Season 2 - Buta Total (6)
“Dia bisu dan tuli. Kelainan yang dimilikinya dobel. Kedua orang tuanya tidak bisa mendengar suara lucunya, atau suara tangisannya. Tetapi mereka tetap bersyukur, meski anak mereka bisu dan tuli. Lihat, wajah mereka sama sekali tidak menampakkan kesedihan. Mereka justru sekarang sedang berbicara kepada anaknya menggunakan bahasa isyarat. Gembira. Kamu masih bisa berbicara. Kamu masih bisa berbicara kepada orang tuamu. Masih bisa bersenda gurau dengan mereka.”
Bersenda gurau dengan kedua orang tuaku? Yang benar saja. Kami bahkan tidak pernah bersenda gurau bersama.
“Mengatakan bahwa ‘aku sayang padamu ibu, ayah’ kamu beruntung. Daripada anak balita itu. dia tidak bisa bersenda gurau dengan kedua orang tuanya apalagi berkata bahwa ia sangat sayang kepada orang tuanya.”
Kami kembali berjalan.
“Lihat anak lelaki itu. Fisiknya memang terlihat sehat. Tetapi siapa sangka ternyata dia menderita penyakit kanker ganas. Dan dia... sebentar lagi akan tiada. Kami tidak memberitahunya. Hanya mengatakan ‘pergilah bermain dengan keluarga dan teman-temanmu. Tidak apa. Hari ini kondisi tubuhmu membaik.’ Ketika dia mendengarnya, girangnya bukan main.”
“Biarlah dia tidak mengetahui hal yang sebenarnya. Biarlah dia asyik menghabiskan waktunya sebelum pergi meninggalkan mereka selamanya.” Pro ini mengusap matanya yang berlinang air mata.
“Di taman ini banyak sekali anak-anak yang tidak beruntung sepertimu. Kita akan balik ke kamar rawatmu sekarang.”
***
“Pro, apa saya boleh membawa Grabiela pulang?”
“Tentu. Silakan.” Penyihir perempuan di depannya berdiri. Kemudian berjalan menuju kamar rawatku.
“Grabiela. Ayo pulang.”
Swing...
***
Aku sudah berada di kamarku.
“Siapa kamu? Kamu bukan ibuku. Jawablah siapa kamu sebenarnya!” Terlambat sudah. Penyihir perempuan itu sudah menghilang.
“Huh! Ditanya nama saja tidak mau!” Aku pergi berjalan menuju dapur.
Aku melihat ibuku sedang memasak dengan segala peralatan memasak sihirnya. Aku berjalan ke kulkas, mengambil makanan kesukaanku dan juga minuman. Kemudian duduk di atas kursi meja makan.
Ibuku berbalik ketika aku tengah memakan makananku. Menatapku heran. Pasti dia berpikir, Grabiela kan buta. Bagaimana dia bisa berjalan tanpa menabrak sesuatu. Dan tahu letak di mana kulkas, makanan dan minuman kesukaannya berada.
Lengang. Dapur lengang.
Aku kembali ke kamarku. Meninggalkan ibu yang sedang termangu menatapku. Aku tak tahu. Ternyata, ibuku bukan ibu biasa. Ia adalah ibu yang istimewa. Dan aku baru mengetahuinya, setelah ibu sendiri yang mengatakannya. Suatu hari nanti.
***
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Faiza, ini akunmu kan? Kok namanya jd akun mati?
Iya, ini akunku.