Faiza Karimatuz Zahida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Dengki - Penunjukan (1)

Dengki - Penunjukan (1)

Hari ini adalah hari di mana bos besar perusahaanku memilih salah satu orang untuk dijadikan bos seperti dia. Semua karyawan di perusahaan itu bersuka cita mendengarnya. Termasuk aku. Tetapi aku tak terlalu berharap bahwa dirikulah yang akan ditunjuk menjadi bos. Karena menurutku, aku tidak terlalu bijaksana dan bertanggung jawab.

Saat bos telah tiba, bos langsung naik ke atas podium.

“Terimakasih para karyawan perusahaan dori. Hari ini, saya akan memilih seseorang yang pantas untuk dijadikan seorang bos. Karena saya merasa, saya sudah hampir tak cukup umur lagi. dan harus ada yang menggantikan saya menjadi seorang bos.”

“Seperti yang kalian tahu, saya tidak dikaruniai seorang anak. Maka saya akan memberikan jabatan ini kepada salah satu diantara kalian semua ini. Baik. Saya tidak mau berbasa-basi lagi. langsung saja saya beritahu yang akan menjadi bos di perusahaan ini adalah... ERIN! Terimakasih.” Bosku lalu turun dari podium dan berjabat tangan dengan erin.

“Selamat erin. Kau terpilih menjadi bos di perusahaan ini.” Ucap bosku.

“Te... terimakasih pak. Terimakasih... saya tidak menyangka akan menjabat menjadi bos. Terimakasih pak...”

Setelah itu, bosku kembali ke ruang kerjanya. Para karyawan lainnya lansung mengerumuni Erin dan mengucapkan selamat kepadanya.

“Selamat ya Erin...”

“Selamat ya Erin...”

“Selamat ya Erin...”

Setelah Erin tak lagi dikerumuni dengan karyawan lainnya, aku pun merangkul sahabatku sembari mengucapkan selmat kepadanya.

“Selamat ya Erin... kamu hebat. Bisa jadi bos di perusahaan ini. Semoga barokah ya...”

“Iya... makasih Abdul, udah mau ngasih ucapan selamat ke aku.” Kata Erin senang.

“Ya... harus dong! Kita kan sahabat.” Jawabku sambil tertawa. Dia juga ikut tertawa.

“Sekarang kita kan pulang cepat. Kita ke depot enak yukk. Aku yang traktir.”

“Beneran nih? Oke deh kalau gitu, aku ambil tasku dulu yah...” Erin lalu berlalu pergi ke ruangannya.

Aku menunggunya dengan sabar. Memang lama sih. Lagipula, ruangannya ada di lantai lima. Berarti harus naik lift 5 menit. Apalagi, Erin masih harus membereskan barang-barangnya sekaligus memasukkannya ke dalam tasnya. Tak lama kemudian, Erin datang sambil menenteng 2 tas tenteng dan satu tas punggung yang sudah melekat di punggungnya.

“Banyak amat bawaannya? Berkas apaan tuh?” tanyaku.

“Dari bos. Gak tau isinya apaan. Katanya disuruh baca, trus diisi dan dikasihkan lagi ke bos. Udah yuk cabut! Ayo kita ke depot enak.” Erin berjalan menuju sepeda motornya.

“Yeah... pantesan lama amat. Ternyata masih mampir ke ruangannya bos.” Batinku dalam hati. Aku menyalakan sepeda motorku dan melajukannya menuju depot enak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post