Dengki - Di pengadilan (7)
“Terimakasih Bapak Abdul yang sudah datang kesini... sesuai dengan bukti dan argumen Bapak Faisal, kami memutuskan untuk memasukkan bapak ke dalam penjara selama setahun.” Belum sempat hakim itu mengetok palu aku langsung menyela.
Lagipula, kenapa keputusannya cepat sekali diumumkan? Bahkan aku baru saja datang dan duduk di kursi pengadilan.
“Maaf pak. Tapi itu salah! Saya tidak pernah mencuri! Apalagi mencuri makanan semurah makanan yang katanya saya curi! Tidak! Saya tidak mencuri!” Aku lalu menceritakan kejadianku bersama paparazzi kemarin lusa.
“Maaf pak. Tapi saya tidak percaya dengan perkataan dan cerita bapak. Karena saya punya bukti. Bapak mau lihat?”
“Tidak perlu! Saya sudah tahu! Saya mau bertanya kepada bapak. Bapak... makanan yang katanya saya curi itu cuma Rp. 10.000., hanya gara-gara mencuri makanan yang murah meriah, apakah berhak saya dipenjara selama setahun? Apa anda tidak salah pikir?”
“Apa anda juga disogok oleh orang yang melaporkan saya? Sama seperti polisi-polisi yang menangkap saya kemarin. Jawab! Jawab! Berapa uang sogokan yang diberikan orang itu? Jawab!” Aku mulai naik pitam.
“Ehem. Saya tidak pernah disogok pak... terlebih lagi untuk kasus bapak.”
Jelas-jelas hakimnya gak mau jawablah. Orang siapa juga yang mau ngomong kalau disogok. Wuuu... itu pencemaran nama baik.
“Bohong! Saya tahu! Bapak pasti disogok oleh orang yang melaporkan saya. Karena, bapak pastilah tahu kalau saya itu tidak bersalah atas pencurian makanan di Mall Wizzeina. Bukankah bapak orang yang pintar, tapi kenapa bapak malah memutuskan saya itu bersalah. Seharusnya bapak tahulah kalau saya itu tidak bersalah.”
“Kau disogok berapa hakim! Berapa hah?! Berapa?! 1 miliyar? 2 miliyar? Berapa? Aku bisa saja menyogokmu dengan jumlah uang yang jauh lebih besar... saya bisa memberikan kau 1 triliun!”
“Saya tahu. Anda pasti akan mengatakan, kalau tidak mau dipenjara saya harsu mengatakan fakta tentang kematian Bapak Erin dan Bapak Sugianto bukan? Saya tahu itu. Mudah saja mengetahuinya. Karena saya juga berprofesi sebagai detektif.”
“Em... maaf pak. Sidang akan dihentikan. Dan akan dilanjutkan seminggu lagi. Teri...”
“Tidak!” Aku memotong ucapan hakim.
“Anda harus memutuskannya sekarang juga hakim! Sekarang!”
“Tapi pak, saya masih lelah. Saya harus beristirahat.”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjutttt
Shhiap kak. Besok lagi ya... :)
Kakak suka ya, sama ceritanya? Kalau suka Alhamdulillah. Hehehe...