Holy Mardwini Zega

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengembara

Mengembara

aku menatap wajah ayah yang begitu terlihat sendu meski aku tau dia berusaha menutupi kesedihannya. Ia mengikutiku dari belakang menuju halaman rumah, ku lihat wajahnya yang penuh dengan keriput itu menatapku seolah tak ingin melepasku jauh.

Aku menggenggam tangan besarnya. Tangan kekar yang dulu sangat suka menggendongku, kini tangan itu begitu kasar dan penuh dengan luka hanya untuk bekerja demi keluarga kami.

Ku arahkan pandanganku pada ibu, sosok yang sudah bertahan terlalu lama di sisiku. Tubuhnya tampak lebih kurus lagi dengan tatapan yang penuh memohon aku agar tetap di sini.

Aku memeluk tubuh rapuh itu erat mengingat setiap detail masa-masa sulit yang pernah kami lalui bersama, berat rasanya untuk pergi menimbang ilmu tanpa mereka.

Aku bertanya dalam hati bagaimana bisa aku meninggalkan ibu seperti ini secara dia sudah tak kuat bila melalui semuanya sendiri.

"Ayah tolong jaga ibu" pesan yang tidak henti-hentinya ku sampaikan kepadanya. Meski mereka dulu sangat sering membuatku terpukul karna bertengkar kini semuanya jauh lebih baik, hanya saja aku tidak ada di samping mereka lagi merasakan kehangat keluargaku.

Ayah mengangguk sembari menghapus tetes air mata yang tiba-tiba jatuh begitu saja, mungkin ayah menyesali segala perlakuannya dulu yang begitu kejam pada ibu.

Aku menenangkan ibu yang kini tiba-tiba menangis dalam pelukanku dan memelukku erat. Membuatku terus saja meneteskan air mata.

Tak terasa waktu berjalan semakin cepat, sudah bertahun-tahun aku tinggal bersama mereka, merasakan pahit manisnya kehidupan. Namun, aku harus pergi mengembara demi untuk mewujudkan harapan yang pernah sempat ku tulis di lembaran kertas putih.

Dan kini aku menatap rumah yang masih berdiri kokoh di depanku. Tiba-tiba ingatan masa kecil berputar otomatis di kepalaku.

Aku ingat saat aku tertawa bersama ayah, aku ingat saat aku dibelikan mainan baru oleh ayah, aku ingat saat aku menangis melihat ibu dipukul oleh ayah. Aku mengingat jelas suara gelak tawa dan tangisanku dalam rumah ini.

Aku menghembuskan nafas kasar, aku tidak menyesali semua hal yang pernah terjadi di masa lalu karna semua itu mengajarkanku arti ketegaran dan kekuatan yang sebenarnya.

Aku membayangkan diriku yang dulu, gadis berbendo merah atau gadis berseragam smp yang sangat suka menangis. Ya......tapi semuanya akan berubah, aku akan kembali datang ke rumah ini dan membawa ayah dan ibu keliling dunia.

aku janji

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post