Impian yang Sukses, Masih Berproses

Oleh: Afifah Fitria Zahrah

Temen-temen pasti punya impian masing-masing, kan? Impian itu ibarat sebuah arah yang akan menentukan jalan kita nantinya. Impian itu bermacam-macam. Seperti impian tentang profesi kita nantinya. Ada yang mau jadi dokter, polisi, tentara, dan masih banyak lagi profesi lainnya.

Nah, temen-temen! Cita-citaku waktu kecil, sekitar umur 7 tahun adalah menjadi dokter. Aku dulu mengira, kalo jadi dokter itu gampang banget. Tinggal memeriksa orang yang sakit. Terus tempat kerjanya bagus banget, yakni di rumah sakit. Di rumah sakit kan bersih juga dingin, soalnya rata-rata ada AC-nya. Terus katanya, gajinya dokter itu lumayan. Jadi ini alasan aku bercita-cita dokter. Cita-cita dokter itu ternyata masih bertahan sampai aku duduk di bangku kelas 4 SD.

Di kelas 4, tiba-tiba aku merasa nggak yakin sama cita-cita dokter. Temen-temen SD-ku saat itu bilang, kalau jadi dokter itu harus mahir di bidang IPA. Soalnya nanti kita harus tau anotomi tubuh manusia, jenis-jenis obat, dan banyak lagi. Nah masalahnya, aku ini kurang tertarik sama mapel IPA. Akhirnya, aku waktu itu bingung ingin bercita-cita apa.

Sebelum kenaikan kelas, tiba-tiba wali kelasku menyuruhku untuk menulis apa cita-citaku. Waktu itu aku bingung mau nulis apa. Dokter kayak kurang memungkinkan untukku. Apalagi aku nggak suka mapel IPA. Akhirnya, aku ngobrol bentar sama temenku biar bisa membantu aku untuk mencari cita-cita yang pas untukku. Temenku bilang kalo aku itu mending jadi dosen aja. Hmm, kenapa harus dosen?

Biar nggak tambah bingung, aku cerita soal dosen ini ke ayahku. Katanya sih, dosen itu gajinya lumayan. Terus katanya, murid yang diajar bukan sembarang murid. Tapi mahasiswa. Terus ayah bilang lagi, kalau mau jadi dosen harus kuliah sampai minimal S2. Makanya, kalau mau jadi dosen itu harus pinter kata ayah.

Mulai saat itu aku masih bingung aku nanti bercita-cita apa. Tapi perlahan, aku ngerasa kalau dosen ini cocok untukku. Apalagi aku ini punya minat di matematika. Jadinya, aku pingin menjadi dosen matematika nantinya. Hihihi.

Saat aku duduk di bangku MTs ini, ibu mulai sering mengingatkanku untuk menabung nilai. Salah satu impian ibu kepadaku adalah masuk ke universitas favorit di Indonesia atau di luar negeri. Menabung nilai memang sudah aku lakukan mulai sekarang. Namun terkadang, tabungan itu bisa bertambah dan berkurang. Entah kenapa, ibu selalu memfokuskanku di matematika. Setiap nilai matematika turun, aku langsung kena marah. Mungkin itu karena aku ingin bercita-cita menjadi dosen matematika. Jadi, aku harus fokus ke matematika.

Di tahun yang baru ini, aku harus punya semangat yang baru juga untuk belajar. Apalagi habis ini udah lulus. Membuang semua kebiasaan buruk di tahun yang lalu. Memang, membuang kebiasaan buruk terkadang tidaklah mudah. Contohnya, menunda-nunda PR. Akhirnya PR dikerjakan di sekolah. Terus aku harus tingkatkan kefokusanku waktu belajar. Terkadang, di tengah-tengah belajar aku tergoda buat buka medsos, chat, dan banyak lagi.

Temen-temen pejuang mimpi, tetep kejar terus impiannya ya! Tetep fokus ke satu titik itu. Jangan kasih kendor! Salah satu caranya dengan belajar sembari menabung nilai. Kalau nilainya bagus nanti kan mudah buat masuk sekolah impian. Hihihi. Tak hanya belajar aja loh, ya. Berdoa juga jangan lupa. Tak ada gunanya jika belajar tanpa berdoa. Begitu pula sebaliknya. Semangat buat temen-temen pejuang mimpi! Terima kasih buat temen-temen yang udah membaca sampai sini!

Jember, 12 Januari 2023

Biodata Penulis

Kenalin nih.. Afifah Fitria Zahrah biasanya dipanggil Afifah atau Zahrah. Sahabat bisa panggil Afifah. Afifah lahir di Jember, Jawa Timur. Tepatnya pada tanggal 09 Oktober 2008. Saat ini ia sedang menempuh pendidikannya di MTsN 2 Jember. Afifah saat ini duduk di bangku kelas 9. Untuk lebih dekat, sahabat bisa menghubungi surel [email protected]. Sekali lagi terima kasih sudah membaca, ya!