Dengki - Penangkapan (5)
Hari ini, aku sedang ada workshop di sebuah hotel termuka di kotaku. Dan aku menjadi seorang narasumbernya. Di tengah-tengah acara, tiba-tiba... segerembolan polisi datang menyeruak di antara para peserta.
“Ada apa pak?” Tanyaku heran.
“Anda ikut kami.” Dua polisi beringsut maju ke depan dan memborgol tanganku.
“Apa, apaan ini pak!” Seruku gusar.
“Anda diduga mencuri sebuah barang di Mall Wizzeina.”
“Apa? Tapi saya tidak pernah mencuri pak!”
“Cepat. Ikuti kami ke kantor polisi!” Dua orang polisi memegangiku dari belakang. Kami berjalan menuju parkiran hotel, dan memasuki mobil polisi.
Setibanya di kantor polisi, aku didudukkan di kursi persidangan. Saat aku duduk, aku mulai berseru-seru marah kepada polisi.
“Saya tidak pernah mencuri pak! Sumpah!”
“Saya tidak percaya dengan sumpah serapahmu Pak Abdul! Saya punya bukti!” Polisi yang sedang duduk di depanku memberikan sebuah kamera mewah kepadaku. Dan menunjukkan beberapa foto kepadaku.
Apa! Di kamera itu terdapat gambar saat aku sedang berjalan mengendap-endap. Celingukan sana-sini. Mengambil makanan. Dan saat aku dan paparazzi sedang ‘kejar-kejaran’ di jalan raya.
Siapa yang telah mengambil foto-foto ini? Dan... siapa pula yang melaporkanku ke polisi?
“Pak. Tolong dengarkan saya. Saya tidak pernah mencuri! Tidak pernah! Makanan yang ada di foto ini saya yang beli!”
“Lalu kenapa anda terlihat seperti orang kabur saat di dalam mall?”
“Saya memang sedang kabur. Tapi bukan kabur karena mencuri. Saya kabur karena dikejar oleh paparazzi!” Aku lalu menceritakan peristiwa kemarin yang kualami dengan paparazzi.
“Kami tetap tidak percaya.” Hanya itu yang dikatakan polisi setelah mendengarkan ceritaku.
“Kenapa?”
“karena, setelah anda mencuri barang itu di Mall Wizzeina. Anda mengendarai mobil anda dengan cepat. Itu berarti anda sedang kabur.”
“Apa! Bodoh! Berapa uang sogokan yang diberikan oleh penuduhku? Berapa hah?! Sehingga kamu begitu niat mencariku yang sedang ada acara workshop penting! Berapa hah! Sampai hati kalian menuduh orang yang tidak bersalah!”
“Maaf pak. Anda harus memasuki ruangan pengadilan sekarang juga. Hakim yang akan memutuskan, bukan bapak sendiri.”
“Oya? Apa aku harus menyogok kalian bung? Agar kalian tidak membawaku ke ruang persidangan? Kalian butuh berapa hah?! Siapa yang melaporkanku? Siapa? Siapa yang menuduhku mencuri? Siapa? Kalau kalian mau menjawab pertanyaanku, aku akan memberikanmu uang 1 miliyar.” Polisi di hadapanku menimbang-nimbang tawaran dariku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut kak
Shhiap! Besok bakalan ku lanjutin. InsyaAllah dua episode sekaligus :D
Asyiik
Mantap nih Faiza, Artikelnya berhasil menguasai minat pembaca! Semangat trus!
Shiap qaqa.