Dengki - Ke pengadilan (6)
“Itu tawaran yang cukup besar bung! Kau tidak mau?” Aku kembali merayu polisi itu. Akhirnya, ia mau juga.
Dia lalu menyuruh rekan-rekannya untuk membuka borgol di tanganku. Setelah itu, barulah dia bercerita tentang apa yang kuminta.
“Jadi itu ceritanya. Kalian disogok oleh orang yang melaporkanku itu...” aku berusaha serileks mungkin setelah mendengar pengakuan polisi dihadapanku.
Ternyata salah seorang paparazzi memotretku ketika aku sedang 'kejar-kejaran' di jalan raya, celingukan di dalam Mall Wizzeina, menembak paparazzi dan juga kabur. Lalu mereka mengubah rencana dengan memasukkanku ke dalam penjara karena dituduh mencuri. Sehingga mereka dapat memanfaatkanku ketika aku berada di dalam penjara.
“Dasar polisi! Tergiur dengan uang! Sering sekali ya kalian disogok. Ini.” Kemudian aku bangkit dari kursiku dan berbalik untuk keluar dari kantor polisi ini seraya melemparkan sebuah rekening bank berisi 1 miliyar kepada mereka.
Mereka mengambilnya dan berjingkrak senang.
Dasar manusia kotor! Tergiur dengan uang! Sangat senang disogok lagi! benar-benar keterlaluan! Hmmmff... jadi yang melaporkanku adalah paparazzi-paparazzi yang kemarin mengejarku... sangat keterlaluan! Apa dia tidak tahu yang dilaporkan ini siapa? Hmmmff... awas saja kalau mereka cari gara-gara lagi!
Aku lalu menaiki taksi menuju hotel tempatku workshop. Para peserta tampak bertanya-tanya melihatku dibawa segerombolan polisi, kemudian datang kembali ke hotel sendiri secara tiba-tiba.
Karena aku dibawa polisi-polisi menyebalkan tadi, workshop terpaksa dihentikan. Kemudian, salah seorang panitia memberikanku sebuah kartu kamar. Kamar nomor 1543. Bagus! Kamar ini terlihat nyaman dan bersih.
Aku merebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk. Kemudian aku menyalakan hpku. Apa!
Kabar penangkapanku menjadi berita internasional! Belum lagi berita itu diembel-embeli dengan pengakuan yang salah. Dan... sekarang, itu menjadi ramai dibicarakan di media sosial. Hhhmmmff... awas saja kalau mereka cari gara-gara denganku.
“Tok, tok, tok.” Tiba-tiba pintu kamar hotelku diketuk.
Siapa pula yang datang malam-malam begini? Dengan langkah gontai, aku membuka pintu kamar hotelku.
“Ya. Ada apa?” Tanyaku polos.
“Kami membawa surat penangkapan bapak dari pemerintah.” Jawab seorang pria di hadapanku sembari mengulurkan secarik kertas. Aku lalu mebacanya dengan cermat.
Surat penangkapan?
“Maaf pak. Kami harus membawa anda segera ke pengadilan.” Belum saja aku mengatakan sepatah kata, pria di hadapanku ini sudah memborgolku. Dan menarikku dengan kasar untuk ikut bersama mereka.
Mereka lalu memasukkanku ke dalam mobil polisi. Oh... jadi mereka-mereka ini adalah polisi yang menyamar jadi orang biasa... Mobil melesat cepat menuju kantor pengadilan. Setibanya disana, aku didudukkan di kursi yang menghadap ke arah hakim.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar