Pramuka, Praja Muda Karana

Sebentar lagi, kita akan memperigati Hari Pramuka Internasional pada tanggal 22 Februari. Berbeda dengan peringatan Hari Pramuka nasional, yang diperingati pada setiap tanggal 14 Agustus. Selain itu pada tanggal yang sama merupakan hari lahir Bapak Pandu Dunia atau dikenal juga sebagai Bapak Pramuka Dunia, Robert Stephenson Smyth Baden-Powell yang lahir pada tanggal 22 Februari 1857 di Paddington, London. Uniknya, pada hari itu juga memperingati hari lahir istri Lord Baden Powell, yaitu Lady Olave St. Clair Soames Baden powell, yang juga dilahirkan pada 22 Februari, hanya berbeda tahunnya saja. Itulah sebabnya, selain disebut sebagai hari Baden Powell atau Baden powell’s Day.

Dikutip dari laman resmi Scout, Baden Powell adalah anak ke-8 dari 10 bersaudara. Ayahnya bernama Baden adalah profesor di Oxford University, sedangkan ibunya memiliki nama Henrietta Powell.

Peringatan Hari Pramuka dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari persami atau berkemah bersama layaknya para pramuka/pandu, lomba-lomba, dan yang terpenting adalah menerapkan janji seorang pramuka/pandu yang intinya; demi kehormatan tiap pramuka/pandu, seorang pramuka/pandu akan menjalankan kewajibannya terhadap Tuhan, terhadap negara, menolong sesama umat dan ikut serta membangun masyarakat.

Sejak tahun 2013, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memasukkan kembali kegiatan kepramukaan sebagai bagian dari ekstrakurikuler wajib dalam “Kurikulum 2013”.

Hal itu disebabkan karena sejak hilangnya pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah, terasa sekali betapa siswa cenderung hanya dididik menjadi pintar secara keilmuan, tetapi kurang mengembangkan wawasannya sebagai mahluk yang harus mampu bersosialisasi dengan baik, termasuk mempunyai kepedulian sosial, saling menjaga rasa persaudaraan sesama anak bangsa, dan hidup sesuai aturan.

Anak dan remaja diberikan pendidikan hal-hal penting dalam keluarga dari ayah dan ibunya, kemudian di sekolah diberikan pendidikan formal, dan dalam gerakan kepramukaan dilengkapi dengan pendidikan untuk membuat seseorang terus menjaga kehormatannya. Ya, pendidikan “demi kehormatanku” itulah warisan Baden-Powell yang juga penting bagi Indonesia masa kini.

Tahun ini, virus Covid-19 merebak kembali. Adanya varian virus baru membuat beberapa sekolah kembali ditutup dan melaksanakan kegiatan pembelajaran jarak jauh kembali. Peringatan Hari Pramuka yang biasanya diadakan persami atau kemah sekarang tidak diadakan. Sungguh sayang, padahal tidak semua orang pernah merasakan perkemahan.

Mengurangi kegiatan berkumpul, ektrakulikuler termasuk pramuka pun dihentikan. Pramuka itu seru, berkumpul menjadi satu regu, menyelesaikan misi dari kakak pembina, melatih kekompakan juga.

Tahun ini penuh harapan. Virus Corona cepatlah mereda. Semua mengharapkan kegiatan tatap muka kembali. Berpramuka seperti dahulu, berkemah maupun persami, melakukan berbagai lomba, juga berbagai game game. Semoga para pramuka/pandu belum melupakan tali-menali, semaphore, juga huruf huruf sandi morse, dan paling penting adalah janji dan kode moral pramuka, Trisatya dan Dasa Dharma Pramuka.

Farah Nafisa Ester Septiandari anak pertama dari ibu Novi dan ayah Rustiyanto. Putri tertua dari dua bersaudara lahir di Semarang tanggal 10 September 2007. Saat ini bersekolah di SMP Negeri 5 Ambarawa kelas IX.

Memiliki hobi bermain biola dan sekarang mulai terjun di dunia tulis menulis. Penulis pemula dengan karya buku antologi pertama adalah Aku Cinta Lingkunganku, buku antologi kedua Rumahku, Istanaku.

Penulis dapat dihubungi melalui laman media sosial instagram dengan nama @jeyrral atau email [email protected]