Furaiqa Az Zahra

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Namaku Maira Zahra (1)

Angin berhembus pelan, membuat rambut seorang gadis yang sedang membaca di bawah pohon tersibak. Gadis itu berambut panjang, mukanya putih bersih, badannya tinggi, sungguh cantik.. Umur gadis itu kira-kira 14 tahun Tak salah jika banyak pemuda yang ada di Kampung Puri menyukainya. Tapi, dibalik kecantikan gadis itu terdapat jiwa pemberani, pekerja keras, dan tegas dalam memutuskan sesuatu.

“ Maira, dimana kamu?” Sebuah suara memanggil gadis itu.

Gadis yang bernama Maira itu menoleh ke segala arah untuk mencari sumber suara. Seorang pemuda sedang berdiri tidak jauh dari tempat Maira berdiri, kira-kira hanya 4 meter. Muka Maira terlihat terkejut dan bahagia, ia menghampiri pemuda yang memanggilnya.

“Kak Salim!” Katanya sembari memeluk pemuda yang dia panggil Kak Salim.

Salim terkejut,”Tumben kamu meluk kakak dek, kangen ya?” Goda Salim pada Maira.

Maira segera melepas pelukannya,” Nggak kok,” katanya cemberut.

Salim tersenyum, sudah lama dia tidak melihat muka adiknya saat sedang cemberut seperti sekarang.

“Kak Salim lagi kepulangan?” Tanya Maira.

Salim mengangguk,” Iya dek, kakak di rumah sampai akhir bulan,” jelas Salim pada adiknya.

Maira girang,”Ayo bang, kita pulang pasti senang!” Serunya sambil menarik lengan Salim.

******

Maira menyapu halaman rumah, Salim pergi ke sawah bersama Bapak , Ibu Hanifa memasak makan malam. Sebuah pekerjaan yang rutin dikerjakan pada waktu sore oleh keluarga Maira.

Ibu Hanifa menghampiri Maira yang tengah duduk di anak tangga,” Sudah selesai pekerjaanmu Maira?” Tanya Ibu Hanifa kepada putri bungsunya.

Maira menoleh ke belakang,” Eh , sudah bu,” jawabnya.

Ibu Hanifa masuk dan keluar kembali setelah mengambil beberapa lembar uang rupiah,” Maira, tolong belikan Ibu bumbu dapur di warung Pak Cik Kasim,” kata Ibu Hanifa pada Maira.

Maira mengangguk sembari mengambil uang yang ada di tangan Ibu Hanifa lalu pergi. Ditengah jalan ia berjumpa dengan Anton, pemuda Kampung Puri yang terkenal ketampanannya. Para gadis Kampung Puri banyak yang menaruh hati padanya tapi berbeda dengan Maira, Maira tak pernah sedikit pun jatuh hati pada Anton. Dia tau persis siapa Anton.

“Lagipula Kak Salim lebih tampan dari Anton.” Gumamnya saat ditanya kenpa ia tak pacaran saja dengan Anton.

“Eh, ada kembangnya Kampung Puri nih,” goda Anton pada Maira. Maira cuek saja, dia enggan melayani.

“Ih, Maira kenapa ndak menyapa aku?” Tanya Anton dengan nada seperti wanita.

Maira yang mendengar itu merinding,Mulai deh Anton. Batinnya dalam hati.

Maira masih saja tak menjawab, dia ingin cepat-cepat pergi dari Anton. Tapi Anton tak berhenti sampai disitu, dia terus menggoda Maira.

Akhirnya kemarahan Maira meledak juga,” Anton, berapa kali aku bilang jangan ganggu aku!” Seru Maira marah.

Anton menanggapinya dengan santai,” Ah, kamu Maira kalo marah hilang cantiknya, ndak baguslah nanti banyak yang tak suka denganmu.”Ujar Anton.

Maira diam saja dan segera pergi menjauh dari Anton.

******

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post