Aku, Dia, dan Suatu Ruang

Hari kunjung Perpustakaan diperingati pada setiap tanggal 14 September. Hari kunjung perpustakaan ini, dicancang sejak 14 September tahun 1995. Di saat yang sama, bulan September juga diresmikan sebagai bulan Gemar Membaca.

Tujuan dari kedua peringatan tersebut adalah untuk pembiasaan berkunjung ke perpustakaan serta meningkatkan kegiatan membaca. Namun, saat ini Covid-19 menghalangi setiap kegiatan, termasuk dalam Hari Kunjung Perpustakaan ini.

Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan. Itu merupakan pernyataan menurut Undang Undang Perpustakaan pada Bab I pasal 1.

Sedangkan pernyataan menurut Sulistyo-Basuki, “Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.”

Pada masa milenial seperti sekarang ini, buku buku mulai terabaikan. Dengan adanya gadget, buku bahkan hampir tidak pernah disentuh. Paling tidak, hanya menyentuh buku paket pelajaran sekolah. Dimasa sekarang, sudah banyak buku yang tersedia secara online dalam bentuk e-book atau pdf, setidaknya perayaan akan Hari Kunjung Perpustakaan tetap dapat dilaksanakan.

Aku, buku, dan perpustakaan. Saling terikat satu sama lain. Tujuannya adalah untuk menambah ilmu, menambah wawasan, dan memperbanyak pengetahuan.

Ada pepatah yang mengatakan sebuah istilah “Buku adalah jendela dunia” atau “Buku adalah jendela ilmu”. Istilah itu memiliki makna berupa, dengan membaca buku, entah buku pelajaran, novel, atau berita sekalipun membuat pikiran kita lebih terbuka dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Jendela berfungsi untuk melihat keluar, sehingga dengan membaca buku kita dapat menemukan banyak ilmu pengetahuan yang dapat membuka wawasan kita dan membuat kita mengerti apa yang selama ini tidak dipahami.

Buku tak selalu harus berupa buku pelajaran dan berbentuk nyata. Banyak aplikasi yang kini menyediakan novel online, juga dapat di download sehingga bisa dibaca kapanpun. Selain itu, juga banyak website untuk membeli buku buku secara online. Dulu, untuk meminjam buku di perpustakaan, perlu punya kartu pinjam perpus. Sekarang, kita tak perlu itu.

Jujur saja, suasana perpustakaan selalu dirindukan. Suasana sunyi, tenang, tempat yang nyaman, tetapi bukan untuk tidur hehe. Saking sunyinya, tepakan sepatu bisa menggema di ruang baca.

Perpustakaan mempunyai peranan umum dalam masyarakat. Peran perpustakaan itu penting, terutama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat juga mengembangkan potensi masyarakat. Perpustakaan merupakan jantungnya dunia pendidikan karena berbagai macam informasi bisa kita dapatkan di perpustakaan.

Perpustakaan juga tempat yang pas untuk mengerjakan tugas atau ketika ingin menikmati waktu sendiri, suasana yang tenang sangat mendukung. Menyibukkan diri dengan membaca berbagai macam jenis buku buku yang ada di rak perpustakaan, dapat mengurangi stress akan sibuknya kegiatan.

Pandemi Covid-19 mulai mereda sedikit demi sedikit. Semoga saja, tempat tempat seperti perpustakaan bisa dibuka kembali, namun tetap nematuhi protokol kesehatan. Juga jangan takut untuk melakukan vaksinasi, dan tetap taati 5M.

Farah Nafisa Ester Septiandari anak pertama dari ibu Novi dan ayah Rustiyanto. Putri tertua dari dua bersaudara lahir di Semarang tanggal 10 September 2007. Genap berusia 14 tahun tepat dihari tulisan ini dipublish. Saat ini bersekolah di SMP Negeri 5 Ambarawa kelas IX.

Memiliki hobi bermain biola dan sekarang mulai terjun di dunia tulis menulis. Penulis pemula dengan karya buku antologi pertama adalah Aku Cinta Lingkunganku, buku antologi kedua Rumahku, Istanaku.

Penulis dapat dihubungi melalui laman media sosial instagram dengan nama @jeyrral atau email [email protected]