Duduk Di Jendela, Dan Melihat Dunia. Bab 4 (Bag 2)
Sudah malam, pukul 9 malam, tidak ada yang menyuruhku tidur. Mungkin butuh waktu agak lama untuk meupakan semua kenangan tentang panti asuhan daan anggotanya. Malam malam begini, Mama mengajakku nonton film, aku tidak pernah menonton film dipanti asuhan. Mama mengajakku menonton film selama 1 jam, jam 10 malam akhirnya film itu selesai, dan tentunya aku segera tidur.
“Anak anak! Bangun! Sholat subuh dulu!” suara Bunda? Kenapa terdengar? Bagaimana bisa? Aku kan di rumah Tante Intan! Bagaimana bisa? Kenapa? Karena... karena... ini hanya mimpi. Aku terbangun, pukul setengah 4 pagi, azan subuh berkumandang, aku segera berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Lalu aku merapihkan tempat tidur.
“tok tok tok! Noora! Bangun nak!” Mama mengetuk pintu, tepat setelah aku selesai merapihkan tempat tidur, “iya Ma”. “T... tempat tidurmu, siapa yang merapihkannya?” Mama terlihat kebingungan, “Noora” jawabku.Entahlah, wajah Mama terlihat kaget, “anak yang rajin! Ayo kita sholat berjamaah di mushala,” mushala? Rumah ini punya mushala? Hebat! Dirumah orang tuaku tidak ada mushala.
“Kita jamaah berdua saja ya! Papa sedang ke masjid” yeah, aku tahu itu, kenapan Mama memberitahuku lagi padahal aku sudah tahu. Entahlah, banyak yang berbeda dirumah ini. Selesai sholat dengan Mama, aku tilawah dan memurajaah hafalanku, begitu juga Mama. Setelah itu aku kembali kekamar.
Aku bingung, apa yang harus ku lakukan? Biasanya aku sudah berada didapur sekarang, tetapi di rumah ini berbeda. “Tok tok tok! Boleh Mama masuk nak?” suara ketukan pintu terdengar, aku membuka pintu, ternyata Mama. “Noora, kamu sudah kenal dengan ‘asisten asisten kita’?” aku mengangguk, kemarin Bibi Mira dan yang lainnya sudah mengajakku berkenalan.
“Dan... jangan selalu berada di kamar, ayolah, keluar. Bermain dengan Papa dan Mama, ayo kita olahraga!” ,memang aku lebih sering dikamar, aku malu untuk keluar. Dan, aku lebih sering menangis di kamar, merenungi nasibku. Tetapi, tidak ada gunanya menangis, aku harus bangkit.
Akhirnya aku ikut berolahraga bersama Mama dan Papa, saat aku menggunakan sandal jepitku, Mama bilang kalau ber olahraga pakai sepatu dan aku sudah dibelikan sepatu juga, mungkin butuh waktu untuk beradaptasi dengan kebiasaan dirumah ini. Selesai berolahraga, kami sarapan, lalu mandi. “Noora,” Mama memanggilku, aku membukakan pintu kamar, “minggu depan kamu sudah mulai sekolah ya,” aku mengangguk.
Siang ini, Mama dan Papa mengajakku membeli peralatan sekolah. Saat aku sedang memilih buku tulis yang akan kugunakan besok, mendadak aku ingin ke WC, aku pergi ke WC sendirian. Tiba tiba... “duak!” argh... pundakku terasa sakit, “Hei! Kalau jalan hati hati!” seorang anak perempuan meneriakiku seperti meneriaki seorang budak. Aku tak menghiraukannya, walaupun ia puluhan kali meneriakiku untuk minta maaf sedikitpun aku tak menoleh. Lalu kami kembali kerumah.
Hai semua! Assalamu'alaikum.
Jadi aku mau bilang kalau Bab ini gaseru, kenapa? krena ga ada konflik.
Yeah, bagian ini cuman buat nyeritain rutinitas Noora yang baru, berusaha melupakan semua tentang panti asuhan, dll.
Tapi... Bab 5 insyaallaah ada konflik, dan isinya aku bikin konflik doang.
oke segitu dulu jangan lupa bagikan artikel ini.
Bye!
Salam: Fatimah Aida
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
lanjut...aku tunggu yang ada konfliknya:)
Siap.
lanjuut menurutku seru ceritanya
Makasih banyak kak. Ini bab 5 nya lagi ditulis
owghey