Holy Mardwini Zega

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sendiri

Sendiri

hujan turun dengan deras mengguyur kota tempatku berpijak, aroma hujan membuat hatiku menghangat untuk beberapa saat.

aku memilih menarik sepedaku di salah satu warung yang juga dipadati banyak orang berniat mencari tempat untuk berteduh, dan segera duduk di salah satu kursi kosong yang terbuat dari kayu bahkan hampir rapuh itu.

karna suasana dingin semakin menusuk segera ku eratku jaket tebal milikku, aku sebenarnya tidak tahan dengan suasana dingin. sudah ku pastikan setelah ini aku akan mengalami demam tinggi.

"hai kak" sapa gadis kecil berumur sekitar 7 tahun menghampiriku dengam teh panah yang ia letakan di atas meja.

"kakak pasti kedinginan, ini aku bawa teh panah buat kakak" gadis kecil itu sungguh polos dengan mata yang berbinar mamandangiku, ditambah dengan pita kuning ia pakai membuatnya terlihat manis.

"nama kamu siapa?" tanyaku mengacak rambutnya gemas

" nama aku Lia" ujarnya malu-malu membuatku teringat akan diriku di masa kecil, sama persis seperti gadis bernama Lia ini.

"ini teh ya, kamu yang buatin?"

" bukan aku tapi mama yang buatin, aku cuma disuruh kasih sama kakak"

aku mengerutkan kening, bingung kenapa ibunya baik padaku seolah sangat mengenalku. aku terpaku saat wanita paru baya akhirnya menghampiriku dengan senyum tipis yang masih persis sama meski sudah lama tak berjumpa.

dia adalah bu Ami, tetangga kami yang pindah 2 tahun lalunsaat aku masih SMP.

memang beliau dengan kenal dengan keramahannya, pantas saja ia memperlakukan dengan sangat baik.

aku menyapa bu Ami dengan begitu senang, tak ku sangka pemilik warung ini adalah beliau yang letak tempatnya tak jauh dari asrama putri, tempatku tinggal sekarang ini.

kami berbincang sangat lama. menceritakan tentang perpajalananku sampai di kota besar ini dan berbagai rencana yang ingin ku wujudkan segera. ia menasehatiku dan tak lupa memberi saran membuatku ingat akan sosok ibu yang sudah lama ku tinggal.

sudah tahun tak bersama mereka, berbincang hanya bisa melalui via telepon menimbulkan kerinduan yang amat mendalam untuknya. namun, ada banyak janji yang ku tepati aku tidak boleh egois pada mereka.

karna mereka mengharapkan aku berhasil dan membuat mereka bangga.

Hujan sudah dera sekitar beberapa menit yang lalu dan terpaksa aku harus pada bu Ami dan gadis kecil Lia, dan menarik sepeda menyusuri jalan yang masih becek itu.

takut ibu asrama kembali memarahiku lagi. langit mulai menunjukan sisi berwarna orange yang mau tak mau membuatku terus menggayuh sepeda dengan cepat. aku tersenyum kecil, setidaknya banjir tidak sampai terendam di jalanan melewati asrama putri.

aku dengan lihai menghindari gendangan air yang bisa saya mengenai orang yang lewat. Hidup tanpa orang tua memang susah karna itu berarti aku harus menghadapi semuanya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post