PROLOG

“Amel! Kruzt! Kalian di mana?!...” Suara itu berteriak, namun terdengar samar di telingaku. Saat itu… aku sedang terbaring lemah. “Uhuk! Uhuk!” Amel saat itu terbatuk, batuk yang mengeluarkan darah. Aku berada di mana saat itu?

BRAK!! Pintu itu dibanting. “Amel! Kruzt! Kalian baik-baik saja?” Saat itu kelopak mataku sudah sangat berat. Tanpa kuperintahkan, mataku menutup dan udara dingin pun kembali menusuk diriku.

Beberapa hari kemudian aku tersadar. Aku tersentak dan menatap sekeliling. Saat itu aku terbangun dalam keadaan terikat di kursi. “Kruzt… aku tak menyangka kau berani berkhianat dan membunuh Amel. Kau sebenarnya menganggap kami apa? Kruzt, bukankah kau dan Amel saling mencintai…?”

Aku tersentak, apa yang terjadi pada Amel? “Membunuh Amel? Apa maksudmu? TIDAK! Aku tidak—“ Orang itu menangis. “Pembohong! Kukira saat kau membangun organisasi ini dengan kami, kau sudah benar-benar berubah menjadi orang yang baik! Tapi, apa yang kau lakukan…?” Sergah orang itu.

“Mana mungkin aku membunuh Amel?! Mana mungkin aku mengkhianatimu?! Bukankah sejak awal kita sudah saling mengenal?” bantah diriku. Tangisan orang itu bertambah kencang. Kemudian orang di sebelahnya maju dan berkata, “buktikanlah kalau kau memang tidak berkhianat. Selesaikan tugasmu dan kembalilah ke sini dalam waktu kurang dari dua tahun.” Orang itu kemudian mengangkat tangannya. Dan tepat di atasku muncul lingkaran portal hitam.

“Sebagian dari ingatanmu akan kami segel. Begitu juga dengan 50% perasaanmu.” Sehabisnya kalimat itu diucapkan, laksana lubang hitam. Portal itu menyerapku dan melemparku ke tempat yang tidak kuketahui…

# # #