Berenang di Lautan Penuh Mimpi
Berenang di Lautan Penuh Mimpi
Penulis: Fitria Restunugraha
Impian, impian merupakan keinginan yang belum terwujud dan ingin diwujudkan di masa depan. Siapa yang tak punya mimpi? Semua orang pasti punya mimpi meskipun hanya satu. Aku termasuk orang yang mempunyai banyak sekali mimpi. Tentu aku akan berusaha untuk mewujudkannya di masa depan, tapi apakah mewujudkan mimpi semudah itu? Tentu tidak. Banyak sekali rintangan yang harus dilalui hanya demi menggapai mimpi.
Ketika masih kecil, tentu saja banyak orang yang menanyakan apa cita-citaku di masa depan. Dengan percaya diri aku menjawab, “Tia mau jadi dokter!”. Menjadi seorang dokter memang impianku sejak kecil, tetapi sekarang semuanya berubah. Aku memutuskan ingin menjadi seorang psikolog.
Awal mula aku tertarik dengan dunia psikologi yaitu, sejak munculnya vidio-vidio tentang mental health di beranda akun sosial mediaku. Awalnya aku tidak begitu peduli, tetapi sedikit demi sedikit aku menyadari adanya kesamaan gejala gangguan kesehatan mental dengan keadaanku saat itu. Aku tidak berani self-diagnose tanpa konsultasi kepada ahlinya. Kadang-kadang, aku mempelajari tentang mental health ketika sedang bosan. Menurutku, itu lumayan menyenangkan.
Salah satu alasanku ingin menjadi seorang psikolog adalah, aku ingin menjadi tempat curhat bagi orang lain. Entah mengapa aku senang jika bisa menjadi pendengar bagi orang lain. Aku lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Aku ingin membantu memberikan solusi untuk orang lain yang mungkin memiliki masalah di dalam kehidupannya.
Aku juga ingin menjaga kesehatan mental anak-anakku di masa depan. Aku ingin mereka tumbuh di lingkup keluarga yang harmonis, sehat lahir dan batin. Kalau bisa, jangan sampai innerchild mereka terluka sepertiku. Memiliki innerchild yang terluka itu tidak menyenangkan, aku agak boros hanya karena membeli barang-barang yang menurutku lucu padahal tidak begitu bermanfaat. Aku sedikit haus akan kasih sayang.
Sedikit bercerita, aku pernah menjadi korban bully ketika duduk di bangku Sekolah Dasar. Teman-temanku mengejekku dan memberikan banyak julukan untukku. Aku jadi sering menangis karena sudah lelah dibuli. Mungkin ini salah satu penyebab innerchild-ku terluka. Aku berharap, di masa yang sudah maju ini tidak ada lagi yang namanya bullying. Kamu tidak dianggap keren karena telah membuli seseorang yang kamu anggap lemah. Mungkin para korban sudah memaafkanmu, tetapi kenangan pahit di dalam hidupnya akan ia bawa sepanjang hidup.
Jaga kesehatan mentalmu. Jangan biarkan orang lain menyakitimu. Kesehatan mental itu lebih penting. Jika mentalmu sehat, semuanya akan baik-baik saja. Selalu hadirkan energi positif di dalam kehidupanmu.
Teruslah bermimpi setinggi langit. Jangan pernah menyerah untuk menggapai mimpi-mimpimu. Aku tahu bahwa menggapai mimpi tidak semudah memetik buah mangga yang masih menggelantung di pohonnya. Untuk meraihnya, kita membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Karena, “Di balik kesuksesan, pasti ada perjuangan.”
***
Jember, 15 Januari 2023
Biografi Penulis
Fitria Restunugraha, lahir di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 20 September 2009. Sedang menempuh pendidikan di MTsN 2 Jember. Duduk di bangku kelas 7. Dapat dihubungi melalui e-mail, [email protected]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar