Jajanan, Sajian Tadarus
Jajanan , Sajian Tadarus
Ramadhan kali ini, merupakan ramadhan yang kedua, dalam kondisi pandemi covid-19. Rasa sedih dan gundah,masih menyelimuti. Karena keterbatan untuk melakukan kegiatan diluar rumah. Musholla yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari rumahku, suasananya sangat sepi. Ini karena ada himbaun untuk sholat taraweh dirumah masing-masing. Tidak hanya salat taraweh saja, kegiatan tadaruspun ditiadakan. Semoga, di tahun 2021 ini, kita bisa merasakan suasana Ramadhan, seperti sebelum adanya pandemi.
Suasana kampungpun, sangat sunyi. Kegiatan bersih-bersih menjelang memasuki bulan Ramadhan tidak ada. Kejadian ini, tentunya tidak dikampungku saja .Hiruk pikuk dalam persiapan Ramadhan di kampung, tak lagi kutemukan. Suasana yang masih dalam pandemi covid -19 ini, membuat kita semua harus tetap waspada.
Libur awal Ramadhan ,merupakan saat yang dinanti. Karena pada saat libur, kami sekeluarga bisa berziarah ke makam. Setelah itu, membersihkan rumah dan mempersiapkan keperluan yang di butuhkan untuk pelaksanaan ibadah shalat tarawih. Mencuci peralatan sholat , merupakan kegiatan persiapan Ramadhan. Terkadang, di momen ini, ibu membelikan peralatan sholat yang baru. Hal ini bentuk motivasi tersendiri, dalam persiapan Ramadhan di setiap tahun. Karena Ramadhan, merupakan bulan yang istimewa. Semua kegiatan yang ada di dalamnya, selalu istimewa.
Kegiaatan yang biasa kami lakukan di kampung adalah, ikut membantu membersihkan musholla , biasanya kami bersama untuk menyapu lantainya, dan untuk tugas mengepel , dilakukan oleh ibu-ibu, termasuk juga ibuku. Untuk bapak-bapak, bertanggung jawab bersih-bersih di sekitar lingkungan musholla. Suasana ini, sangat menyenangkan bagi kami. Terbentuk kerja sama satu sama lain, serta mempererat silaturrahmi antar warga.
Memasuki Ramadhan di hari pertama, sampai hari ketujuh, musholla penuh dengan jamaah. Setelah itu, pelan-pelan jamaah mulai berkurang. Setelah shalat tarawih, biasa ada kegiatan tadarus(membaca al-qur’an bersama ). Bersama teman-teman, kami sepakat untuk berangkat bersama. Biasanya, pembacaan tadarus yang kami lakukan, mulai setelah sholat taraweh, sampai pukul sepuluh malam. Biasanya, ibuku berusaha untuk mndampingi kami, saat tadarus di musholla. Agar bisa menyimak, setiap bacaan yang kami baca. Hal ini, membuat anak-anak harus konsentrasi, agar tidak banyak melakukan kesalahan saat membaca al-quran. Kemudian, tadarus dilanjutkan oleh bapak-bapak sampai pukul dua belas malam.
Rasa senang ketika ada jajanan ringan, dan minuman yang di berikan oleh warga setempat secara bergiliran. Kami secara bergantian membaca Alqur’an, dan bagi yang telah membaca, bergantian untuk menyimak. Secara bergiliran, kami beristirahat, disitulah kami secara bergantian, bisa menikmati jajanan dan minuman yang ada. Sungguh, suasana yang sangat menyenangkan. Tak ada rasa lelah di hati kami. Suasana Ramadhan sangat menyenangkan.
Suasana malam Ramadhan semakin ramai, saat ada yang menyalakan petasan. Tentunya hanya petasan kecil, yang tidak membahayakan. Suasana kampung menjadi seolah masih sore, padahal itu sudah pukul 10 malam. Lucunya, ibu-ibu yang tinggal di sekitar musholla, pada keluar rumah, ketika petasan itu mulai dinyalakan.
Ada sebagain ibu-ibu , yang sudah bergabung di tadarus sejak sore, untuk mendampingi kami. Mereka sempatkan juga menyimak , saat kami mengaji.
Semakin banyak orang yang ikut mengaji di musholla, suasana semakin menyenangkan. Terkadang, kami juga dapat pujian, bahwa suara dan bacaan kami sangat bagus. Itu mebuat kami semakin semangat kalau tadarus.
Saat sahur ada anak-anak remaja yang berkeliling kampung untuk membangunkan orang-orang dan mengingatkan sahur dengan suara keras. “Sahur, sahur” aku senang sekali jika sudah ada suara-suara seperti itu, lalu aku bergegas keluar untuk melihat mereka. Sungguh pemandangan yang sangat lucu, mereka membawa peralatan sederhana yang sangat unik, seperti galon, peralatan memasak ( wajan, panci dan juga sendok sana garpu) serta jerigen sebagai alat bunyi-bunyian. Tetapi, walaupun dengan alat yang sederhana, irama yang dihasilkan sangat khas. Kegiatan ini tidak akan kutemukan di luar Ramadhan, maka aku selalu meminta kepada ibu, untuk membangunkanku, saat para pemuda itu melintas di depan rumah.
Ibu biasanya memberikan jajan dan minuman, untuk diberikan kepada pemuda-pemuda itu. Setelah itu, mereka melanjutkan keliling ke tempat lain. Suasana itu, memberikan hikmah, bahwa Ramadhan selalu istimewa.
Profil penulis :
Faradiba Azzahro. Lahir di Gresik, 5 Maret 2010. Sekarang kelas 5 di Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatus Shibyan Sumengko. Bagi kalian yang ingin berteman dengan saya bisa menghubungi : Email [email protected] 082245860294
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar