9. Bintang kristal
9. Bintang kristal
Aku terbangun. Kepalaku tidak pusing lagi. Aku meraba kepala bagian kiriku yang terluka. Sudah dibalut perban. Aku bangun dari sebuah tempat tidur gantung atau bisa di sebut dengan Hammock. Aku melihat sekeliling. Aku berada di sebuah tempat. Seperti ruang tidur. Aku beranjak dari Hammock dan mengamati ruang tidur yang kutempati.
"Kak Victoria!"panggil seseorang dari luar ruangan. Orang itu membuka pintu ruangan. Ternyata Chelsy. Aku bersyukur dia masih ada bersamaku.
"Ini dimana?"tanyaku pada Chelsy. "Mungkin kita bisa cerita di tempat lain. Di luar saja"ajak Chelsy. Kami pun keluar dari sebuah rumah yang kami tempati. Kami duduk di sebuah bangku berpayung dengan sebuah pohon besar. "Apakah ini pemberhentian terakhir?"tanyaku setelah duduk di bangku.
"Aku melihat sebuah kerajaan kecil ini dari kejauhan. Lalu aku mendayung pergi ke kerajaan ini. Sepertinya kita istirahat dulu. Aku kasihan melihat kondisi kakak. Tidak memungkinkan jika kita melanjutkan perjalanan"jawab Chelsy. Aku mengangguk mengerti.
"Chelsy!"panggil seseorang. Kami menoleh ke arah sumber suara itu. Terlihat seorang gadis seumuran Chelsy mendekati kami. "Apa kak Victoria sudah sembuh?"tanya gadis itu. "Sudah lumayan sembuh"jawab Chelsy.
"O iya, dia Glamora, panggil saja Amora. Dia yang mengobati kakak dan juga memberikan tempat peristirahatan kita"kata Chelsy yang melihatku kebingungan dengan gadis kecil itu.
Amora mengulurkan tangannya ke arahku. Aku membalas uluran tangannya. "Semoga kakak cepat sembuh ya"ucap Amora dengan senyum hangatnya. Aku mengangguk.
"Chelsy Dan kak Victoria boleh menginap di rumahku sampai kondisi kalian stabil. Terserah kalian ingin menginap berapa hari, aku akan terus menjaga kalian"lanjut Amora sambil melambaikan tangan dan pergi meninggalkan kami.
------------------------------------------
3 hari kemudian, aku sudah melepaskan perban dari luka-luka ringan dan luka-luka di kepalaku. Aku sudah vit lagi dan siap melanjutkan perjalananku. 3 hari ini kugunakan untuk menajamkan pedang yang diberikan oleh Amora. Sedangkan Chelsy menghabiskan waktunya bersama Amora. Kami berdua sudah sangat akrab dengan Amora sehingga ia dijadikan teman oleh kami.
"Hei"sapa seseorang. Aku menoleh. Seorang gadis duduk di sebelahku. "Perkenalkan, aku Gladella. Panggil saja Della"ucap gadis itu. "Aku...Victoria"sambutku.
"Kau...adiknya Amora?"tanyaku karena Della mirip dengan Amora. Della mengangguk. "Siapa yang berbincang dengan adikku?"tanya Della. "Chelsy, dia temanku"jawabku.
Begitulah awal pertemananku dengan Della. Hanya bertanya dan menjawab. Tidak lebih. Mereka juga sangat baik pada kami. Seakan mereka adalah pelayan kami. Tapi kami tak lupa membalas kebaikan mereka, dengan pedang yang kubuat dari kayu. Pembuatannya memang sangat lama, tapi akhirnya aku bisa membuatnya dalam 2 hari dengan semua tenagaku dan asistenku, Chelsy.
Kami pun pamit kepada kakak beradik Della dan Amora. Kembali mengarungi lautan demi mencari saudariku, Astoria.
-------------------------------------
Sudah larut malam. Chelsy berusaha terjaga. Namun rasa kantuknya membuat Chelsy terlelap. Aku melihat langit malam yang berwarna biru tua. Indah sekali.
Tiba-tiba cahaya terang menyilaukan mataku. Aku mencoba melihat benda apa itu. Setelah kufokuskan penglihatanku, aku melihat sebuah bintang yang bersinar. Bintang yang sama seperti yang kulihat saat tidur di istana.
Aku tak ingin memedulikan bintang itu, namun cahayanya membuatku penasaran. Aku pergi ke ujung sampan. Bintang itu seperti memberitahuku akan sesuatu.
"Kau ingin tahu tentang bintang itu?"bisik seseorang membuatku terkejut. "Oh ya ampun Frank!kau membuatku terkejut!kau darimana saja!?aku terus mencarimu!"marahku kepada Frank.
Frank tertawa. "Maaf. Aku benar-benar pergi bersamamu ke dalam pusaran itu, tetapi aku merasa ada seseorang yang membutuhkanku. Jadi aku meninggalkanmu. Saat aku kembali, kau sudah tidak ada"jelas Frank.
Aku kembali mengamati bintang itu. Rasa penasaranku membuatku tak tahan lagi dengan bintang itu. Tapi, memangnya aku bisa menggapainya?
"Rebecca!"panggil Frank. Aku tak tahu siapa yang ia panggil. Tiba-tiba gelombang laut yang besar mengarah padaku. "Hai Rebecca!kuperkenalakan temanku. Victoria. Dia teman manusiaku"ucap Frank kepada laut. Aku tak mengerti. Frank berbicara dengan laut?dan laut mempunyai nama?
Rebecca tidak bersuara. Dia hanya menyemburkan titik-titik air kepadaku. Frank tertawa. "Dia temanku, namanya Rebecca. Dia akan menyemburkan titik-titik air kepada sesuatu yang ia sukai"bisik Frank.
"Hai Rebecca,berikan tumpangan untuk temanku agar ia bisa mendapatkan bintang bersinar itu"perintah Frank. Rebecca membuat gelombang kecil. Dan seketika laut hening tanpa gelombang sedikitpun.
"Silakan, Victoria"ucap Frank. Permasalahan ini tidak masuk akal. Apa yang dimaksud Frank?apa yang dia maksud memberiku tumpangan?
"Kau tinggal melangkah di atas lautan ini atau lebih tepatnya, Rebecca"ucap Frank yang seakan membaca pikiranku.
Aku tak yakin. 'sepertinya Frank ingin menipuku' tuduhku dalam hati. Frank menatapku dengan yakin. Aku tak mau memercayai Frank, tetapi rasa penasaranku membuatku ingin melewati Rebecca si lautan itu.
Dengan perlahan aku menurunkan kaki kananku di atas air. Kakiku sudah tersentuh dengan air. Sekarang kuturunkan kaki kiriku perlahan. Sekarang aku benar-benar berdiri di atas laut, tanpa tenggelam. Aku sangat takjub. Ini hal yang mustahil. Dan kurasakan, ini bukanlah mimpi.
Aku melihat Chelsy. Ia masih tidur. Aku mencoba melangkah ke depan. Berhasil!aku berjalan pelan ke depan. Frank tidak menipuku!
Makin lama aku makin terbiasa berjalan di atas laut atau Rebecca. Mataku terus memandangi bintang tersebut. Namun aku berhenti berjalan. Frank heran. Lalu menghampiriku.
"Ada apa?"tanyanya. "Bagaimana aku bisa ke atas untuk melihat bintang itu lebih dekat?"tanyaku balik.
"Kau bisa mencobanya dulu dengan melangkahkan kakimu"jawab Frank. Aku menatap Frank dengan kesal. "Apa kau ingin menipuku?"tanyaku dengan tatapan mata yang tajam.
"Tidak. Cobalah"jawab Frank meyakinkan diriku. Dengan anjuran Frank, aku melangkahkan kaki kananku dan disusul dengan kaki kiriku. Tapi sebuah kristal ada di bawahku sehingga aku tidak terjatuh. Apa lagi ini?kristal?apa Frank membuat kejutan untukku?
"Sudah kubilang, kan?cobalah sesuatu yang belum pernah kau coba. Jawablah rasa penasaranmu itu"ujar Frank.
Aku melanjutkan langkahku hingga sampai ke sisi depan bintang itu. Cahayanya hilang. Yang kulihat sekarang adalah sebuah kristal yang berbentuk sangat cantik, bukan seperti kristal biasa. Warnanya ungu mengkilap. Cantik sekali. Dan kristal itu lebih besar daripada tubuhku.
Aku mencoba menyentuh bintang berbentuk kristal, yang kusebut dengan bintang kristal. Ada 2 sisi yang patah. Teringat patahan kristal yang diberikan ibuku dan patahan kristal yang kutemukan, aku segera mengambil kedua patahan kristal itu dari tasku.
Aku mencoba memasang patahan kristal pertama ke salah satu sisi bintang kristal. Terpasang!aku mencoba sisi lainnya dengan patahan kristal kedua. Terpasang! bintang kristal itu sudah sempurna. Tak ada yang patah lagi.
Bintang itu tiba-tiba membesar dan bergerak lebih ke atas. Kristal yang kupijak membawaku ke depan bintang kristal dengan jarak 50 meter. Bintang kristal mengeluarkan cahaya dan dari cahaya itu terlihat wajah Astoria.
Aku terkejut. Apakah itu benar-benar Astoria?aku menatap lekat wajah Astoria. Ia sangat manis. "Astoria"panggilku. "Jangan terlalu berharap. Ini adalah pesan yang disampaikan Astoria untukmu"Frank yang berada di sampingku membuatku kesal. Aku kembali fokus ke Astoria.
Astoria mulai berbicara. "Hai, Victoria!kau kenal aku?aku adalah Astoria, saudara kembarmu. Aku sangat rindu denganmu. Tapi yang bisa kulakukan sekarang hanya pesan untukmu dari bintang kristal ini.
Mungkin keadaanku saat ini baik-baik saja. Tetapi, aku punya firasat buruk yang akan terjadi dan menimpaku. Aku hanya ingin kau berada di sisiku agar kita bisa saling melindungi. Aku tak tahu firasat apa yang akan menimpaku, tapi aku berusaha berpikir positif.
Jika aku dalam bahaya, kau bisa cari aku di kerajaanku. Tepatnya di tempat rahasiaku. Vero akan memberitahumu semua yang aku miliki. Dan pasti Vero sudah memberitahumu tentangku yang menjadi putri. Aku akan terus menunggumu, Victoria. Dan kuharap kita akan bersama. Selamanya"
Tiba-tiba sinar itu hilang, begitu juga dengan pesan yang disampaikan Astoria. Bintang kristal itu menyusut dan jatuh ke tanganku. Aku berpikir. "Berarti aku harus kembali ke pulau fresh island. Menemui Vero, lalu pergi ke pemberhentian terakhir"gumamku.
Kita harus kembali ke pulau fresh island, Frank. Kita akan menemui Vero"ucapku pada Frank. Frank mengangguk mengiyakan perkataanku. Aku kembali ke sampan. "Terima kasih, Rebecca"ucapku pada Rebecca. Rebecca menyemburkan air. Kali ini ia menyemburku secara keseluruhan.
Aku melambaikan tangan pada Rebecca. Lalu balik arah menuju pulau fresh island, lagi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar