"Karya" adalah sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita. Kita bisa membuat karya dari apapun. Tergantung kreativitas kita. Barang bekas pun bisa kita sulap menjadi barang-barang yang berguna. Contohnya botol plastik bekas air mineral. Benda ini bisa kita manfaatkan untuk membuat berbagai kerajinan seperti vas bunga, tempat pensil, pagar taman, rak dinding, dan sebagainya. Sebuah kardus yang sudah tidak terpakai bisa kita modifikasi menjadi hiasan dinding, mainan anak-anak, dan sebagainya.

Waktu kelas tujuh, saya pernah diajari cara mendaur ulang barang bekas menjadi karya seni. Lalu, oleh guru saya diajari cara menuliskan teks prosedurnya. Senang sekali rasanya. Di kelas tujuh saya juga diajari cara menulis dan mengikuti lomba di Sasisabu. Awalnya saya merasa kesulitan. Namun, guru Bahasa Indonesiaku yang bernama Ibu Yuni selalu mendampingi dan memotivasi. Beliau ajarkan cara mengalirkan ide, menyunting tulisan, dan mengirimkan naskah ke Sasisabu serta link lomba. Saya merasa sangat terbantu oleh beliau. Saya juga merasa bahagia karena akhirnya bisa jadi pemenang lomba menulis.

Contoh karya lain yang berbentuk tulisan adalah puisi, pantun, dan cerpen. Saya ingin bisa menulis semua itu. Itulah sebabnya mengapa saya mengikuti salah satu program madrasah yaitu literasi. Saya mengikuti bimbingan literasi dengan Bu Yuni karena saya ingin pandai menulis.

Saya punya cerita yang menyedihkan saat mengikuti kegiatan literasi. Suatu hari, saya merasa tidak enak badan. Padahal besok adalah hari terakhir untuk mengirimkan naskah. Saya berusaha untuk tetap mengirim naskah tersebut. Namun karena terlalu pusing akhirnya saya tertidur sampai keesokan harinya. Akibatnya saya tidak bisa mengirimkan naskah yang sudah saya buat dengan susah payah. Sedih sekali rasanya.

Saat sudah sehat kembali, saya bertemu dengan Bu Yuni. Beliau bertanya padaku, "Fian sudah mengirim naskah kan?" Aku hanya bisa menjawab seadanya, Saya meminta maaf kepada Bu Yuni karena tidak bisa mengirimkan naskah karena sakit. Mendengar hal itu, Bu Yuni hanya tersenyum. Beliau menyemangatiku untuk tetap mengikuti lomba menulis di bulan berikutnya.

Saat hari pembagian sertifikat pemenang lomba menulis tiba, saya hanya bisa melihat teman-temanku yang berbahagia dengan kemenangannya. Saya menyesal karena tidak mengikuti lomba itu. Rasanya sangat disayangkan. Padahal aku sangat bersemangat untuk mengikuti lomba. Namun rupanya takdir berkata lain.

Saat pengumuman tema lomba bulan berikutnya keluar, aku langsung sigap untuk membuat naskah. Aku sangat bersemangat untuk mengikutinya. Tidak lupa, selalu ada Bu Yuni yang membimbingku untuk membuat naskah. Bu Yuni juga sangat bersemangat. Bukan hanya saya. Ada beberapa teman yang mengikuti bimbingan dengan Bu Yuni. Aku juga berkenalan dengan mereka.

Setelah saya selesai membuat cerita yang sesuai dengan tema lomba, saya bergegas untuk mengirimnya ke link lomba. Karena saya takut kejadian yang hampir sama akan terulang. Karena sebelumnya, saya juga pernah lupa mengirim naskah karena ketiduran. Saat pemenang lomba diumumkan, akhirnya naskahku dinyatakan menang. Saya sangat bahagia dengan kemenanganku. Setelah satu bulan menganggur tidak membuat cerita, akhirnya saya kembali memenangkan literasi.

pengalaman ini ada pelajaran berharga yang saya dapatkan. Ternyata ada hubungan yang erat antara berkarya dan kesehatan. Jika tubuh sehat, semangat berkarya akan meningkat. Sebaliknya jika tubuh tidak sehat semangat berkarya pun akan terhambat. Makanya, kita harus selalu jaga kesehatan.