Fayazaa Irfiani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Aku Rindu Sekolah

Bapak Ibu Guru, Kami Rindu Bertemu.

Aku rindu sekolah

Daring lagi daring lagi, lagi-lagi daring. Rasa bosan dan jenuh mulai merasukipikiran. Aku duduk, mematikan laptop yang di pakai sehabis zoom pelajaran Bahasa Indonesia tadi. Tiba-tiba pikiran itu datang lagi, kapan bisa sekolah tatap muka lagi? Sungguh, belajar daring membuat semangat belajar menurun. Terkadang juga harus bertarung melawan rasa malas. Sekarang semua serba digital. Mau mengumpulkan tugas dari handphone, mengambil absen dari internet, berinteraksi dengan guru pun sebatas whatsapp.

Jujur, aku penasaran dengan wajah bapak dan ibu guru. Bagaimana cara mengajarnya, nada suaranya. Aku ingin tahu, ada rasa penasaran dengan itu. Salah satu perbedaan sekolah online dengan offline, menurutku, saat online jika ada yang kurang di pahami, susah bertanya langsung. Entah keterbatasan jaringan, atau device yang kurang mendukung. Terkadang, bisa bertanya kepada orang tua. Tapi terkadang juga, orang tua tidak tahu jawabannya. Bapak ibu guru, kami rindu bertemu. Bagaimana senyummu di pagi hari menyambut kedatangan siswa. Permainan-permainan seru yang bapak ibu ciptakan sebagai media pembelajaran. Kami merindukannya, kami rindu semua yang berhubungan dengan itu.

“Sekolah di rumah, belajar di rumah, mengajar di rumah”. Rasanya ketiga kolaborasi kalimat ini akan menjadikan kerinduan terhadap sekolah sebagai konklusi. Tidak guru, tidak siswa, rasa rindu itu tetap sama, bertumpuk dan segera bersiap untuk bertumpah-ruah. Kehadiran guru di dalam kelas bertatap muka dengan siswa-siswi mempunyai kelebihan tersendiri. Ada vibes yang berbeda sekali jika di bandingkan dengan saat daring. Dikatakan guru yang mahir adalah guru yang mampu menundukkan hati siswa-siswinya yang sulit. Dan mampu mengajak, serta mempengaruhi mereka dengan baik. Beberapa siswa mencurahkan isi hati nya, kebanyakan dari kami rindu untuk masuk kembali ke sekolah. Kami sangat merasakan perbedaan antara belajar di rumah dan di sekolah. Kini hanya tertinggal waktu rindu.

Melihat bagaimana anak-anak SD sekarang, aku merasa bersyukur saat aku SD virus ini belum membludak seperti sekarang. Anak-anak namanya, pasti susah jika harus belajar di rumah. Sedang di sekolah saja ada yang butuh 2 guru dalam satu kelas untuk mengajarnya. Tapi, meskipun sulit, meskipun berat, kita pasti bisa menghadapi semua ini. Kita masih bisa menampung rindu. Mulai lah dari diri sendiri, kembalikan semangat menuntut ilmu. Bilang ke corona, “kamu pikir, kamu bisa meruntuhkan kembali semangat belajarku? Ga ya jangan pede”.

Perlu kita ingat, waktu terus berjalan, yang perasaan baru kemarin hari Jum’at, eh tau-tau besok sudah Jum’at lagi. Apa mau terus-terusan membiarkan diri bermalas-malasan? Apa mau terus-terusan bermain game? Kita punya masa depan, dan kita bisa menentukannya dari sekarang. Hidup tidak hanya disini-sini saja. Kapan majunya kita?. Sebenarnya masalahnya itu bukan di waktu yang nggak tepat, tapi kamu nya aja yang belum mau mulai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post