Awan abu-abu untuk cahaya mentari yang ingin menyinari bumi. Kumendongak, apakah hujan akan turun lagi hari ini?

Gemuruh sudah terdengar, angin berhembus sedikit mengikat mengikat kontrol yang berguguran, sepertinya langit tidak bisa lagi menahan tangisnya.

Kupercepat langkah kaki agar segera sampai ke tempat yang ingin saya singgahi sebelum pulang.

"Assalamualaikum, Ayah, Kaka kembali, tapi kali ini tidak membawa buket bunga seperti tahun-tahun sebelumnya," ucapku setelah sampai di tempat yang sudah lama tidak datang karena saat aku datang ke tempat-tempat ini kenangan yang masih aku simpan selalu bermunculan.

"Sekarang Kaka dan Ayah ada di jarak paling jauh ya?"

Aku memejamkan mata, mengingat kembali kenangan yang pernah kami ukir bersama.

saya merasakan hujan. pipiku, hujan turun lagi Di bulan September yang sama, di tahun yang berbeda aku dilanda kembali akan duka lama.

Aku membocorkan ke bawah, gundukan tanah yang basah, terpahat nama di papan nisan, nama yang sering aku doakan, nama milik tokoh yang menjadi penyemangat mimpi.

"Dulu, saat Kaka rindu ayah , Kaka bisa memeluk tubuh tegap Ayah. Sekarang, jika kakak rindu Kakak akan mendoakan Ayah, selalu meminta bantuan Tuhan agar menyampaikannya kepada Ayah."

Dulu aku selalu bisa melihat pagi terbit di matamu. Ayahku, kini aku kehilangan dirimu.

"Selamat istirahat ayah, mungkin hari ini adalah hari terakhir aku mengunjungimu karena aku harus meraih mimpi seperti ucapanmu."

Aek kanopan, 7 September 2022