Hanifah Salwa Rasyidah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Prakata, profil penulis dan Bab 1. Ditegur guru (Pelangi Membawa Hawa Pergi)

PRAKATA

Alhamdulillah, rasa syukur tak pernah putus kepada Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis bisa menjalani banyak kisah suka maupun duka dalam perjalanan hidup ini hingga dapat menceritakan kembali kisahnya dalam wujud tulisan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai penutup nabi-nabi terdahulu, dan para keluarganya, serta sahabatnya serta kita sebagai umatnya.

Novel ini bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Hawa Inshanni yang sedang duduk di bangku Sekolah Dasar. Di SD ia mempunyai sahabat yang lumayan banyak yaitu 5 orang . Hawa dan kelima sahabatnya ini sudah dekat sejak kelas 3 SD. Saat kelas 6, mamanya akan memasukkan Hawa ke SMP Negeri di bogor yang dimana banyak sekali teman seangkatannya yang melanjutkan sekolah di sana tapi semua berubah ketika papa Hawa meminta agar ia sekolah di Sekolah Islam Terpadu terfavorit di Bogor tempat papanya juga di sana mengajar. ia sangat tak menyangka akan keputusan itu jujur saya di lubuk hatinya yang paling dalam ia masih tak ikhlas. Cerita ini diangkat dari kisah nyata penulis dan ditambah dengan fiksi-fiksi agar lebih berkesan menarik.

Novel ini dipersembahkan kepada orang tua khususnya yang sangat penulis cintai. Tanpa orang-orang hebat di belakang penulis, novel ini tidak akan terbit dengan bantuannya Tim MediaGuru, Kak Syaiful, Kak April, para guru, keluarga, dan teman-teman yang tidak berhenti memberi dukungan, motivasi dan bantuan secara langsung ataupun tidak langsung kepada penulis. Karenanya, penulis mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar-besarnya kepada mereka semua. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan kepada mereka.

Sungguh yang Maha Sempurna hanyalah Allah SWT, dan kita sebagai hamba-Nya hanya bisa melakukan yang baik dan terbaik dalam hidupnya begitupun dalam penulisan novel ini, penulis sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk pembaca, namun jika masih terdapat kekurangan maka penulis betbesar hati menerima kritik dan saran yang positif dan sifatnya membangun. Penulis harap semoga novel ini dapat menghibur dan memotivasi para pembaca.

Bogor, Mei 2020

Penulis

Hanifah Salwa Rasyidah

PROFIL PENULIS

Assalamu'alaikum! Halo gais..kenalin nih nama aku Hanifah Salwa Rasyidah. Biasanya aku dipanggil Hanifah,Nipah atau Ninip, semuanya sama saja. Aku lahir di Bogor 19 Desember 2005. Aku merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara. Kini aku sekolah di SMPIT Insantama Bogor dan di tahun ini aku duduk di kelas Vlll. Hobiku adalah membaca, menulis cerpen, quotes, menggambar dan menulis puisi.

Di Sekolah Dasar aku sudah mengikuti beberapa perlombaan salah satunya menari, dan juga di jenjang SMP ini aku mengikuti lomba essai karya ilmiah juara 3 SMENTION Insantama berdua dengan rekan ku.

Kalau kalian ingin lebih mengenal siapa aku, silahkan follow instagramku @hnifh19 dan ini email aku [email protected]. Wassalamu’alaikum, salam literasi!

1. Ditegur guru

Tak ada yang berbeda dari hari-hari kemarin semua tetap sama, kelas yang berisik, kantin yang tak pernah sepi pelanggan, lapangan yang menjadi tempat bermain futsal, voli dan bulu tangkis, kelas yang menjadi tempat serba guna, tiba-tiba ada artis dadakan, pengamen yang maksa, membuat kantin di dalam kelas saat ada salah satu anak kelas yang membawa banyak makanan.

Kelas 5-A ini adalah kelas yang terkenal bandel dan berisik, semua kata-kata jelek sudah banyak tersemat di kelas 5-A ini tapi Hawa dan teman sekelas tidak pernah serius menerima perkataan jelek, mereka hanya tersenyum dan tertawa saja tapi, yang paling penting kelas V-A ini tidak pernah melakukan hal aneh saat sedang belajar serius. Mereka akan melakukan hal konyol sesuai suasana aja.

Hawa dan sahabatnya sedang duduk di kursi paling belakang, itu adalah tempat favorit mereka berenam untuk makan bareng, bercanda dan ghibah. Sekarang sudah jam makan siang, Hawa dan kedua sahabatnya membeli bakso sedangkan yang lain hanya membeli kepiting goreng dan makanan ringan lainnya.

"Oh iya, tadi kan kata bu Leni kita besok bawa alat musik apa aja, kalian mau bawa apa?" Tanya Hawa seraya meminum jus jeruk.

"Pianika lah." Ujar Naiyla santai

"Ya elah pianika mulu, enggak ada yang lain apa?." Ujar Agis jengah.

"Kelas kita itu setia kawan makanya kalau ada kelas musik semuanya pada bawa pianika." Celetuk Naiyla.

"Bukan setia kawan! Tapi anak kelas kita itu cuma punya pianika aja di rumahnya." Ujar sewot Nabila sembari memakan kepiting dengan ganas. Semua tertawa mengingat di mana kelas ini selalu saja ditegur bu Leni karena alat musik yang ia temukan selalu pianika, tak ada gitar, ataupun seruling.

"Siap-siap aja dengerin ceramah lagi." semua tertawa terpingkal-pingkal, jika bu Lena sudah ceramah maka tak ada pembelajaran di sana.

"Makanya kalau enggak mau kena tegur lagi kita harus kreatif, bawa galon bekas gitu pengganti drum, bawa sirup marjan gitu kan suaranya beda-beda." Usul Hawa setelah makan bakso terakhir.

"Kamu mah kayak enggak tahu kelas 5-A aja, kita semua kan anak mageran." Hawa mendengus sebal mendengar penuturan dari Naiyla.

"Lama banget Naiy makannya, padahal cuma kepiting doang." Celutuk Diba melihat kepiting goreng Naiyla yang masih menjembul tinggi.

"Iya lah aku kan makannya perlahan-lahan supaya enggak cepet ab- -."

Druuk

Ke enam perempuan itu tak kalah kaget melihat orang yang tiba-tiba datang merecoki suasana.

"Naiy..itu...kepiting..." Ujar was,-was Agis. Naiyla segera melihat kepiting nya yang kini telah berserakan di atas meja.

"FARREL ITU KEPITING AKU!!." Teriak Naiyla pada orang yang kini telah berlari ke luar sembari memegang beberapa buah kepiting punya Naiyla. Muka Naiyla sudah merah padam karena tak tahan ia pun segera mengejar Farrel, pelaku pencuri kepiting gorengnya.

"Nai enggak usah di kejar!!." Lantang Hawa jengah.

"Udah deh kita jadi penonton drama ini aja." Ucap Diba seraya melanjutkan makannya yang tertunda.

BRUUK

BRUK

BRUUK

"Woy awas! Minggir minggir!!." Ujar Farrel sembari berlari, seketika orang-orang yang duduk di lantai pun segera menyingkir. Sudah banyak barang-barang yang kini tidak pada tempatnya karena Farrel yang langsung saja menubruk semuanya tanpa melihat jalan. Buku-buku, tempat pensil, tas dan bangku pun tergeletak begitu saja di lantai.

BRUUK

"Aduhh sakiit.." Lirih Farrel saat tak sengaja pinggangnya menyenggol ujung meja.

"Makan tuuh karma!" Celetuk Naiyla sinis.

"Mana kepiting aku.." Pinta Naiyla menjulurkan tangannya.

"Tuuh ambil aja di sana." Ujar Farrel seraya memoyongkan mulutnya.

"Dimana sih? Kamu taruh mana?."

"Tuuh pungut aja di jalan." Ujar santai Farrel seraya duduk di lantai.

"Apa! Farrel...!!" Naiyla kembali tersulut emosi.

"Ya abisnya kamu ngejar-ngejar, ya udah aku lempar aja kepitingnya di jalan."

"FARR...-"

"Astagfirullah...ini kelas apa kapal pecah, berantakan banget sih nak. Mana ketua kelasnya? Kenapa enggak bisa jadi kayak gini? Siapa yang berulah?." Berbondong-bondong pertanyaan di lontarkan bu Danti, guru PKN. Semuanya hanya diam tak berniat untuk menjawab.

"Mana ketua kelasnya ibu tanya?." Seorang perempuan berambut pendek pun berdiri seraya mengacungkan tangan.

"Gini bu, tadi semuanya baik-baik aja semua rapi tapi, karena..." Ketua kelas bernama Avin pun menoleh ke arah Farrel dan Naiyla.

" Karena, Farrel yang tiba-tiba ngambil kepiting Naiyla terus Naiylanya ngejar, tadinya mereka kejar-kejaran di luar aja bu tapi, ternyata ke dalam kelas juga jadinya kayak begini deh bu..maafin Avin ya bu, enggak bisa mengkoordinasi kelas." Avin menundukkan kepalanya.

" Ya sudah, Farrel dan Naiyla silahkan bersihkan kelasnya dahulu. Ibu akan ke kelas kembali setelah kelas ini benar-benar bersih." Ujar bu Danti dan langsung pergi begitu saja.

"Tuh kan Naiy aku bilang apa, enggak usah di kejar jadi kayak gini kan, kamunya sendiri yang capek." Ujar Rindu saat Naiyla berjalan mendekat.

"Ya abisnya kepiting aku itu.."

"Ya udah nanti aja dibahasnya sekarang kamu bersihin kelas dulu aja." Ucap Nabila seraya menyodorkan sapu. Naiyla dan Farrel pun segera melaksakan tugasnya. Mereka berdua sama sekali tak berbicara, mereka saling diam.

"Farrel nanti minta maaf ya sama Naiyla." Ucap Hawa saat Farrel menyapu di daerah tempat mereka makan.

"Iya iya habis ini."

"Huh dasar! Nurutnya cuma sama Rindu aja, suka bukan sama Hawa." Celetuk Naiyla sebal, entah mengapa jika Farrel di hadapkan ke Hawa, dia sudah jinak, Hawa sudah seperti pawangnya.

"Idih apaansi, iri kamu aku di ajak ngobrol sama Hawa!."

"Ya enggak lah, setiap hari, jam, menit, detik aku selalu ngobrol sama Hawa." Ujar sengit Naiyla tak terima.

"Udah-udah kok jadi ribut lagi sih, selesain dulu tuh tugas kalian supaya kita belajar, entar bu Danti malah tambah marah lagi." Suruh Hawa yang kian jengah dengan tingkah mereka berdua yang sudah seperti Tom and Jerry

Hawa sama sekali tak mengubris perkataan Naiyla tadi, ya memang Farrel dan Hawa terlihat begitu dekat karena memang orang tua Hawa dan Farrel saling kenal, mereka berdua pun satu TK.

"Naiy, kita ke depan dulu ya..mau ngasih mangkok." Ucap Nabila, Naiyla hanya mengangguk. Nabila, Agis dan Hawa pun segera keluar menuju kantin yang berada di bagian belakang kelas.

Sepuluh menit kemudian kelas sudah rapi, bu Danti pun sudah dipanggil. Kini suasana kelas hening, hanya terdengar orang-orang yang saling berbisik-bisik saja. pembelajaran pun sama sekali belum di mulai.

"Kalian boleh bercanda tapi jangan kelewatan, dan kalau kalian bermain yang membutuhkan ruang yang besar jangan pernah menggunakan kelas, di dalam kelas banyak barang-barang berharga. Seperti tadi ibu lihat banyak sekali kursi, tas, pulpen, pensil, buku berserakan di lantai. Butuh uang untuk membeli barang-barang itu dan berarti orang tua kalian harus bekerja, orang tua kalian kerja susah payah supaya dapat uang dan uang itu mereka belikan untuk keperluan kalian tapi, ternyata kalian enggak menjaga barang-barang itu dengan baik, gimana perasaan orang tua kalian kalau seperti itu?."

Semua hanya diam, kelas ini hening.

"Kalau barang yang rusak adalah barang kalian, kalian gampang menggantinya tapi, kalau barang sekolah yang rusak seperti tadi kursi yang kemana-mana, ada yang kebalik, ada yang duduk di kursinya enggak bener, nyoret-nyoret kursi sama meja, rak buku sudah berantakan. Kalau diantara kalian ada yang merusaknya, kalian yang harus ganti bukan sekolah. Jadi, boleh bercanda, boleh bermain tapi harus tahu tempat. Kalian lihat kalian bermain di tempat yang kecil atau besar, ada banyak barang-barang tidak di sekelilingnya. Oke? Mengerti?."

"Mengerti bu." Jawab serentak.

"Jadi ibu minta jangan ada yang bermain di dalam kelas lagi, main di lapangan atau main di koridor. Oke?."

"OKE BU." Serentak mereka.

"Ya sudah silahkan buka bab 5, kita sudah ke materi yang berbeda."

Semuanya pun mengikuti arahan. Kelas menjadi hening kembali, mata mereka terarah ke papan tulis memperhatikan bu Danti yang sedang menjelaskan bab baru. Pembelajaran pun berjalan dua setengah jam kemudian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post