Aku adalah seorang siswi yang duduk di bangku kelas 7. Dulu, aku adalah seorang anak yang tidak suka membaca buku. Bisa dibilang aku alergi. Mendengar kata buku saja rasanya aku sudah malas. Apalagi harus membaca. Jika ada tugas dari guru, aku lebih senang mencari jawabannya di internet. Aku ogah membuka buku pelajaran. Itu sebabnya saat kenaikan kelas, bukuku masih kelihatan baru. Ya jelaslah, wong buku itu jarang aku sentuh.

Saat aku melihat buku yang tebal, aku sudah menduga bahwa buku tersebut pasti tidak menarik untuk dibaca. Namun ibuku selalu menasihatiku agar aku gemar membaca buku. Ibuku ingin diriku menjadi anak yang pintar dengan banyak membaca. Beliau selalu menyuruhku mencari jawaban di buku-buku yang aku punya. Saat itu aku masih duduk di bangku kelas 5. Karena pandemi, pembelajaran dilaksanakan secara daring. Semua siswa harus belajar di rumah.

Aku yang malas membaca akhirnya jarang mengerjakan tugas dari guru. Akibatnya aku tertinggal banyak pelajaran. Hingga pada saat pelaksanaan ujian semester, aku tak memahami pelajaran sama sekali. Akhirnya aku mengikuti ujian remedi karena nilaiku sangat rendah. Mengetahui hal ini, orang tuaku marah kepada ku. Aku diancam, jika masih terus seperti ini, maka aku akan diantarkan ke pondok pesantren. Akhirnya aku memutuskan untuk belajar. Pada awalnya aku masih tidak tertarik untuk membaca buku tebal. Jadi aku memutuskan untuk membeli buku pelajaran yang hanya berisi satu materi saja. Akibatnya bukuku semakin banyak dan berserakan. Namun aku tetap mempelajarinya dengan serius. Akhirnya nilai remedialku naik dengan pesat. Kejadian ini membuat aku semakin semangat untuk belajar.

Hal tersebut berjalan hingga dua bulan. Namun tidak lama kemudian, rasa malas itu kembali menghampiriku. Aku tak tahu lagi bagaimana caranya untuk menghadapi hal tersebut. Aku kembali menjadi anak yang malas. Untung saja hal ini hanya berlangsung sekitar 2 pekan. Aku memulai kembali dengan membaca buku pelajaran yang sudah aku lewati, agar saat pelaksanaan ujian bisa menjadi lebih lancar lagi. Hingga saat pelaksanaan ujian, aku dinyatakan lulus. Aku pun bisa merasakan bahwa keberhasilan itu merupakan efek dari rajin membaca buku.

Ketika duduk di bangku kelas 6, aku mulai sering mendatangi perpustakaan. Aku suka ke perpustakaan karena di sana adalah tempat paling nyaman untuk membaca buku. Dengan membaca buku, aku dapat mempelajari banyak hal yang tidak aku ketahui selama ini. Akhirnya aku menjadi seorang kutu buku, yaitu orang yang tiada henti membaca buku. Pada waktu itu, aku lebih sering membaca buku non-fiksi yaitu buku pelajaran. Ternyata hal tersebut berpengaruh besar bagi prestasiku. Aku yang semula tidak masuk The Best Ten akhirnya bisa mendapat peringkat keenam.

Kini, di madrasahku aku mengikuti kegiatan literasi. Otomatis aku harus lebih rajin membaca. Karena kalau tidak membaca, aku tidak punya bahan untuk menulis. Kegiatan ini juga bermanfaat untuk melatih aku agar selalu berdisiplin. Dengan ikut literasi, semangat belajarku semakin meningkat. Nilai-nilai di raportku pun cukup menggembirakan. Aku akan selalu rajin membaca agar aku bisa meraih cita-citaku menjadi seorang Polwan.

Kawan, membaca adalah salah satu hobi yang bermanfaat. Salah satunya untuk memperluas wawasan. Dengan membaca, kita dapat mengetahui banyak hal. Dengan rajin membaca, kita juga akan menjadi siswa yang cerdas. Kalau kita cerdas, maka kita akan mudah meraih cita-cita. Nah, tunggu apa lagi? Ayo, jadilah generasi hebat dengan rajin membaca.