Kenangan Tak Terlupakan
Guru, satu kata yang sangat familiar bagi kita. Guru merupakan orang tua kita di sekolah. Mereka membagikan ilmu dengan ikhlas kepada murid-muridnya. Hanya satu yang diharapkan, yaitu kesuksesan bagi murid-muridnya.
Saat di bangku kelas 2 SD, aku bertemu dengan seorang guru bernama Bu Fonda. Bu Fonda merupakan wali kelasku pada saat itu. Begitu sabarnya beliau dalam mengajar. Padahal saat itu kami masih anak kelas 2 SD yang pada umumnya lebih suka bermain daripada belajar. Kami berlarian ke sana-kemari, berteriak menandakan kami sedang bersenang-senang.
Aku masih ingat saat itu hari Jumat. Kami mempunyai jadwal suntik. Seperti anak-anak pada umumnya, tentu aku takut disuntik. Melihat jarum suntik yang menusuk satu-persatu lapisan kulit membuatku takut. Saat giliranku, aku berlari dengan niat ingin menghindari jarum suntik. Bu Fonda pun mengejarku. Namanya juga anak-anak, pasti akan kalah jika dikejar oleh orang dewasa. Bu Fonda berhasil menangkapku. Beliau meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Akhirnya aku mau disuntik dengan syarat Bu Fonda memelukku.
Banyak sekali jasa-jasa beliau bagi kami. Selain wali kelas, Bu Fonda juga guru ekstrakurikuler matematikaku. Banyak trik matematika yang beliau ajarkan. Mulai dari trik cepat mengerjakan soal matematika hingga trik sulap menggunakan hitungan matematika.
Sejak dulu, aku memang sudah tertarik dengan matematika. Dengan ketertarikan itu membuatku lumayan aktif mengikuti olimpiade matematika. Salah satu olimpiade matematika favoritku adalah KMNR. Aku mendapat banyak dukungan, terutama dari keluargaku dan Bu Fonda. Bu Fonda terus membimbingku. Beliau selalu menyemangatiku agar aku tetap optimis. Berkat dukungannya aku berhasil lolos ke babak semifinal. Meskipun tidak lolos ke babak final, aku tetap bangga terhadap diriku sendiri. Aku akan menjadikan pengalaman ini sebagai dorongan agar aku tetap semangat dalam mengikuti olimpiade yang lainnya.
Namun, belum sempat aku naik ke kelas 3 SD, Bu Fonda mengumumkan akan pindah. Aku sangat sedih. Guru favoritku yang sudah banyak mendukungku ternyata akan pindah. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain memberikan hadiah kenang-kenangan untuk beliau. Kami satu kelas sepakat untuk memberi hadiah kenang-kenangan untuk Bu Fonda sebagai tanda terima kasih.
Pada saat hari terakhir Bu Fonda mengajar, kami memberikan hadiah tersebut sambil bernyanyi untuk beliau. Satu-persatu air mata kami menetes. Kami bernyanyi sambil meneteskan air mata. Rasanya sakit sekali. Usai benyanyi, kami memeluk Bu Fonda yang mungkin akan menjadi pelukan terakhir kami dengan beliau. Air mata terus mengalir. Bu Fonda mengucapkan terima kasih atas semua hadiah perpisahan yang telah kami berikan. Di tengah-tengah kesedihan itu, ada salah satu temanku yang menutupi kesedihannya dengan berkata, “Aku kelilipan.” Padahal sudah terlihat jelas bahwa ia sedang menangis. Itu akan menjadi kejadian yang tak terlupakan.
Bu Fonda, terima kasih karena engkau telah banyak berjasa bagi kami. Terima kasih karena sudah menyemangati kami dengan tutur katamu yang lembut itu. Kami tak akan melupakan kenangan bersamamu.
***
Jember, 13 November 2022
Biodata penulis:F
Fitria Restunugraha, lahir di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 20 September 2009. Sedang menempuh pendidikan di MTsN 2 Jember. Duduk di bangku kelas 7. Dapat dihubungi melalui e-mail, [email protected]. Terima kasih sudah membaca ya!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar