Duduk Di Jendela, Dan Melihat Dunia New ( Bab.2 'terbalik')
Bab.2 (Terbalik)
Siang ini, bukannya terik matahari yang menjadi raja, tetapi air hujanlah yang menjadi penguasa siang ini. Aku sibuk didapur, menyiapkan makan siang bersama Mak’e. Setelah itu memanggil 2 adikku itu, menyuruh mereka berhenti bolak balik ke kamar memeriksa belalang hasil tangkapan mereka, lalu makan siang bersama.
Selesai makan, aku tidak ada kerjaan. PR dari Pak Ilham sudah kukerjakan semalam, Lisa dan Ali sedang tidur siang, tidak biasanya mereka tidur siang. Mak’e sedang ada urusan di luar rumah, Bapak juga sedang ada pertemuan di balai desa. Sebenarnya unik ketika bapak bapak rapat pada siang hari,karena biasanya dilakukan di malam hari. aku sendirian dirumah. Menjaga adik adikku. Seperti biasa, aku mengarang cerita, menulisnya di buku bekas. Itulah kebiasaanku jika bosan, mengarang cerita. Mak’e akhirnya pulang dari rumah tetangga.
Aku membuka pintu saat Mak’e mengucap salam, mempersilahkannya masuk dan kembali mengarang cerita. Bapak juga sudah pulang, tanggung jawab ku sudah selesai. aku bisa bersantai sekarang, memandangi air hujan yang tak berhenti turun, sembari mengeluarkan ide ide yang memenuhi kepala.
***
“Kukuruyuuuuk!” suara ayam jago berkokok menghiasi kampung, diiringi suara burung yang tidak mau kalah, suara itu memenuhi kampung setiap pagi. Anak anak ayam yang lucu berjalan kesana kemari mengikuti induk mereka, sedangkan ayam jantan sibuk berkokok membangunkan penduduk yang sebenarnya sudah bangun. Sinar matahari menembus dedaunan pohon pohon besar di sekitar jalan kampung, terlihat indah dengan warna cerahnya.
Aku berjalan menuju sekolah bersama adik adikku dan sahabatku, Naya dan Kirana. Naya membawa ketiga adiknya sedangkan Kirana diikuti kakaknya. Kami berjalan menuju sekolah dengan semangata baru, kecuali Lisa. Sejak pagi dia murung memikirkan kata kata Pak Ilham, ‘sekali lagi kamu membuat masalah dikelas, Bapak setrap kamu seharian!’ itu kata Pak Ilham. Dan Lisa tadi pagi buru buru mengerjakan PR, entah salah atau benar yang penting selesai katanya.
Murid murid sekolah datang dari berbagai arah, menggunakan seragam merah putih khas anak SD. Aku memasuki kelas, menyapa teman teman, meletakkan tas lalu berjalan ke lapangan. Bersiap untuk upacara hari senin nanti, membantu Pak Ilham menyiapkan bendera, mempersiapkan kertas kertas kusam bertuliskan pancasila serta isinya. Sebenarnya persiapan itu bisa dilakukan tiga menit sebelum upacara, tetapi itu adalah hal favoritku, jadi aku menuju keruang guru dan mempersiapkannya. Pak Ilham tentu membiarkanku melakukan itu setiap hari senin, baginya itu pekerjaan bagus.
Akhirnya, lonceng dipukul. Anak anak segera berbaris dilapangan sekolah, upacara dimulai seperti biasa, aku adalah petugas upacara minggu ini. Memegang kertas bertuliskan nilai nilai pancasila, Kirana, Putra, dan Amir adalah pengibar bendera. Akhirnya tiba saatnya, saat ketika bendera merah putih akan dikibarkan.
Para petugas pengibar bendera itu sudah melakukan ancang ancang, akhirnya mereka bertiga berjalan dengan membawa bendera merah putih itu. Mereka pelan pelan mulai memasang bendera pada tali, lipatan bendera terbuka. “Woi! Benderanya kebalik!” seruan dari arah barisan anak anak itu dengan cepat menyadarkan seisi lapangan. Karena penasaran, aku menoleh ke samping. dan, memang benar! Bendera yang seharusnya berwarna merah putih terbalik menjadi putih merah! Walau ini kejadian biasa di antara anak anak SD, kejadian seperti ini cukup membuat para guru tepuk jidat. Bahkan bisa menjadi bahan tawa seisi kampung! Memalukan!
“Berbalik!” Iman yang menjadi pemimpin upacara segera menyerukan sebuah kata yang selalu diucapkan ketika ada kesalahan dalam upacara. Seluruh murid tertawa terpingkal pingkal ketika berbalik, dengan wajah merah karena malu, para pengibar bendera segera mengubah posisi bendera. Sejak tadi para guru guru serta kepala sekolah sudah berusaha menahan tawa, Pak Ilham tepuk jidat melihat apa yang dilakukan anak muridnya itu. Setelah bendera dibetulkan, Iman memerintah seluruh murid ke posisi semula.
Upacara ini sudah berakhir, seluruh anak kembali kekelas, masih terus menertawakan kejadian tadi. “Masang bendera kawalik (Masang bendera terbalik!)” kalimat yang selalu terdengar setelah upacara sembari menunjuk tiga anak yang menjadi pengibar bendera hari ini. Kemanapun tiga anak itu pergi, mereka selalu ditunjuk tunjuk dan ditertawakan.
Aku hanya terus tertawa melihat Kirana ditunjuk tunjuk, dijadikan bahan tawa. Hingga akhirnya Kirana mengangkat buku tulisnya, hendak menimpukku dengan buku walau tidak jadi. Memalukan!
bersambung bab 3 nya.
Assalamu'alaikum semua!
Ogenkidesuka?
Alhamdulillaah bab.2 nya selesai!!
Kemarin tuh, laptop ku error.
Padahal rencananya mau nyicil bab.2 TwT.
Dan pagi tadi laptopnya udah bisa dinyalain!
Karena tangan aku gatel pengen ngetik jadi aku selesaiin bab.2 nya. hehe.
segitu dulu ya!
Je matane!
Bye!
Wassalam!
Salam: Fatimah Aida
maaf banyak typo
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Yeayyy seru
Makasih caesaa
Masama
Wah sama dong,hari ini aku juga tangkap belalang ,lagian dia yang suka makan daun tomatku, sekarang sih masih ada,besok baru aku lepasin,wkwkwkw
Hihiiii
Aaaaaa, lanjut dong Fatimah.. kutunggu ya chapter 3nya >~<
Makasih kak jasmiin, insyaallaah kak
Seruuu.... Lanjutin lagi Aida..... semangat
Makasih haniin, btw bikin perkenalan dirinya lebih panjang doong