Faiza kamila

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
8. Never give up!

8. Never give up!

8. Never give up!

Senja berganti dengan malam. Burung-burung berterbangan ke dalam sarangnya. Dan aku masih menangis di bawah pohon. Sampan itu masih ada di posisinya.

Aku berpikir. "Mungkin aku bisa menemukan saudariku sendirian. Tapi bagaimana kondisiku?kepalaku pusing. Luka-lukanya juga masih sedikit sakit. Mana mungkin aku bisa mendayung"gumamku.

"Untungnya 3 kuda itu sudah berhasil dikalahkan. Aku hanya harus mengambil benda itu!"tekadku sambil berusaha berjalan.

Aku sampai di taman yang kutemui sebelumnya. Sudah tidak ada seekor kuda lagi. Hanya taman dan sekeliling hutan. Aku memasuki taman itu. Dan sekarang aku sampai di tengah taman. Aku melihat sebuah cahaya. Aku menutup setengah mataku yang terkena pancaran cahaya itu sambil mendekati benda bercahaya itu.

Aku sudah ada di dekat benda itu. Sangat dekat. Lalu aku mengamati benda itu. Sebuah pecahan kristal. Aku mengambil kristal itu. "Ada bagian yang lain?"tanyaku pada diriku sendiri. Aku mengambil pecahan kristal yang diberikan ibuku dari tas kecilku lalu mengamati kedua pecahan kristal itu.

"Sama warnanya. Mungkin ini adalah pecahan kristal lain"gumamku sambil meletakkan kedua pecahan itu ke dalam tasku.

"Aku tak boleh menyerah. Aku hanya perlu pemberhentian terakhir menuju saudariku. Tidak akan kubiarkan misi ini"tekadku.

Aku kembali ke pantai. Masih ada sampannya. Aku segera menaiki sampan itu dan mendayung kembali mengarungi lautan.

---------------------------------------------

Sudah 500 meter dari pantai Sweet Forest. Tanganku pegal. Aku sangat lelah mendayung. Sedangkan tak ada angin sedikitpun untuk mendorong sampanku. Namanya juga sampan, pasti tak punya layar.

Aku belum menemukan Frank sampai sekarang. Jadi tak bisa membantu mendorong sampanku. Lagipula, angin tak terlalu membantu.

Aku melihat kedua tanganku. Aku mengingat perkataan ibu. "Kekuatan angin?itu dia!"aku mendapat ide. Aku tak ingat kalau aku punya kekuatan angin. Kenapa tidak digunakan dari sebelum aku pergi? sudahlah.

Aku meletakkan kedua tanganku ke belakang sampan. "Bagaimana cara kerjanya?"tanyaku sambil berusaha mengeluarkan angin dari tanganku. Tiba-tiba sampan bergerak. Berhasil!

Aku terus mengeluarkan kekuatanku. Ketika ingin berbelok arah, aku mengeluarkan angin lebih banyak sambil mendayung. "Aku akan mengantarmu pulang, Astoria"ucapku.

--------------------------------------

Sudah larut malam. Dan aku masih mengarungi lautan. Lelah juga memakai kekuatan. Aku juga lelah mendayung. Lebih baik dibantu teman. Pasti lebih mudah. Sayang, teman-temanku tak mau memercayaiku. Ya sudahlah.

"Kak Victoria!"panggil seseorang. Aku terkejut. "Apa aku salah dengar?"tanyaku pada diriku sendiri. "Kak Victoria!"panggil orang itu lagi. "Suaranya mirip dengan suara Chelsy. Ah!tak mungkin!"aku mengabaikan suara itu.

"Kak Victoria!"suara itu terdengar lagi. Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Dari kejauhan aku melihat bayangan seseorang. Aku memfokuskan penglihatanku.

"Kak Victoria! ini aku, Chelsy!"suara itu kembali muncul. Aku terkejut setengah mati. Dari kejauhan, aku melihat Chelsy. Tapi, dia terbang!?

Chelsy menapakkan kakinya di atas sampan yang kugunakan. Lalu Chelsy segera memelukku erat. Aku menyambut pelukannya. "Kau kemana saja?membuat kakak khawatir saja!"tanyaku dengan setetes air mata yang keluar dari pelupuk mataku.

"Saat itu aku dan 2 teman kakak pergi mencari kakak. Ada sebuah pusaran air. Mungkin kakak ada di dalamnya. Saat aku memasuki pusaran air itu, aku pingsan dan terdampar di sebuah pulau. Lalu Frank membawaku ke keberadaan kakak"jawab Chelsy.

Aku terkejut. "Frank?jadi Frank bersamamu?"tanyaku. "Sebelumnya tidak. Tapi setelah aku sadar, Frank sudah di sisiku"jawab Chelsy.

Chelsy melihat sekujur tubuhku dari bawah sampai atas. Wajahnya terlihat khawatir. "Kakak tak apa-apa?kenapa ada banyak luka?dan ini...?kepala kakak berdarah. Apa yang terjadi?"tanya Chelsy. "Tak apa. Aku hanya terjatuh dari bukit kecil"jawabku dengan berbohong.

"Tak mungkin! harusnya tidak separah ini. Chelsy minta, kakak jelaskan yang sebenarnya"ucap Chelsy sambil menarik tanganku, menyuruhku duduk. "Ceritanya panjang. Tapi, intinya Hendrick dan putri Evelynne meninggalkanku"kataku dengan menghela napas.

"Aku mengerti. Kakak perlu istirahat. Mungkin kakak bisa menjelaskannya padaku di lain waktu. Kakak hanya memakai sampan?mana kapalnya?"tanya Chelsy yang melihat kendaraan yang kugunakan.

Aku mengangguk lemas. Kepalaku pusing. Sepertinya banyak darah yang keluar dari kepalaku. Aku menyandarkan tubuhku di ujung sampan. Darah di kepalaku memang sudah kering, namun rasa sakitnya masih terasa.

Chelsy melihat kondisiku. Ia merasa kasihan. Ia mengeluarkan 1 kain berukuran sedang yang ia bawa dari sakunya. Lalu membentangkan kain itu ke tubuhku. Setelah itu Chelsy mengambil dayung yang tergeletak di dalam sampan dan ia pakai mendayung.

"Kita akan ke mana?"tanya Chelsy. "Ke arah selatan. Pemberhentian terakhir"jawabku. Chelsy pun kembali mendayung dengan sedikit lebih kencang. Dan aku masih merasakan sakit di kepalaku. Makin lama, rasa sakit itu makin terasa. Aku tak kuat menahannya lagi. Dan aku terlelap.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post