Dengki - Apa! (11)
Aku tetap menjawab pertanyaan Ben. Hingga akhirnya, Ben pun mengalah. Dia kembali berbicara.
“Dan... bukan... bukan James yang membunuh Erin...” Ujar Ben pelan.
“Siapa?”
“A... aku.”
“Kamu!” Pekikku marah.
“I... iya. Aku yang diperintahkan oleh James. Sebenarnya aku tidak mau... tapi...”
“Tapi apa HAH!” Tanyaku gusar.
“Itu... karena... ak...”
“Kenapa kau sampai tega membunuh teman sendiri! Dia itu temanmu! Temanmu! KENAPA!” Aku mencengkram kedua pundak Ben sembari menggoyang-goyangkannya.
“Kau harusnya tidak marah ABDUL! Kau tahu? Ini adalah rahasia yang kujaga sangat lama. Dan kau harusnya bersyukur karena kau tahu apa penyebabnya Erin meninggal dan dibunuh oleh siapa!” Ben sudah tak bisa menahan amarahnya.
“Aku sebenarnya tidak mau membunuh Erin! Tapi dia mengancam akan melaporkanku kepada erin dan bos, karena melakukan pencurian barang-barang perusahaan! Tapi sebenarnya tidak! Agar aku dipecat oleh perusahaan! Tentu saja aku tidak mau! Kau tahu sendiri kan, kalau aku itu bukan orang berada!”
“Aku orang yang kekurangan! Uangku semakin lama semakin menipis! Apalagi sekarang kedua orang tuaku sedang sakit kanker di rumah sakit. Tentunya biaya pengobatannya sangat mahal! Terlebih lagi obat-obatnya! Sangat mahal! Kalau aku dipecat dari perusahaan ini, aku mau bekerja dimana? Cari uang dimana?”
“Kalau aku memang orang kaya, aku tidak akan membunuh Erin dan bos, dan juga tidak akan takut dengan ancaman James! Kau harus tahu itu ABDULL!!! Tidak semua orang, itu kaya sepertimu! Aku ini bukan orang kaya! Aku itu sebenarnya gak mau bunuh Erin! Karena dia juga teman aku yang setia.”
“Setia?”
“Iya. Setia. Dialah yang membantuku melunasi hutang-hutangku. Dia juga terkadang memberi makan untuk keluagaku. Erin sungguh baik kepadaku. Aku sungguh menyesal berteman dengan James. Ternyata dia hanya berteman palsu. Aku hanya dimaanfaatkan olehnya.”
“Kenapa kau mau membunuh Erin yang sudah membantumu selama ini? Kenapa kau tega?”
“Karena aku tak punya pilihan. Apalagi kata James, jika aku berhasil membunuh Erin, aku akan mendapatkan uang sebesar 1 miliar. Aku sangat senang. karena dengan uang itu aku dapat melunasi biaya pengobatan kedua orangtuaku dan juga hutang pribadiku.”
“Kau sepertinya rajin berhutang ya...” Aku tertawa terkikik. Tapi sepertinya, Ben tak menghiraukan ejekanku tadi. Wajahnya terlihat murung.
“Kau kenapa?” Ben menitikkan air mata.
“Oh, ya. Bagaimana keadaan kedua orang tuamu? Apakah sudah membaik? Dan juga, apa ada tunggakan biaya pengobatan kedua orang tuamu di rumah sakit? Aku bisa membantumu melunasinya.” Wajah Ben tetap tak bergairah.
“Kedua orang tuaku… sudah… sudah tidak ada.” Ben mulai menangis keras.
Aku terpana mendengarnya. Apa? Sudah tak ada?
“Aku rasa itu karena kesalahanku sendiri. Mungkin itu balasan perlakuanku kepada erin. Jadi kedua orang tuaku meninggal.” Suara Ben terdengar pilu.
“Aku turut berduka cita atas meninggalnya kedua orang tuamu Ben.” Sahutku membesarkan hati.
“Aku menyesal telah membunuh Erin… aku akan meminta maaf padanya bila aku bertemu dengannya… Aku benar-benar menyesal…” Lirih Ben.
“Kau tidak salah Ben. Kau tidak salah. Bahkan Jika kau bertemu dengan Erin, Erin juga pasti akan mengatakan bahwa kau tidak bersalah.” Aku menepuk-nepuk punggung Ben.
Dia tersenyum.
“Terimakasih Abdul. Kau memang baik.”
Tiba-tiba… BOOMM!!!
“Belum sempat aku bertanya, ruangan almarhum James terbelah menjadi dua. Sekelilingku gelap. Aku tak dapat melihat apa-apa.
Ketika aku bangun, di sekelilingku putih. Aku berada di dalam kamar inap di sebuah rumah sakit.
“Kenapa aku berada disini?”
“Ada seseorang memasang bom waktu di ruangan James. Ben meninggal. Hanya kau yang selamat. Meski kau terlihat parah.”
Ben meninggal? Baiklah, tak apa. Dia dapat bertemu dengan kedua orang tuanya, juga dengan Erin. Semoga kau bahagia di alam sana Ben. Gelap. Aku sudah tak sadarkan diri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
W
Dari tadi "w" Mulu. Bagus kak. Hehehe :)
hehehe... makasih kak anisa...:)
oya, 'w' itu maksudnya apa ya?
wah bagus
makasih kak :)
bagus banget
Thanks Kak Mutiara.