SEJUTA CINTA TENTANGMU
Sampai saat ini aku banyak menyimpan segunung pertanyaan dalam atmaku? berapakah total jarak tempuh yang kau lalukan untuk braktifitas di dalam rumah demi keluargamu. Ayam belum berkokok pun sosokmu sudah mengorbit untuk bersyukur kepada Alloh SWT. Dengan bersujud tanpa angkuh memohon bimbingan tanpa jenuh. Membereskan kamar tidur, memotong tomat, merapikan sudut-sudut kursi, menyapu, menyiram tanaman, atau beranjak ke pasar adalah titik roda aktivitasmu saling terhubung, bergelinding, tumpang tindih, dan silang menyilang, yang satu sama lain kau kerjakan melalui kekuatan kedua kaki dan tangan ajaibmu.
Semuanya kau jalani dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, hampir seumur hidupmu, bagai tak mengenal terminal dalam hari- harimu. Berapa lama kau memendam keinginan-keinginan pribadimu demi mengutamakan harapan-harapan keluarga terutama harapanku? Berapa total waktu istirahat dibandingkan waktu kerja yang kelihatan remeh itu? Dan, berapa banyak keahlian alamiah yang mesti dimiliki seorang ibu jika bekerja dengan cara seperti itu?
Ibu bagai Mutiara berkilauan sepanjang zaman, tentu makna Ibu berbeda-beda bagi setiap orang, bagiku ibu juga jantung kota dalam dunia harian, ibu adalah sosok paling sering diabaikan, ketika seorang anak tenggelam di dalam berbagai macam kesibukannya. Semua orang memiliki kisah tersendiri dengan ibunya, yang mustahil hilang walaupun waktu semakin Panjang, menarik dirinya sampai ke masa depan. Peristiwa besar dan kecil bersamanya masih tersimpan di lipatan memori ingatan.
Aku ingat, saat aku membuka album foto koleksi kecilku, begitu banyak terpancar rona bahagia setiap lekukan ekspresiku, setiap momen lucu bahagiaku semasa kecil mengingatkanku betapa hangatnya sentuhanmuu, kau relakan sepasang kakimu sebagai media canvasku untuk melukiskan imajinasiku. Saat itu aku masih usia TK itu momen yang sangat aku ingat, beranjak aku semakin bertumbuh dan berkembang, kau sabar menemani setiap kegiatan yang aku lakukan. Ibu taukah engkau, aku sepasang tangan yang sudah jauh mengembara yang menjelma sebuah pena, tak hentinya menorehkan jejak aksara. Semua itu berkat keceriaanmu, semangatmu, yang begitu rela menjadi pendengar setiap ceritaku.
Seiring dengan perkembangan zaman tehnologi, saat ini kiprahmu menghadapi tantangan yang semakin berat. Karena di era digitalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah melahirkan generasi yang serba cepat dan praktis. Ibu bisa menjadi sebuah gadget bagiku yang ada setiap saat dan setiap waktu bahkan menjadi kamus berbagai tutur bahasaku. Kau memfasilitasi tehnologiku supaya jemari lentikku berproses, berlatih dengan senang hati berjuang memperoleh prestasi.
Kisah sejuta cinta tentangmu yang sulit aku uraikan, begitu banyak meteor berkilau cantik yang tak mampu aku ulas secara singkat. Selalu tak cukup ruang untuk menulis tentangmu, namun dalam kalimat yang lebih pendek, ibu adalah sumber kebaikan bagiku. Kau sematkan pesan moral penting berulang – ulang sangat sederhana namun penuh sejuta makna. Sikap ramahmu terekam dalam setiap sudut otakku, sela – sela nadi jantung dan lipatan terkecil hatiku.Ingatkah engkau pada semua orang tanpa membedakan busana yang mereka kenakan kau selalu menyapa dan menyebar senyum kebaikan, setiap melewati komplek perumahan tak sengaja berpapasan tua, muda, anak – anak kau selalu membuka kaca mobil menyapa penuh ramah dan menunduk penuh rendah hati. Sikapmu itu menjadikanku banyak di kenal masyarat sekitar. Setiap menemuiku di luar rumah ada yang selalu memanggilku “Anak Cantik Solehaku“ membuatku sangat amazing in my life. Ibu kau bagai motivator dan genetarorku.
My super Koki yang terbaik adalah Ibu, kenapa aku selalu sangat rindu dengan setiap masakanmu, karena setiap masakan yang kau masak mengandung doa terbaik sehingga rasanya teramat lezat dan menyehatkan. Meskipun menu sederhana tempe penyet, sayur bayam beserta olahan ikan laut yang tak lupa kau sajikan tepat di atas meja makan sebelum aku pulang sekolah. Aku tau terkadang aku merasa kesal dengan menu kepiting dan udang balado, bukannya ku tak mau bersyukur, karena denga usiaku yang masih 7 tahun, ku harus menikmati semangat bekerja keras berusaha untuk memakanya. Ibuku bilang…! setiap kau ingin mendapatkan sesuatu maka berdoalah dan berusahalah sekuat tenagamu dalam keadaan senang dan ikilas, insyaAlloh hasil terbaik yang kau inginkan akan tercapai. Seperti halnya dengan udang balado setiap memakan nya aku akan berusaha belajar sabar untuk mengupas kulitnya agar dapat menikmati daging udang yang sangat lezat.
Ibu kau bisa menjelma bagai ruang kelas tanpa batas, tak pelit memberi ilmu dan pengalaman baru, buku adalah jendela ilmu tapi Ibu adalah pondasi yang membimbingku menjadi anak beraklak dan berilmu. Mulai huruf HIjaiyah sampai kalimat sederhana dari titik terendah kau ajarkan. Untuk bisa menggapai tingginya harapan. Setiap malam menemani di sebelah monitorku yang amat terang hingga larut malam…. Yah demi anakmu yang sangat haus dan lapar akan dunia tulisan. Selalu kau selipkan canda riang bersama dikala aku terlihat bosan. Ibuku juga sebagai konsultan abadi setiap ku goreskan imajinasi kau selalu bilang sudah bagus tapi kurang rapi sedikit, tidak salah tapi sedikit kurang tepat setiap banyak kekurangan setiap karya imajinasi yang aku buat, kau selalu menghiburku padahal dalam hati aku tau gambaranku tak sesuai dalam penilaianmu, supaya aku terus berusaha berkarya dengan tepat dan lebih rapi. Begitulah hati malaikat berargumen tepat supaya anakmu tidak penat.
Kau tanamkan pribadiku bagai anak petani yang tak mengenal gengsi, tiga hal hidup di galaxy yaitu kesederhanaan, kesabaran dan kasih sayang di bumi. kemewahan adalah penghormatan tertinggi, tapi kesederhanaan itu penghormatan yang lebih abadi. Maka nikmatilah setiap realita yang terjadi entah itu susah, senang, bahagia, kecewa bahkan mendapat prestasi dengan bersyukur dengan rendah hati jika kau bisa melewati maka senyuman akan menanti.
Ibu juga bisa berubah menjadi petir yang sangat tegas untuk menyadarkanku atas setiap prilaku kurang baikku, secuil kesalahan yang tercium maka aku harus siap mengumpulkan tenaga dalamku menghadapi jurus sabda realita yang menyerang seluruh titik pertahanan tubuh.Dan seketika bercucurlah air mata, atas segala nasehat realita yang kau semburkan ke seluruh permukaan tubuh merasuk ke hati simpatiku yang paling dalam. Mengerubungi hati yang ikut merasakan kesedihan realita galaxy bima sakti, hal itu senantiasa ku rasakan, rasanya tak sanggup menatap kedua bola mata gundahmu dan terkadang tak sanggup aku bermimpi…. Wahai … lokawigna mimpi dan ambisi di habisi reality, lelah di tipu ekspektasi diri sendiri bingung tak menyangka belajar dewasa itu semenyakitkan ini. Terlalu banyak pertanyaan tak terjawab, terlalu banyak keraguan mengendap, kita belajar memilih, berkorban dan bersabar bersahabat bersama realita. Tapi dengan nasihatmu terbukalah lubang berfikirku menjadi mengerti perbuatan yang kurang baik tak akan terulang lagi. Terimakasih telah menjadi Ibu presentasi sejuta argumentasi.
Hal unik yang kaumiliki yaitu kau sebagai pondok bagiku achhhhh…. Ibu kau bagai pondok pijat relaksasi pribadiku, tanpa aku meminta kau bagai malaikat yang selalu tahu tanpa bertanya padaku, apakah itu yang dinamakan ada ikatan antara anak dan ibu, setiap menjelang tidur kau memijatku kau semprotkan minyak eucalyptus yang sangat berkasiat menyegarkan tubuh dengan tambahan resep sentuhan nyaman pijatanmu dari ujung kaki sampai ujung rambutku bahkan urat seluruh wajahku rata kau sentuh sambil bercerita pengalaman yang sudah aku lalui hari ini, apabila menyenangkan kita tertawa bersama apabila kurang menyenangkan berharap segera melupakan.
Siapa dokter darurat dalam hidupmu, jawabanya adalah Ibu…ibu dan ibu. Wanita pertama yang melakukan pertolongan pertama yang sangat atraktif, saat kita meriang bahkan mendadak jatuh sakit, the first Mom yang merawat kita, mengobati, mendampingi, dan menghibur hati tanpa memikirkan meski kurus menggerogoti demi kesehatan si buah hati, maka jangan sekali – kali melawan ibumu pengorbananya sungguh sebesar galaxy meskipun mengorbankan ujung nadi.
Oh…. Ibu, binar matamu perlahan mulai mengkerut, langkahmu pelan karena nyeri lutut, rona wajahmu penuh harap, supaya aku cepat terlelap istirahat, saat waktu lalu ...Aku sempat melihat wajah basahmu terusap air wudhu, tuk laksanakan sunah sepertiga malam itu, setiap deras nafasmu terlantun doa terbaik untukku. Berharap uluran tangan malaikat untuk selalu Melekat...tanpa celah, karena terlalu rapat.Tau kah engkau, tulusmu datang setiap saat.
Ibu....Terimakasih, selalu di depan mataku, demi menggali imajinasiku, senyummu teramat dekat di nadiku. Ohhh…. Ibuku, langit sering berdiskusi ketangguhanmu melukis pelangi, meskipun mendung selalu menghalangi, tapi kesabaranmu bagai menenun mimpi. Sejuta satu tak mampu ku melukiskan kehebatanmu, seribu puisiku tak cukup menguraikan pengorbananmu, keringat menjadi satu goresan penaku. Sedikit berkisah tentangmu “Kau Ibu terbaikku “. Happy Mother Day. Salam Sayang dari Putrimu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar