Teruntuk Ibu yang Kusayang
Oleh: Gusti Bagas Pratama
Jika kita berbicara tentang ibu, rasanya tak akan pernah ada habisnya. Beliau merupakan wanita yang paling dekat denganku. Semenjak aku belum terlahir ke dunia, tepatnya ketika aku masih berada dalam kandungannya, wanita yang sangat kucintai itu selalu menunggu kehadiranku dengan senyuman indah yang terpancar di bibirnya. Walaupun nyawa taruhannya, ibuku tak pernah sekali pun mengeluh.
Ibuku adalah wanita yang menjadi panutanku sejak aku kecil. Beliau selalu memberikan inspirasi bagiku. Ibu bagaikan malaikat tanpa sayap yang bersedia memberikan seluruh kasih sayangnya kepada diriku. Beliau pun selalu memberikan doa yang terbaik untukku di setiap ibadahnya. Tutur katanya dapat menyejukkan hatiku, pelukannya mampu menghangatkan tubuhku. Ibu, engkau rela mempertaruhkan jiwa dan ragamu demi anakmu yang sangat engkau sayangi. Kau rawat aku dengan penuh kasih sayang, kelembutan, dan ketulusan hatimu.
Ibu, terima kasih karena engkau telah mewarnai kehidupanku ini dengan pelangi, Engkaulah yang menggoreskan tinta dalam kehidupanku. Bahkan kau rela korbankan apa saja demi anakmu ini. Walaupun kita tak pernah hidup bergelimang harta, tetapi kau tetap mencurahkan kasih sayangmu kepadaku.
Masih tergambar jelas di benakku, ketika itu aku masih kecil, kau selalu merawatku dengan penuh kasih sayang. Engkau mengajariku bagaimana cara berjalan, berbicara, makan sendiri, dan segala hal lainnya. Kan kuingat selalu ketegaranmu. Ketika sang fajar masih belum terlihat, ketika aku masih terlelap dalam balutan selimut hangat, engkau telah terjaga demi membereskan rumah dan seisinya, demi membuatkan sarapan untukku dan seisi rumah. Kau memang tak ada duanya Ibu, wanita terhebatku. Usai menyiapkan sarapan, kau bangunkan aku, kau suapi aku, dan kau siapkan segala keperluan sekolahku. Lalu, dengan sepeda tuamu kau antarkan anakmu ini menuntut ilmu. Betapa senangnya hatiku kala itu.
Ketika matahari mulai tenggelam, bulan dan bintang mulai menampakkan sinarnya, engkau bawa aku ke negeri dongeng. Masih teringat jelas olehku, betapa sabarnya dirimu ketika aku memintamu untuk mengulang dan mengulang kembali dongeng yang telah engkau sampaikan kepadaku. Aku selalu suka dongengmu dan nada bicaramu ketika kau membacakan dongeng itu. Itulah sebabnya, aku selalu meminta Ibu untuk mengulanginya berkali-kali sampai aku terlelap dalam balutan selimut yang hangat.
Beranjak remaja, goresan kisah tentangmu mulai berubah. Aku mulai sering menentangmu. Aku juga acapkali berbicara dengan nada yang keras dan kasar kepadamu. Semua yang kau katakan rasanya keliru dan bertolak belakang dengan pemikiranku. Aku pun tak mengerti sama sekali mengapa semua itu bisa terjadi. Mungkin, aku hanya ingin memberontak tanpa kumengerti apa sebabnya. Aku tak suka kau atur. Aku ingin merasakan hidup bebas seperti anak-anak lainnya. Sampai aku pun pernah membuatmu meneteskan air mata karena keegoisanku. Tapi Ibu, kesabaran dan ketulusan hatimu rasanya tak terbatas untuk anakmu ini. Engkau selalu sabar memaafkan diriku dan menasehatiku. Maafkan aku Ibu. Maafkan aku karena berani melawanmu dan menyakitimu.
Kini rasanya aku mulai bisa berpikir lebih dewasa. Aku menyadari bahwa kelakuanku itu tidaklah benar. Maafkan aku Ibu. Ingin sekali kuputar waktu dan kuulangi masa remajaku tanpa menyakitimu dan menumpahkan air matamu sedikit pun. Aku sadar bahwa semua nasihat-nasihat yang pernah kau berikan di masa lampau kepadaku sangatlah benar. Aku juga sadar bahwa engkau ingin menjadikanku anak yang baik dan berguna untuk semua orang. Teruntuk ibuku, semoga engkau selalu ada dalam lindungan Tuhan. Semoga engkau selalu diberi kesehatan dan umur panjang hingga kelak aku dapat membahagikanmu. Aamiin.
Biodata Penulis
Gusti Bagas Pratama lahir di Jember 11 November 2006. Dia sekarang duduk di kelas XI, yang ingin mengenal lebih jauh bisa menghubungi
Email: [email protected].
Wa: 081232279447
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Benar-benar menyentuh hati.. :) Keren artikelnya Bang Bagas...