan ibu teh ”

“Ibu tidak menyuruhmu membuat teh!! Dan kalau kamu berniat untuk membantu setidaknya jangan buat keributan! Kamu tahu kalau ibu sangat capek tapi kamu malah membuat masalah! Cepet bereskan semua yang berantakan ini sebelum ayah pulang!”. Ucap ibu yang membentakku terdengar sangat kesal dan langsung meninggalkan ku begitu saja

Lalu aku mengambil sapu untuk membereskan semua kekacauan ini. Entah kenapa hari ini aku sangat ceroboh.

Kenapa kamu sangat ceroboh ze…kenapa?...padahal kamu tahu kalau ibu sangat capek dan tidak suka kalau diganggu..ada apa denganmu Ze hari ini…ada apa?...

Dadaku terasa sangat sesak, Pandangaku sekita buram karna tetutup air mata, tangan bergetar karna suara ibu yang sangat tinggi tadi, Bahkan aku tidak menyadari bahwa kakiku terkena pecahan beling itu. Aku tidak bisa merasakan sakit di kakiku, yang terasa sangat sakit itu adalah dadaku.

Setelah selesai aku membereskan serbuk kopi dan pecahan beling itu aku langsung menuju kamarku dengan kaki yang pincang. Lalu aku harus menaiki anak tangga yang tinggi ini, karna kamarku berada di atas. Aku juga bingung kenapa rumah ini dibuat sebesar ini? Padahal hanya ada 3 orang disini. Rasanya sangat sakit saat menaiki anak tangga ini.

Apa ibu sangat marah padaku, Hingga ia membentakku? Padahal aku hanya ingin membantunya….ibu maafkan aku…

Dadaku terasa sangat sesak..hingga aku tidak bisa menahan air mata yang terus saja memburami pandanganku. Aku meninggalkan kamar ibu dan langsung menuju kamarku. Aku mengunci kamarku rapat-rapat agar ibu tidak tahu kalau aku sedang menangis.

Ceklek,cklek,cklek….

Lalu aku duduk di samping kasurku dan menangis.

“Hiks…hiks…huhuhu…ra..rasanya…sangat sesak…padahal aku hanya ingin membantu ibu…harusnya ibu tahu kalau aku punya niat baik untuk membuatkannya teh…huhuhu..huhuhu….ta..tapi…kenapa ibu malah bilang begitu….huuwaaa…...”. Tangisku yang terasa sangat sesak

Tiba-tiba seperti ada yang mengelus kakiku.

“Ch..chloe…apa aku membangunkanmu?..ma..maafkan aku…hiks..hiks…aku benar-benar sial hari ini….hiks…tadi siang aku menabrak kakak kelas…malam ini aku membuat ibu marah dan membuat kesalahan…hhuuwwaa….aku benar-benar orang yang sangat payah…hiks…”. Tangisku pada Chloe

“Meeooww…meoww..”. ( tenang kan dirimu Ze..kamu bukan orang payah..)

“ Aku benar-benar ceroboh.....huuwaaa….”

“Meeooww” ( tenanglah )

***

Kriitt…

“Ayah pulang…”

Hmm….apa semuanya sudah tidur? Tentu saja sudah ini sudah tengah malam.

“ Haahh badanku terasa capek semua. Untung saja masalah tadi cepat selesai”

Saat itu waktu menunjukkan pukul 00.10. Hari ini aku pulang terlambat karna ada sedikit masalah di kantor. Aku sudah memberitahu Alice bahwa aku akan pulang terlambat.

“Haah?! Apa ini?! Kenapa lantainya ada bercak-bercak merah? Dan ini ada dimana-mana?!!.” Kataku sambil menyentuh bercak merah itu dan menciumnya.

“Ini bau darah. Darah segar, sepertinya darah ini baru. Tapi darah siapa? Darimana asalnya?.” Kataku yang penasaran.

Lalu aku mengikuti jejak darah ini. Ternyata dari dapur. Aku juga dapat mencium bau kopi yang biasa aku seduh setiap pagi. Lalu aku melihat ke dalam tong sampah. Ternyata ada penuh dengan kopi dan pecahan beling.

Pasti tadi terjadi sesuatu.

Lalu aku mengikuti jejak darah ini sampai ke atas tangga hingga berhenti di kamar Zeze.

Aku sudah menduganya. Siapa lagi kalau bukan Zeze yang membuat masalah.

“ Haah anak ini…baru saja aku pulang sudah membuat masalah. Dia selalu saja ceroboh. Bagaimana nanti saat dia akan menjadi penerusku?.” Kataku yang mematung di depan kamar Zeze

Lalu aku kembali turun ke bawah untuk membersihkan bercak darah ini. Untung saja belum mengering jadi mudah untuk membersihkannya.

“Haah…Zeze adalah satu-satunya penerus di keluarga ini. Si Nino itu tidak bisa mempunyai keturunan. Hmmm…seharusnya aku melatihnya sejak kecil agar dia terbiasa dengan kehidupan militer.”

“Hmm…prestasi apa yang dia miliki? Setidaknya dia harus punya prestasi. Hmm….sepertinya tidak ada. Haah..dia harus punya prestasi setidaknya dalam bidang olahraga. Ooh iya..Zeze kan suka sekali berenang. Aku harus memanfaatkan itu. Ahh…aku akan telpon Daffa dulu dia kan seorang pelatih renang.” Kataku yang berbicara sendiri sambil membersihkan bercak darah ini.

Setelah aku membersihkan bercak-bercak darah dan mencuci tangan, aku langsung menelpon teman ku itu.

“ Aahh..halo Daf, aku mau minta bantuan sama kau.” Kataku yang sedang menelpon Daffa.

“ Hahh ini siapa ya? Kok tiba-tiba nelpon minta bantuan?? “ Tanya Daffa.

Heeh jadi kau ga simpan nomorku hah? Kau ga tahu ini suara siapa? “ Tanyaku yang sedikit kesal.

“ Hmmm…suara ini…aku tidak tahu.”

“ HEEYY aku ini Kenzo!!! Apa kau lupa dengan suaraku? Kau tidak menyimpan nomor ku hah?! “ Ucapku dengan kesal.

“ Aahh…telingaku sakit! Kenapa kau harus menjerit hah? Kau membuat kupingku pekak saja! Tentu saja aku tahu itu kau dan aku juga menyimpan nomormu. Bagaimana mungkin aku tidak menyimpan nomor CS-ku ini hahaha “ Tawa Daffa

“ Haah…kau membuatku kesal tahu!! Aku baru saja pulang ke rumah dan kau membuat moodku hancur! “

“ Uppss…sorry,itu salahku hahaha. Tapi tumben kau pulang sangat larut, ada masalah di kantor? “

“ Yaa…tadi ada orang mabuk dan membawa sabu-sabuan. Dia lewat di depan kantorku sambil mengamuk. Ia bahkan hampir melukai temanku yang sedang berjaga di pos. Kau tau? Orang itu membawa senjata tajam. Ia menodongkan senjata itu ke arah temanku itu, untung saja dia bisa menghindar. Lalu orang itu berteriak sambil mengatakan ‘ Berikan uangmu!! Aku membutuhkan uang!! ‘. Saat itu aku sedang berada di dalam kantor karna di panggil dengan Pak Andi. Mendengar teriakkan itu aku langsung keluar dan juga yang lain. Dan akhirnya kami menangkap orang mabuk itu dan menyerahkannya ke Polsek. Pemabuk itu sempak membrontak saat kami menangkapnya. Sungguh gelap sekali hidupnya. “ Kataku yang menceritakan hal yang terjadi tadi.

“ Oh gitu ”

“ HEEYY! Kau hanya menjawab itu saja setelah aku menceritakan semuanya?! “ Kataku yang sangat kesal.

“ Lalu aku harus menjawab apa? Apakah aku harus menjawab ‘ Waaww..itu pasti sangat menakutkan’ atau ‘Hahh? Apa kau terluka?’ gitu? “

“ Ciikkss setidaknya tunjukkan kalau kau menjadi pendengar yang baik “

“ Aku mendengarkan ceritamu dengan baik.”

“Haah!! Kau membuat aku kesal saja!! “

“ Hahaha jangan marah komandan haha. Oh iya tadi kau meminta bantuan denganku? Minta bantu apa? “

“ Aku ingin kau melatih anakku. Dia sudah bisa berenang tapi aku ingin dia bisa mendalami olahraga ini. Aku ingin dia punya prestasi dengan bakatnya ini. Bisakan? “

“ Hmm…aku belum pernah bertemu dengan anakmu. Padahal kau sudah lama tinggal disini. “

“ Ya dia anak yang sangat pemalu. Aku akan menunjukkannya padamu rabu depan saat dia telah pulang sekolah. Sekitar jam 13.30. Apa kau ada waktu? “

“ Ooh rabu depan ya. Hmmm….tidak. Baiklah aku akan menunggu di kolam. “

“ Baiklah sampai jumpa” Kataku sambil menutup telpon.

***

Tit..Tit..Tit..Tit…

“ Hoaamm…”

“Aduuhh…kok perih ya?” Kataku sambil membuka selimut

“HAAHH!! Kakiku!! Aku lupa membersihkannya!! Aku harus bagaimana?!” Kataku panik dan sangat terkejut

“Oohhh….apa itu?? Bercak darah kakiku kah? Aahh…apa itu juga ada di lantai dapur dan tangga? Aahhh….Zeze kamu bodoh!”

“Aahkhh..perih sekali…aku harus membersihkan kakiku dulu lalu membersihkan lantai ini. Tapi selimut dan kasur juga ada darahnya…dan aku harus ke sekolah!! Aku harus bagaimana!! Aku tidak mau ke sekolah menggunakan sandal!! Itu memalukan…”

Aku sangat lupa kalau kakiku ini kena pecahan beling tadi malam. Karna aku lupa membersihkannya darahnya menjadi mengeras dan busuk. Sangat perih dan sakit. Lukanya sangat dalam. Mungkin waktu itu aku tidak sadar menginjak pecahan beling itu.

“ Aahhkhh…untung saja belingnya tidak besar…ukhh sakit…” Kataku yang mengeluarkan pecahan beling itu dari kakiku.

Aku tidak mau menggunakan sandal saat ke sekolah nanti, tapi kalau menggunakan sepatu tambah sakit. Jika aku tidak sekolah ibu dan ayah pasti sangat marah. Baru juga kemarin sekolah aku sudah izin.

Aku harus bagaimana? Aku ga mau izin tapi kakiku? Apa aku menggunakan sandal saja?

“ Ze…kamu sudah bangun?” Kata ibu

“ Iya bu..Zeze lagi di kamar mandi. Sebentar lagi keluar” Teriakku karna aku sedang di kamar mandi

“ Cepat jangan lama-lama nanti nasi gorangnya dingin”

“ Iya”

Duuhh….sangat perih…gimana nanti kalau ibu dan ayah liat?pasti mereka akan marah…Kalau ayah nanya aku harus jawab apa? Kalau aku bilang pasti ayah akan bilang kalau aku ceroboh…tapi memang iya sih..tapi tetap aja aku ga suka di gituin…

“ Hahh…hidup susah sekali di jalani..kalau ga di jalani ga bisa hidup. Mati aja.”

“ Tapi aku ga mau mati..aku masih punya impian. Terlalu cepat kalau aku mati sekarang hanya karna kecerobohan sendiri. Aku memang bodoh kalau mati sekarang hahaha…”

Setelah aku membersihkan luka di kakiku dan mandi, Aku memakai seragam sekolahku dan membalut luka kakiku dengan perban. Untungnya di kamarku ada kotak P3K. Tapi…aku harus pakai apa kesekolah? Sandal atau sepatu?!

Ciks memalukan sekali kalau aku pakai sandal…tapi kalau pakai sepatu sakit. Aku harus pakai apa?

Setelah diam beberapa menit akhirnya aku memutuskannya.

Hah..pakai sepatu aja. Gpp nahan sakit toh ga bakal ada yang peduli denganku. Daripada aku harus menanggung malu lebih baik menanggung rasa sakit.

Akhirnya aku terpaksa menggunakan sepatu. Memang sih sakit, tapi lebih sakit kalau di permalukan. Ya kan?

“ Loh Ze? Kenapa kamu jalannya begitu?” Tanya ayah

“Hmm…gpp yah. Agak kesemutan aja makanya jalannya gini” Kataku yang berbohong

“ Ya sudah loncat-loncat dulu. Biar otot-otot kakimu ga terlalu tegang. Memang sakit tapi harus di tahan.” Ucap ayah

Apa?! Loncat-loncat?! Yang ada tambah sakit!

“ Ahh..gpp yah, ini sudah enakan kok. Ayah tenang aja yah” Kataku yang memastikan ayah

“Hmm..baiklah. Lain kali setiap bagun tidur lakukanlah peregangan”

“Iya”

Lalu kami menghabiskan sarapan nasi goreng yang telah disiapkan ibu dari tadi. Untung saja nasi gorengnya masih hangat.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjut lagi yha... Semangat!!! Maaf aku sekarang jarang aktif di sasisabu...

09 Nov
Balas

Makasih, Insya Allah secepatnya

11 Nov



search

New Post