Duduk Di Jendela, Dan Melihat Dunia. Bab 3
Ketika Seluruh Kebahagiaan Lenyap Secara Tiba Tiba
Sudah enam bulan setelah kejadian hari itu, yeah, ketika Aisha menunjukkan bakatnya sebagai detektif. Bulan depan umurku 12 tahun, yeah, kelas 6 sekolah dasar. Sekarang aku mulai memikirkan ujian kelulusan, dan... bagaimana SMPku nanti? Dari informasi yang kudengar, kebanyakan anak anak yang hidup di panti asuhan setelah lulus sekolah dasar akan bekerja, tetapi aku masih ingin belajar!
Aku sedang duduk di jendela yang berada di dalam kamarku, membayangkan bisa melihat menara eiffel di Paris, burj khalifa di Dubai, ka’bah di Makkah, hagia sophia di Istanbul, patung singa di singapore, dll. “Hei! Ngelamunin apa hayoo?” Aisha tiba tiba muncul di sebelahku, aku tertawa.
Malam yang gelap, kami sedang bersiap siap tidur, mengantri didepan kamar mandi untuk menyikat gigi dan berwudhu sebelum tidur. Aku mencium sesuatu yang aneh, “Aisha! Kamu merasa ada bau asap?” tanyaku, Aisha menggeleng santai. Aneh, semakin malam, bau asap itu semain pekat. Bau belerang juga mulai terasa. Perasaanku mulai tidak nyaman, panik tiba tiba.
Aku berusaha memejamkan mata, meyakinkan diri tidak akan ada yang terjadi. Jam 3 dini hari, aku terbangun, suara kentongan dan seruan membangunkan penduduk terdengar... aku melihat keluar jendela, mataku terbelalak melihat sesuatu yang bersinar terang di puncak gunung merapi. Lahar, itu adalah lahar gunung merapi! Tidak salah lagi.
Warga mengetuk pintu panti asuhan, membangunkan kami yang masih terlelap, dan segera berlari meninggalkan desa. Malam yang riuh, semua warga desa panik, berlarian meninggalkan desa. Asap tebal memenuhi langit Jogja, daerah yang berada di gunung merapi adalah yang paling parah. Desa kami lumayan dekat dengan puncak gunung, asap sudah memenuhi desa. Aku dan Aisha tetap berlari, Aisha mulai sesak napas, setengah sadar. Penyakit asma yang dimilikinya kambuh! Aku mulai panik, aku tak tahu di mana Bunda dan teman teman lain karena kami terpisah.
Banyak mobil ambulans berdatangan, aku dan Aisha sudah mulai kelelahan, aku terlalu banyak menghirup asap hingga akhirnya... duk! Aku tidak tahu apa apa lagi, pingsan. “aku.. di mana?” aku menoleh ke kanan ke kiri, aku tidak mengenal ruangan ini. “Kamu sudah bangun? Jangan bangun dulu,” suara lembut menyapaku, aku menoleh.
Seorang wanita berambut panjang, duduk di sebelahku. Kulitnya putih, tubuhnya tidak terlalu tinggi, dan terlihat belum memiliki anak. Aku menatapnya bingung, siapa dia? Kurasa kami tidak pernah bertemu. “Ahya! Aku lupa memperkenalkan diri! Namaku Intan, kamu bisa panggil aku Tante Intan” aku mengangguk.
“Siapa namamu?” tanya Tante Intan, “Noora” jawabku singkat, senyum selalu terlukis di bibirku. “Nama yang indah! Berapa umurmu?” Tante Intan masih terus bertanya tentang identitasku, “11 tahun,”jawabku. “Kamu tinggal di mana?” “panti asuhan” jawabku, Tante Intan mengangguk angguk.
“Tante, di mana aku?” tanyaku, “rumah sakit di daerah kota jogja” jawab Tante Intan lembut, aku mengangguk. Sesuatu mengganggu pikiranku, Aisha, yeah, dimana dia? Apakah dirumah sakit ini? Atau dimana?
“Tante, bagaimana Tante bisa bertemu denganku?” tanyaku, “Tante adalah relawan, kami para relawan berangkat secara buru buru semalam saat kejadian. Sebenarnya BMKG Gunung Merapi sebenarnya sudah memberi sinyal darurat, tetapi berita itu sangat sulit tersebar di daerah daerah pedalaman Merapi. Semalam gunung meletus tiba tiba, kami sudah mulai waspada ketika jam 8 malam karena mulai tercium bau belerang. Seharusnya kamu merasakan ada bau belerang, kau merasa ada bau belerang?” Tante Intan menjelaskan panjang lebar, aku mengangguk.
“Status gunung berubah menjadi siaga seminggu yang lalu, sebenarnya sudah banyak orang yang mengungsi, tetapi masih banyak yang belum. Saat Tante memandu orang orang pergi meninggalkan desa, Tante menemukanmu dan seorang anak perempuan diseblahmu jatuh tidak sadarkan diri, lalu Tante memanggil teman Tante untuk mebantu Tante membawa kalian berdua ke ambulans lalu dibawa ke rumah sakit ini. ” lanjut Tante Intan.
Mataku berbinar binar, seorang anak perempuan di sebelahku? Pasti Aisha! Tidak salah lagi! “Tante, anakperempuan itu dimana?” Tanyaku, “kalau tidak salah kamar no. ***” yes! Tante Intan tahu di mana kamar Aisha! “Tante, aku boleh ke sana ya?” tanyaku, Tante Intan menggeleng tegas, “ no Noora! Kamu baru saja sadar dari pingsan,” kata Tante Intan tegas, pelototan matanya mirip Bunda.
Ngomong ngomong, di mana Bunda dan teman teman lainnya? Rasanya enggan bertanya kepada Tante Intan di mana Bunda. Kruyuk... bunyi perutku, kenapa aku sudah merasa lapar? Bukankah aku sudah makan malam? Ahya! Sarapan! Aku belum sarapan! “Noora, kau lapar?” Tante Intan seperti mengetahui isi pikiranku, aku mengangguk dan tersenyum. Iapun memberiku 2 potong roti isi coklat dan sekotak susu kepadaku.
“Eh? Banyak sekali makanannya, apa aku kuat menghabiskan semua nya? Ah sudahlah, aku makan saja!” batinku, aku melahap semua itu. “Alhamdulillah” kataku setelah selesai makan. Aku melihat jam dinding yang berada di dalam kamar rumah sakit ini, jam 12 siang, ternyata aku pingsan lumayan lama juga.
Setelah beberapa jam, baru kurasakan sakit di paru paru, saat aku bernapas juga ada yang aneh. Aku tak tahu pasti itu apa, tetapi tidak seperti biasanya, ah sudahlah! Lupakan semua itu! Lebih baik aku... aku ngapain ya? Kok jadi bingung?
Akhirnya aku bertanya kepada Tante Intan ada apa dengan paru paru ku? Kata Tante Intan aku hanya terlalu banyak menghirup asap, jadi paru paruku mungkin agak terganggu, tapi aku baik baik saja.
Sudah 3 hari aku dirumah sakit, nanti sore aku sudah boleh pulang. Tapi aku pulang ke mana? Panti asuhan juga sudah hancur, kemana aku akan pergi? “Noora” aku menoleh, “nanti kamu tinggal di rumah Tante ya?” aku menoleh, apa? Aku tidak salah dengar kan? Tinggal? Aku bingung. Bingung se bingung bingungnya.
Bersambung........
Assalamualaikum! hai semuaa!
Gimana? Aku ga bohong kan? Nyambung kan di bab ini?
Makin seru ato makin bosenin?
komen ya!jangan lupa bagikan ke teman teman kalian ya!
Bye!
Salam: Fatimah Aida
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
makin seruuuuuuuuuu, ngomong ngomong, aku dsni, noora
Makasih sha. wkwkwk, eh, nasib Aisha nanti di bab 4 ya!
huaa
kakaaaaaaaaaaaak ceritanya seruuu
makasih kaaakk