Lentera Sejati, Lentera Penerang Hidup
Oleh: Afifah Fitria Zahrah
Temen-temen, ibu adalah salah satu sosok penting yang membangun hidup kita. Tanpanya, kita tidak bisa lahir di dunia ini. Kita juga tidak bisa besar di dunia ini. Biasanya, tanggal 22 Desember kita peringati sebagai hari ibu. Dimana kita memperingati peran ibu yang begitu besar kepada keluarga dan anak-anaknya. Kasih sayangnya itu memang tak terbalaskan.
Banyak sekali jerih payah yang sudah ibu berikan kepadaku dan adik-adikku. Seperti saat ibu mengandungku. Ya, ibu mengandungku selama 9 bulan. Sama seperti yang lain. Tentunya mengandung seorang bayi bukanlah hal yang mudah. Karena, seorang ibu yang hamil nantinya harus bisa menahan banyak sekali keluhan-keluhan yang harus dialami. Seperti mual dan muntah, kaki kram, sakit punggung, dan banyak keluhan lainnya.
Setelah 9 bulan mengandung, inilah saat dimana seorang bayi keluar dari kandungannya. Melahirkan seorang anak. Sama seperti mengandung, melahirkan juga tidak mudah. Bahkan, seorang ibu yang melahirkan diibaratkan dengan 20 tulang yang dipatahkan secara bersamaan. Tentu luar biasa sakit. Pastinya dibutuhkan kesabaran yang luar biasa, ya temen-temen. Apalagi ibu yang sudah mengandung dan melahirkanku dan juga kedua adikku.
Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga berbeda dengan yang lain. Ya, meski beberapa orang memandangnya dengan sebelah mata. Karena ibu rumah tangga hanya bekerja di rumah saja. Tapi, ibu rumah tangga ini bekerja sepanjang waktu. Ibu harus memasak, belanja kebutuhan rumah, mencuci baju dan piring, menyetrika, dan masih banyak lagi. Ditambah lagi ibu sambil membesarkanku dan adikku.
Mungkin ini adalah momen yang paling membekas di memori ibu. Adik keduaku lahir. Adik keduaku ini satu-satunya anak lelaki di keluargaku. Karena aku dan adik pertamaku perempuan. Aku waktu itu baru bangun tidur, tiba-tiba ayah langsung memberi tau kalau adik keduaku lahir dan ternyata laki-laki. Aku waktu itu seneng banget bisa punya adik laki-laki. Aku langsung menuju ke kamar dimana ibu baru selesai bersalin.
Seneng banget bisa punya adik laki-laki. Ayahku saja pengen menggendong adikku yang baru lahir. Sayangnya ayah waktu itu dalam kondisi kurang sehat. Ayah waktu itu lagi sakit demam. Sampai 1 minggu ayah masih belum bisa menggendong adik keduaku. Karena demam ayah semakin parah. Pada akhirnya, ayah dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Ibuku saja rela menitipkan adik keduaku di rumah dengan mbahku karena harus menemani ayah ke rumah sakit pada pagi hari.
Setelah ayah diperiksa lebih lanjut, ternyata ayah menderita hepatitis. Ibu saat itu harus terus menemani ayah di rumah sakit dari pagi sampai malam. Seharusnya, orang yang baru beberapa hari selesai bersalin beristirahat di rumah. Karena fisiknya belum sepenuhnya pulih setelah bersalin. Ternyata dokter mengharuskan ayah menginap di rumah sakit. Takdir berkata lain. Ayah meninggalkan kami. Aku merasa terpukul sekali. Adikku yang baru berumur 1 minggu, sudah ditinggal oleh ayah. Aku tahu, ada yang lebih terpukul daripada aku, yaitu ibu.
Ibu yang baru beberapa hari selesai bersalin, kini harus mulai belajar hidup tanpa ayah. Memang, hal ini sangat dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Tapi menurutku, adik keduaku ini mungkin memang ditakdirkan menjadi pengganti ayahku. Rupa mereka berdua mirip sekali. Jadi, adik keduaku bisa menjadi obat rindu ibu dengan ayahku.
Temen-temen, begitu banyak jasa-jasa yang ibu berikan kepada kita. Kita bahkan nggak bisa membalas jasa-jasa yang ibu berikan. Kita mungkin hanya bisa menyelipkan doa yang terbaik untuknya. Buat ibu, terima kasih sudah menjadi ibu terbaik untukku. Ibu adalah wanita kuat. Ibu aja sanggup melewati banyak ujian dari Tuhan. Ibu aja bisa menjadi ibu sekaligus ayah untuk kami bertiga. Meski sudah tidak ada ayah, masih ada kami bertiga yang bisa menemani ibu. Mungkin ini berat, tapi ibu memang ditakdirkan untuk menjadi wanita kuat. Ibu, anakmu sekarang udah besar, udah remaja. Udah bukan anak kecil lagi. Bahkan, sekarang tinggi anakmu udah menyalip tinggi ibu. Hihihi. Terima kasih ya, ibu!
Ibu layaknya sebuah lentera penerang hidup untuk anak-anaknya. Ibu menerangi hidup kita dengan sebuah kasih sayang yang tak terhingga. Tanpanya, kita tidak bisa melihat apa itu kehidupan yang sebenarnya. Buat temen-temen yang udah baca sampe sini, jangan lupakan jasa-jasa ibu, ya! Tetap selipin doa buat ibu kalian! Karena hanya itu aja yang bisa kita lakukan sebagai anaknya. Kira-kira di hari ibu ini, mau dirayain gimana, nih? Hihihi. Terima kasih buat temen-temen yang udah baca sampe sini! Selamat hari ibu!
Jember, 11 Desember 2022
Biodata Penulis
Kenalin nih.. Afifah Fitria Zahrah biasanya dipanggil Afifah atau Zahrah. Sahabat bisa panggil Afifah. Afifah lahir di Jember, Jawa Timur. Tepatnya pada tanggal 09 Oktober 2008. Saat ini ia sedang menempuh pendidikannya di MTsN 2 Jember. Afifah saat ini duduk di bangku kelas 9. Untuk lebih dekat, sahabat bisa menghubungi surel [email protected]. Sekali lagi terima kasih sudah membaca ya! Sampai jumpa lagi!!!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar