Itz.Nayah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Akalnya Ghosting

Ada-ada bae, remaja di jaman now kalo bikin istilah. Lagi pada heboh

pake istilah ghosting. Ghosting apaan sih?

Ya, bisa ketebak lah, kalo kita telusur dari

akar katanya ghost itu kan hantu, nah

hantu itu kan cirinya “nggak kelihatan”

alias “menghilang”. Jadi kurleb ghosting itu

untuk menamai aktivitas seseorang yang

tetiba ngilang, nggak ada kabar, tetiba

muncul gitu aja dengan kabar mengejutkan. Ya, pokoknya seputar itulah.

Tapi, kita nggak usah pusing dan nggak

usah ngerasa insecure karena nggak gaul

dengan istilah-istilah baru, macam

ghosting itu. Karena besok-besok ketika

kamu mata kamu melek, telinga kamu

terbuka udah ada istilah-istilah baru lagi.

Pusing kalo dipikirin.

Mending, sekarang mikirin nih, eh

lebih tepatnya sih tebak aja deh, kira-kira

kalo judul BTS kali ini “akalnya ghosting”

ngebahas apa sih? Masak akalnya hilang?

Atau akalnya gosong? Hehehe... udah deh

daripada pingsan karena penasaran nggak

bisa nebak, yuk simak buletin

kesayanganmu sampe kelar.

Akal Bisa Ghosting Ya?!

Istilah ghosting banyak dipake pada

sebuah hubungan percintaan (baca:

pacaran), tapi sebenarnya secara umum

mah, ghosting bisa dipake apa aja, yang

intinya membayang, membekas,

menghilang dan sejenisnya. Nah, ghosting

kali ini kita mau kaitkan dengan hilangnya akal. Wow, kalo hilang

akalnya gila dong?

Hemm…, mungkin bisa mengarah ke

gila juga, tapi belum sampe gila sih. Hilang

akalnya di sini, lebih ke akalnya nggak lagi

di tempatnya. Gini deh, biar kamu nggak

tambah bingung dan makin nyambung ke

bahasan kita kali ini, coba deh man-teman

ingat lagi, pernah nggak punya teman or

saudara yang kehilangan kesadaran

karena mabuk? Bukan mabuk perjalanan

ya, tapi mabuk karena minuman keras

maupun mabuk karena narkoba.

Anggap aja man-teman pernah ngeliat orang mabuk beneran. Biasanya kalo orang mabuk, ngomongnya suka ngaco, bahkan kalo mabuknya karena nyimeng atau nyabu lebih parah, perilakunya juga ikutan

ngaco. Nah, itulah ciri-ciri orang yang akalnya sedang tidak ada di tempat, alias hilang kesadarannya. Bisa disebut halusinasi,

mengigau, euforia dan sejenisnya.

Kalo tingkatannya udah jadi pecandu minol alias minuman berakohol, ada ciri-ciri yang bisa dideteksi. Di antaranya menurut P2PTM Kemenkes RI, (1) Suasana hati dan perilaku

yang selalu berubah; (2) Menjadi pendiam dan

penyendiri; (3) Tidak lagi tertarik menyalurkan hobi atau tidak tertarik untuk melakukan aktivitas positif; (4) Mata terlihat sayu dan

merah; (5) Penurunan prestasi di sekolah atau

kampus; (6) Daya ingat berkurang dan perubahan gaya bicara; dll

Nah, makin yakin kan, kalo para pecandu

(pemabuk) itu sering akalnya ghosting? Bahkan kalo kecanduanya pada NAPZA (Narkotika, Putaw, Inex, Sabu, dll), lebih parah

dari itu ciri-cirinya. Kalo levelnya udah pada sampe addict alias pecandu yang

ketagihan, bisa ngelakuin apa aja. Mulai dari nyuri duit ortunya sampe kejahatan yang lebih gila dari itu. Pantes banget kalo

mereka disebut akalnya ghosting kan?

Miras Mending Daripada

Narkoba?

Kalo narkoba seharusnya sih udah bikin orang begidig untuk jadi penikmat maupun pecandunya. Apalagi, sudah ada badan khusus anti narkoba untuk menangani masalah ini.

Tapi, nyatanya tetap aja ada penikmat dan

pecandunya. Persis, kayak rokok, meski sudah dikasih warning di bungkusnya, “merokok membunuhmu”, tapi tetap aja banyak yang

nggak takut dampak or akibat bahaya rokok.

Malahan kalo ada yang nggak ngerokok

dibilangnya nggak cowok. Duh parah pisan!

Pertanyaannya, why, kenapa? Koq pada nggak

kapok, ngeri, takut hilang akal, karena narkoba?

Jawaban simpelnya sih, pake prinsip ekonomi, ada supply ada demand, alias pengadaan itu ada karena permintaan. Artinya, karena memang ada yang minta, baik untuk dikonsumsi atau didistribusi.

Ini mah udah bukan rahasia lagi, kalo narkoba udah jadi ajang bisnis, bahkan udah sampe dibui pun masih bisa menjalankan bisnis narkoba ini. Ngeri kan?!

Itu narkoba, lalu gimana dengan miras?

Ya setali tiga uang, sama aja. Bukan berarti miras maupun minol lebih enteng dampaknya. Nggak ada toleransi untuk hal yang membahayakan akal manusia. Kalo narkoba

dilarang harusnya miras juga dilarang, dibentuk juga badan khusus untuk menangani masalah ini. Tapi lagi-lagi kayak rokok, meski sudah tahu bahwa miras ini berbahaya, tapi kalo demand alias permintaan, apalagi dikasih fasilitas, yaa

wis bablas angine, nggak ada pengaruhnya larangan itu.

Kita udah dikasih tahu bahaya rokok, narkoba

hingga miras, tapi kalo di supermarket or warung-warung tertentu disediain rokok atau miras, meskipun katanya kadar alkoholnya

kecil, trus di bar atau café juga dijual bebas minol, ya podo wae alias sama aja bo’ong. Itu sama aja kayak orang tua ngelarang anaknya ngerokok, tapi bapaknya nyontohin di

depan anaknya ngerokok, trus rokoknya ditaruh bebas di atas meja. Itu menunjukkan betapa nggak seriusnya penanganan masalah narkoba, miras dan sejenisnya, yang bisa

berpotensi ngilangin akal manusia.

Jadi miras tetap aja bahaya bin haram. Sebahaya apa? Masih menurut P2PTM Kemenkes RI, dampak negatif miras, di antaranya: (1) Menyebabkan kerusakan saraf; (2) Menyebabkan gangguan jantung; (3)Mengganggu sistem metabolisme tubuh;

(4) Mengganggu sistem reproduksi; (5) Menurunkan kecerdasan; (6) Mengganggu

fungsi hati; (7) Menyebabkan tekanan darah tinggi, dll. Lengkap sudah, yang diserang bukan hanya akal atau otak, tapi seluruh organ bisa terancam rusak kalo kita jadi pengkonsumsi

miras.

Islam Larang Miras Demi Jaga Akal

Bukan Islam kalo nggak lengkap hukumnya,

bukan Islam kalo nggak mengandung rahmat dari aturan syariatnya. Pun ketika Islam ngelarang miras, Allah sebagai Al-Khaliq

tentu Maha Tahu segalanya, termasuk bahaya atau akibat dari miras. Makanya pengertian minuman keras dalam Islam adalah minuman yang haram dan memabukkan.

“Hai orang-orang yang beriman,sesungguhnya

(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan.” (QS. Al Maidah : 90)

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr

dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat

bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya…..” (QS. Al￾Baqarah : 219)

Bahkan, lagi-lagi terkait dengan akal atau kesadaran, kita dilarang minum kamhr

(miras) apalagi saat sedang shalat, karena kalo dalam keadaan mabuk, pasti hilang kesadaran, kontrol terhadap ucapan atau bacaan kita saat sholat. “Hai orang-orang yang

beriman, janganlah kamu

shalat, sedang kamu dalam

keadaan mabuk, sehingga

kamu mengerti apa yang

kamu ucapkan, …..” (QS. An

Nisa : 43)

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak

menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamar dan berjudi, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kalian (dari

mengerjakan pekerjaan itu)”

(QS al-Ma’idah: 91)

Miras atau khamr bisa jadi asal muasal sebuah kejahatan. Orang saling bunuh ketika dalam

keadaan mabuk berat, orang kecelakaan karena abis mabuk berat, orang bisa

memperkosa, mencuri dan sebagainya berawal dari mengonsumsi miras.

Pantaslah jika Rasulullah SAW mengingatkan:

“Janganlah kamu minum khamar (miras), karena sungguh khamar adalah kunci dari setiap keburukan” (HR

Ibnu Majah)

Begitulah, miras telah merampas akal sehat

para pengkonsumsi dan pecandunya. Miris banget, kalo ada yang bilang miras adalah simbol kemajuan dan modernitas. Mereka

sudah kehilangan akal sehatnya, miras telah

merenggut akalnya, hingga tak bisa berpikir baik-buruk, benar-salah, apalagi halal￾haram.

Biar Akal Nggak Ghosting

Imam Ahmad meriwayatkan dari sahabat

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Aku didatangi oleh Jibril dan ia berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah melaknat khamar melaknat orang yang membuatnya, orang yang meminta dibuatkan, penjualnya, pembelinya, peminumnya, pengguna hasil penjualannya, pembawanya, orang yang dibawakan kepadanya, penghidangnya

dan orang yang dihidangkan kepadanya.” (HR Ahmad)

Jadi, biar kita jauh dari zona akal ghosting,

maka kita kudu jauh dari zona pertemanan

pengkonsumsi miras. Karena mulai dari yang

bikin, sampe yang cuman disuruh beli aja, terkena laknat Allah. Ya, awalnya

kita mungkin cuman jadi

tukang nganternya aja, tapi kalo keseringan gaul dengan mereka, maka kalo kita nggak kepingin nyoba, pasti mereka juga nggak

bakal tinggal diam, ngajak kita untuk terjerumus. Naudzubilllah.

Nah, sebagai lawannya, kita kudu berkumpul di komunitas-komunitas yang positif, yang mengajak kita kepada kebaikan dan menjaga kita selalu baik. Sering-seringlah hadir di kajian Islam, atau kalo di masa pendemi kayak gini,

jangan gabut, arahkan waktu kita untuk mengkonsumsi kajian online, baik yang

langsung maupun via youtube dan sebagainya.

Biar apa? Biar suasana hati dan pikiran kita jauh dari galau, sebaliknya malah kita jadi pribadi yang senantiasa terjaga keimanan dan

taqwanya pada suhu yang konstan.

Trus, akal atau otak ini biar nggak tumpul harus terus diasah, otak kita harus produktif. Nah, biar produktif, maka kembalikan fungsi akal semula yakni untuk berpikir. Jangan biarin

otak ini mandeg dari berpikir, terutama berpikir serius. Karena awal muasal dari semua aktivitas kita dimulai dari berpikir, bahkan itulah yang jadi ciri manusia yang bedain dengan hewan, yakni berpikir. Berpikir tentang

apa?

Kalo kata al-Qur’an begini:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda￾tanda bagi orang-orang yang

berakal,… (QS. Ali Imron 190)

Kapan dan pada saat apa kita diminta berpikir,

bertafakur, merenung? Dilanjutkan oleh Allah dalam ayat selanjutnya:

“..(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia￾sia, Maha Suci Engkau, maka

peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron 191).

So, dengan terus berpikir yang dibimbing oleh

al-Qur’an, di situlah kita tetap akan menjadi manusia waras yang berakal sehat, mudah bersyukur jauh dari insecure. Wah, ternyata

insecure juga awalnya dari berpikir, otak atau akal.

Makanya, jaga kewarasan akal kita biar nggak ghosting dengan Islam, ya hanya dengan Islam. Bukan yang lain. Yang lain mah lewat. Allahu Akbar!

________________________

Hai teman teman. Maaf, sekarang aku jarang ngepost dulu, soalnya.

1. Gak sempet nulis [Lebih jelas waktu mepet:'(]

2. Lagi UJIAN, mungkin banyak yang dak selesai, tapi aku baru mulai kemarin senin.

3. Aku sebenarnya buat cerita baru, tapi takut kalian gak suka:'(

{Aku minta pendapat kalian tentang cerita barunya, Insya Allah aku buat sinopsis nya ya}

Gitu aja,Wassalamualaikum.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Good jobbb

11 Mar
Balas

Jazakillah

11 Mar



search

New Post