RENDANG KESUKAANKU
Rendang Kesukaanku
Fathurrahman Al Faruq
Kata Kuliner berasal dari bahasa Inggris “culinary”. Culinary diartikan sebagai yang berhubungan dengan dapur atau masakan. Masakan tersebut dapat berupa lauk-pauk, makanan (panganan) dan minuman. Kata kuliner menjadi luas di Indonesia akibat dari pemberitaan media massa dan televisi yaitu acara-acara wisata. Sehingga kuliner merupakan segala sesuatu yang berkaitan atau berhubungan dengan dunia memasak. (e-journal.uajy.ac.id)
Rendang atau randang dalam bahasa Minangkabau adalah masakan Minangkabau yang berbahan dasar daging yang berasal dari Sumatera Barat, Indonesia. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak suhu rendah dalam waktu lama dengan menggunakan aneka rempah-rempah dan santan. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga yang tinggal hanyalah potongan daging berwarna hitam pekat dan dedak. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna cokelat terang keemasan. (Wikipedia).
Biasanya rendang dibuat dengan campuran (kinco) kentang rendang, kacang merah atau kacang putih (biji kacang buncis), dan ubi kayu cincang yang telah digoreng.
Aku sangat menyukai rendang. Walaupun rendang tersedia di setiap rumah makan yang ada di Sumatera Barat, khususnya di Bukittinggi, tapi aku lebih suka rendang yang dimasak oleh Ummi. Kalau Ummi memasak rendang, rasanya pedas manis. Pokoknya enak.
Seperti sekarang ini, hari Raya Qurban. Semua orang mendapat daging qurban, kami juga. Jika ada daging padek (padat); daging yang khusus untuk dibuat rendang, maka Ummi memasak rendang. Ummi biasanya memasak rendang dicampur (dikinco) dengan kentang kecil-kecil yang biasa disebut dengan kentang rendang. Aku sengaja menunda menulis ini, karena ingin langsung menceritakan proses pembuatan rendang Ummi, setelah mendapatkan daging Qurban.
Aku membantu Ayah membersihkan daging. Daging dipisahkan dengan lemak yang menyertainya, lalu dicuci bersih dengan air mengalir. Sementara Ummi menyiapkan bumbu, cabe, daun-daun, santan, dan lain-lain. Kemudian kentang kecil-kecil dibersihkan dengan ampas kelapa, agar bau tanahnya hilang. Uda Haris yang membelah dua kentang, lalu dicuci bersih dan dikeringkan.
Kemudian, daging dimasukkan ke dalam wajan, bumbu-bumbu, dan santan. Lalu dimasak. Sebelum mendidih, santannya harus diaduk terus, agar jangan pacah santan, kata Ummi. Setelah mendidih dan daging sudah empuk, baru masukkan kentang. Lama-lama, santannya mengeluarkan minyak. Sebelum santannya kering, ia akan berwarna kecoklatan, yang disebut dengan kalio. Jika santannya sudah kering, warnanya berubah menjadi coklat kehitam-hitaman.
Selama proses memasak, aku ikut ke dapur melihat Ummi. Baunya yang harum, sangat menggoda, sehingga aku semakin sering bolak-balik ke dapur. Aku pun bertanya, apakah memasaknya masih lama. Ummi menjawab bahwa tidak lama lagi sambil menanyakan apakah aku sudah lapar. Tentu saja aku menjawab tidak lapar, karena aku selesai makan. Namun, bau harumnya membuatku merasa lapar kembali. Ummi pun tersenyum mendengarnya.
Setelah masak, aku ditawari Ummi makan untuk mencoba rendang buatan Ummi. Ya, tentu aku mau dong, rending, sambal kesukaanku. Hhmmm…, enak.
Kalau teman-teman ingin mencoba masakan rendang, silakan datang ke Sumatera Barat (Padang), terus ke Bukittinggi Kota Wisata. Sekalian menikmati sejuknya udara di Kota Jam Gadang, dan tempat wisata menarik lainnya. Di sini, teman-teman akan menemukan rendang di setiap rumah makan. Namun, jangan cari merek “Rumah Makan Padang”, ya, karena di Padang tidak ada Rumah Makan Padang. Selamat datang, Ahlan wa Sahlan.
Bukittinggi, 15 Juli 2022.
Biodata
Fathurrahman Al Faruq, lahir di Bukittinggi, 26 oktober 2008. Santri yang hobi menggambar dan membaca ini sedang menimba ilmu di Pondok Pesantren ABI Center, Bukareh Kamang, Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Fathur yang sangat dekat dan menyayangi ibunya ini, awalnya suka menemani kegiatan ibu dalam kegiatan MediaGuru. Ia sering mengedit tulisan ibunya sebelum tayang di Gurusiana. Akhirnya Fathur ikut menulis di Sasisabu MediaGuru.
Peraih Juara 1 Lomba melukis Komik Islami di sekolahnya ini, juga berprestasi di bidang akademik. Ia meraih juara Umum di awal pendidikannya di kelas VII dan sampai sekarang Alhamdulillah masih tetap bertahan sebagai Juara Kelas.
Dengan lolosnya tulisannya di Lomba Siswa bulan Juni lalu, menambah semangatnya untuk ikut lomba menulis lagi. Saat ini ia sedang libur dan ia berharap semoga tulisannya ini kembali lolos untuk bergabung di buku Antologi bersama teman-teman yang sudah hebat. Semoga sukses selalu.
Fathur dapat dikunjungi di rumah orang tuanya di Bukittinggi, jangan lupa dengan menghubungi gawai Ibunda 081374053877, karena belum memiliki gawai sendiri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillaah
Alhamdulillaah