BAB 3
3. APA YANG SEBENARNYA TERJADI?
Zahra berlari memasuki rumahnya, banyak orang yang melihatnya tampak heran dan sedih. Zahra menuju tempat orang-orang yang berkumpul. Ia tak melihat ibunya, ia hanya melihat bapak dan kakaknya yang sedih. Ia dipeluk erat-erat oleh bapak dan kakaknya. Ia sedikit cemat,” ada apa gerangan?” pikirnya. “nak, ibu...ibumu... sudah tiada!” kata bapak sambil menangis. Glek! Hati Zahra terasa sangat sesak! Ia menangis kencang! Menangisi ibunya yang sekarang sedang berjuang melawan takdirnya. Ibunya sudah tak bernyawa, sekarang beliau tengah di mandikan oleh pihak keluarga. Zahra segera menghampiri ibunya, ia menangis tersedu-sedu. Proses pemakaman pun selesai, ia pulang bersama keluarganya. Di rumah sangat banyak orang tetapi hanya keluarga dari pamannya yang menerima tamu. Ia, bapak dan kakaknya masih syok! “bapak! Kakak! Kenapa kalian tidak memberitahuku? Apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu? Dan kenapa tante Salsa pun tak tau apa yang terjadi dengan ibu?” tanya Zahra sedikit marah kepada bapak dan kakaknya. “ Maaf nak, tadi ibumu hendak berangkat ke rumah tante salsa. Tapi, ditengah jalan ia merasa sakit di bagian jantungnya dan akhirnya jatuh. Seseorang telah menolong ibumu, hendak dibawa ke rumah sakit tapi ibumu menolak. Karena itulah ibumu hanya dibawa pulang dan istirahat dirumah. Satu jam yang lalu, ibumu pingsan di kamar mandi. Ternyata penyakit jantung ibumu kambuh. Ibumu pun sudah tak terselamatkan nyawanya ketika akan dibawa ke rumah sakit.” Bapak menjelaskan dengan air mata yang masih mengalir deras. “Apakah tante salsa tidak tau apa yang terjadi dengan ibu?” tanya Zahra lagi. “ Tadi sudah ditelefon oleh pamanmu, tapi tidak diangkat. Oh ya.. kamu kenapa pulang telat? Tadi kami juga sangat cemas. Sebelum tiada, ibumu minta maaf karena tak bisa datang ke bazar dan berpesan agar kamu jadi anak yang baik yang bisa banggain keluarga kita. Dan Zahra harus kuat dan tidak boleh terlalu sedih jika memang takdir mengatakan bahwa ibumu harus menghadap sang kuasa” ujar ayahnya Zahra. “Pak, tadi Kejora diculik. Zahra habis mengejar penculiknya dan baru bisa pulang. Zahra nyesel banget gak pulang awal” tangis Zahra makin kencang. “ Sabar nak, ini sudah takdir dari yang maha kuasa. Kita doakan ibumu saja semoga tenang di alam sana.” Ujar bapaknya Zahra menenangkan. “Amiin” ucap Zahra dan kakaknya. “Pak, tante salsa ndak usah dikabari dulu ya!” kata Zahra. “ Iya, bapak faham.. tante Salsa pasti juga mengalami kesedihan seperti kita” jawab bapak. Mereka pun sudah sedikit reda tangisannya walau masih sedikit terpukul atas apa yang sedang terjadi. Terutama Zahra yang juga kehilangan sahabatnya, ia bertekad setelah ini akan mencari sahabatnya itu.
*^*
Hari ini hari minggu, Zahra segera mandi dan pergi kerumah Kejora. Ia pamit kepada ayahnya, keluarganya kini sudah ikhlas melepas kepulangan ibunya Zahra. Zahra juga sudah tidak terlalu sedih karena selalu ingat pesan ibunya bahwa dia harus kuat. Zahra masih punya tugas lain, hari ini harus selesai! Sahabatnya harus ketemu hari ini juga! Jikalau memang tidak hari ini, setidaknya hari ini Zahra sudah sangat berusaha mencarinya. “ assalamualaikum.” Ucap Zahra. “ waalaikum salam.” Jawab tante salsa. “ tante, bagaimana Kejora?” tanya Zahra. “ belum ketemu nak, ini tante mau lapor ke pihak kepolisian.” Jawab tante salsa. Dari raut mukanya tante salsa masih menyimpan rasa kesedihan yang mendalam. Zahra sebenarnya ingin memberitahu perihal ibunya, tapi dia sadar bahwa kali ini bukan waktu yang tepat. “tante, saya boleh ikut ke kantor polisi?” tanya Zahra. “ boleh nak, nanti kita pergi sama sama. O ya, ibu kamu kenapa? Kok kemarin gak ke rumah tante?” tante salsa heran kenapa ibunya Zahra kemarin tak bekerja di rumahnya. “ hmm.. maaf tante sebelumnya gak memberitahu tante.. sebenarnya ibunya Zahra sudah tinggal di alam lain.” Jawab Zahra. “ maksud kamu? Ibu kamu tinggal dimana?” mamanya Kejora belum faham dengan apa yang dibicarakan Zahra. “ ibu Zahra sudah tiada tante.” Jawab Zahra menunduk. “ tapi Zahra harus kuat, Zahra nggak boleh terus bersedih, itu pesan terakhir dari ibu Zahra.” Lanjut Zahra. “ ya allah, kenapa kamu tidak memberitahu tante, Zahra?” tante salsa memeluk Zahra. “ Ayo kita kerumah kamu. Ini sedang berduka, tante ingin mengucapkan belasungkawa kepada bapak kamu. Dan kamu kenapa malah ingin mencari Kejora?” Ucap tante salsa. “ maaf tante, kata bapak, tante kemarin sudah dihubungi tapi tidak dijawab sama tante. Saya memang sengaja kesini karena saya ingin menghibur saya tante. Saya tak ingin ditinggalkan Kejora walau hanya sehari. Kejora itu yang biasa menghibur Zahra. Zahra ingin mencari Kejora tante!” kata Zahra. “ maaf juga, kemarin tante sibuk dan ketika mau mengangkat telepon dari rumahmu sudah dimatikan. Sekarang kita kerumah kamu dulu, Tante mau bilang ke bapak kamu. Tante juga ngucapin banyak terima kasih sama kamu karena udah sangat perhatian sama Kejora.” Kata mamanya Kejora. “ tidak kok tante, Kejora itu sudah Zahra anggap sebagai saudara sendiri. Ya sudah tante, sekarang tante saya antar ke rumah Zahra ya!” ujar Zahra. Zahra dan tante salsa pun pergi ke rumah Zahra dahulu baru pergi ke kantor polisi. Mereka diantar oleh pak sopir menaiki mobil yang sama dengan mobil yang digunakan Zahra untuk mengejar Kejora waktu Kejora diculik. Sampai di rumah Zahra, tante salsa segera menghampiri bapak dan kakak Zahra. Tante salsa memeluk erat kakaknya Zahra, ia juga mengucapkan belasungkawa kepada bapaknya Zahra. “ pak, ini ada sedikit bantuan dari saya. Ucapan terima kasih atas semua yang diberikan keluarga bapak untuk keluarga saya pak.” Kata tante salsa sambil memberikan sebuah amplop tebal. “ tidak bu! Saya tidak mau menerimanya!” bapaknya Zahra tak mau merasa dikasihani orang lain. “ tak apa pak, saya sudah menganggap keluarga bapak sebagai keluarga saya sendiri. Mohon diterima pak, kalau perlu bantuan juga jangan sungkan bilang saya pak.” Tante salsa mendesak agar amplop darinya diterima. “ terima kasih banyak bu, entah bagaimana saya membalasnya. Zahra ucapin terima kasih kepada tante salsa!” perintah bapaknya Zahra. “ terima kasih banyak tante, semoga dibalas yang berlipat ganda oleh allah SWT.” Ucap Zahra. “ iya amiin nak, sama-sama tante juga seneng karena Kejora dah menjadi sahabat kamu dan terima kasih kamu sudah sangat perhatian kepada anak saya.” Ucap tante salsa mengelus rambut Zahra. “pak, Zahra izin mau ikut tante salsa cari Kejora!” pamit Zahra. “ iya nak, hati-hati ya.” Ucap bapak. “assalamualaikum” ucap Zahra ketika sudah berada didalam mobil.” Waalaikum salam.” Jawab bapak. Mobil yang ditumpangi Zahra pun pergi ngebut kearah kantor polisi terdekat. Mereka ingin melaporkan kasus penculikan Kejora. Sampai sana, terdengar suara panggilan telefon dari hpnya tante salsa. “ sebentar ya, tante mau ngangkat telfon ini dulu” izin tante salsa. Di pojok sana, tante salsa sedang ngobrol dengan seseorang yang ada diseberangnya. “ jadi gini zah, tadi ayahnya Kejora telefon. Katanya beliau mau ikut kesini, kita disuruh nunggu disini!” kata tante salsa. “ oh, jadi paman diki sudah pulang dari Surabaya?” tanya Zahra. “ya, mungkin 5 menit lagi sampai sini. Kita nunggu gak papa kan?” tanya tante salsa. “ gak papa kok tante” jawab Zahra dengan senyum manisnya. Mereka pun menunggu paman diki di tempat duduk yang sudah disediakan. Paman diki adalah ayahnya Kejora, ia bekerja di Surabaya. Kemarin ketika Kejora diculik, tante salsa langsung mengabari paman diki. Karena tinggal satu hari bekerja dan besoknya pulang, paman diki memilih tetap di Surabaya dan akan pulang hari ini yaitu hari minggu. Ayahnya Kejora akhirnya datang, beliau segera menghampiri Zahra dan tante salsa. “gimana? Kejora belum ketemu juga ya? Siapa yang udah membawa anak kita ya ma?” ayahnya Kejora tampak sangat gelisah. “ kemarin Zahra sudah mencoba mengejar mobil yang membawa Kejora, tapi belum berhasil. Karna ini sudah 24 jam Kejora belum kembali juga, jadi kita berniat mau lapor saja ke polisi yah.” Mamanya Kejora menjelaskan niatnya datang ke kantor polisi. Mereka semua pun masuk kedalam kantor, mereka diarahkan ke tempat dimana mereka bisa melaporkan apa yang terjadi. Ayahnya Kejora pun menceritakan semuanya, pak polisi pun mengetik laporan dari ayahnya Kejora. Setelah selesai menceritakan semuanya, mereka pun pamit. Di tengah perjalanan, “ Pak, itu bukannya mobil yang kemarin membawa Kejora ya?” tanya Zahra kepada pak sopir. “ wah kelihatannya kok iya ya zah?” jawab pak sopir. “ Yang mana zah?” tanya ayahnya Kejora. “ itu pak.” Kata Zahra sambil menunjuk sebuah mobil yang sangat mirip dengan mobil yang sekarang ditumpanginya. “Pak sopir, kita ikuti mobil itu ya!” perintah ayahnya Kejora. “ Siap pak!” jawab pak sopir. Pak sopir menancap gas dan berusaha mengejar mobil tersebut. Mobil tersebut terus berjalan dan mobil paman diki juga terus mengejarnya. Akhirnya mobil tersebut pun berhenti di suatu tempat yang mirip seperti gudang. Paman diki sangat tak asing dengan bangunan tersebut. Bangunan yang seperti gudang tersebut memanglah gudang. Sekitar 7 tahun yang lalu, paman diki kerja disini. Setelah itu sekitar 5 tahun yang lalu, paman diki dipindahkan ke gudang perusahaan cabang Surabaya. Sekitar 1 tahun yang lalu, pojok gedung yang sekarang paman diki lihat dilanda kebakaran hingga akhirnya ditutup. Tapi kenapa mobil yang dicurigai Zahra malah berhenti di tempat seperti ini?
*^*
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar