7. Salah strategi
7. Salah strategi
1 jam kemudian...2 jam kemudian... kuda - kuda bertanduk itu tidak berganti posisi. Mereka hanya melihat sekeliling taman. Putri Evelynne mulai bosan.
"Kapan kita bisa pergi dari sini?aku sudah muak!kalian tahu aku tidak suka berdiam lama!"desis putri Evelynne dengan kesal. "Mungkin sebentar lagi"jawab Hendrick.
"Sudah berapa kali kau bilang 'sebentar lagi'?apakah sudah 24?tidak, tapi 25!kau sudah bilang 25 kali!"marah putri Evelynne.
Aku dan Hendrick tak menghiraukan putri Evelynne. Kami terus mengamati apa yang dilakukan oleh 3 kuda itu.
Sudah ya 30 menit berlalu. Kuda itu masih tegak tanpa bergerak. Aku sepertinya sudah tidak tahan dengan posisiku sekarang. Kakiku memintaku berjalan. Tapi tidak sekarang. Aku melihat teman - temanku yang berada di belakangku. Hendrick mulai guling - guling di atas rumput. Putri Evelynne merangkak mengelilingi salah satu pohon. Sepertinya mereka sudah sangat bosan.
"Kita harus membuat strategi. Kuda - kuda itu tak akan pernah ganti posisi"kataku. "Harusnya kau bilang sejak tadi"putri Evelynne kesal bercampur senang.
Pertama, Hendrick mengajukan strategi yang ia buat. Putri Evelynne setuju. Tapi setelah kupikir - pikir, sepertinya tidak akan berhasil. Lalu putri Evelynne mengajukan strategi yang ia buat.
Hendrick menyetujui strategi yang putri Evelynne buat, namun tidak denganku. Aku merasa strategi yang Hendrick buat itu tidak akan berhasil. Yah, hampir semua bagian dari strategi Hendrick itu benar, tapi ada beberapa bagian yang kurang bisa diprediksi.
Sekarang giliranku memberikan strategi yang kubuat. Putri Evelynne dan Hendrick setuju dengan strategi yang kubuat, tetapi mereka terlihat tidak yakin. "Yah, sepertinya bagus. Mungkin kita akan berhasil mengalahkan unicorn itu. Mungkin"begitu kata mereka.
Aku merasa mereka tidak yakin dengan strategi milikku, tapi setidaknya mereka sudah menyetujuinya. Aku pun pergi lebih dulu ke titik pertama di gunung Flowery Heart, sedangkan teman - temanku masih berbincang. Biarlah, mereka sudah tahu tempat ini. Jadi bisa menyusulku. Dan aku tak tahu apa yang mereka bicarakan.
"Aku tak yakin dengan strategi Victoria. Kuda - kuda itu lebih besar daripada pohon permen apel, sedangkan kita hanya punya 2 meter tali. Itupun masih kurang cukup untuk 1 unicorn"gumam Hendrick kepada putri Evelynne.
"Aku harus memancing 3 unicorn itu mengikuti Victoria. Victoria dan kau tahu, aku tidak bisa berlari cepat sedangkan langkah kuda - kuda itu membuatku sering terjatuh"gerutu putri Evelynne.
"Kita harus memberitahu Victoria bahwa strategi yang ia buat itu salah"usul Hendrick sambil berjalan.
"Tapi Victoria tak mungkin memercayai kita. Dia itu selalu bisa di andalkan dalam mengatur strategi"ucap putri Evelynne sambil mengikuti Hendrick.
Mereka terdiam lama. "Aku setuju dengan strategi yang kau buat"kata putri Evelynne kepada Hendrick. "Aku juga setuju dengan strategi yang kau buat, Evelynne"ucap Hendrick. Hendrick memetik bunga madu dan memakan madunya.
"Kuharap tidak seperti yang kita duga"ucap putri Evelynne.
Teman-temanku sampai di gunung yang kita janjikan untuk titik pertama. "Kalian siap?"tanyaku. Mereka tidak menunjukkan respon apa-apa. Lalu Hendrick menghampiriku.
"Victoria, mungkin ini strategi yang kau buat ada yang salah"kata Hendrick. "Maksudmu apa?"tanyaku tidak mengerti.
"Kita bisa mengikat 3 unicorn itu. Tapi tali yang kita punya tak cukup untuk 1 unicorn saja"jawab Hendrick. "Jadi kau tak memercayaiku?"tanyaku sedikit tersinggung.
"Ti...tidak...bukan begitu..." "Kalau begitu kenapa kau protes denganku? sebelumnya kau sering menyetujui strategi yang kubuat"kataku dengan kesal. "Sudahlah, kita harus cepat"ujarku cepat tanpa berbincang lagi dengan teman-temanku.
-----------------------------------------------
Aku terbangun. Tubuhku sakit semua. Ada apa ini?
Aku duduk bersandar di sebuah pohon. Mataku tak melihat jelas sekitarku. Aku memicingkan mata. Aku berada di pantai. Aku melihat ke belakangku. Pohon permen apel. Berarti aku masih di hutan Sweet Forest.
Tubuhku kini dipenuhi luka - luka. Banyak goresan kecil dan ada luka di bagian kiri kepalaku. Masih berdarah. Tetapi tidak terlalu sakit. Tapi, apa yang membuat tubuhku terlukai?
Aku berdiri dan berjalan pelan. Tubuhku masih lemah. Aku mencoba untuk bertahan.
"Evelynne!"panggilku dengan sedikit lemah. Aku melihat sosok perempuan yang sedang duduk menatap laut. Itu putri Evelynne. Aku segera menghampirinya walaupun sedikit pusing.
"Evelynne!sudah kucari-cari kau!" "Ada apa?"sela putri Evelynne dengan tegas.
"Kukira kau menghilang, ternyata kau masih disini" "Jadi kau mau aku menghilang!?"tanya putri Evelynne dengan keras. Aku terkejut. Apa yang dia maksud?
"Kau bertanya apa?"tanyaku. Putri Evelynne beranjak mendekatiku. "Kenapa kau begitu egois!?kenapa!?kau tidak mendengarkan Hendrick!kau melakukan kami semaunya!"bentak putri Evelynne kepadaku.
"Memangnya aku salah apa?"tanyaku sedikit takut.
"Sudah kubilang kau itu egois!kami tak terima strategimu. Sebelumnya kau menolak strategi aku dan Hendrick buat. Tapi kami tak semena-mena. Jika kau berpikir strategi yang aku dan Hendrick buat tidak bagus, kami juga berhak untuk menolak strategi yang kau buat!jika strategimu bagus, kami menyetujuinya. Tapi kalau strategimu tidak bagus, kami tidak menyetujuinya!kami harusnya menjelaskanmu sebelumnya, tapi kau tak mau mendengarkan kami!kamu egois!"ucap putri Evelynne panjang lebar.
"Dan lihat! tubuhku dipenuhi luka-luka!lututku berdarah!itu semua karena kau!kau tak tahu resikonya jika kita pakai strategimu, tapi kami tahu dan ingin menjelaskanmu. Tapi aku tak ingin mendengarkan kami!apa kau ingin membunuh aku dan Hendrick!?"marah putri Evelynne.
"Hendrick belum kutemukan, sedangkan aku tak bisa mencarinya lebih jauh lagi. Kita ini teman!tapi kau ingin melukai kami!aku tak terima denganmu. Kau ini teman atau musuh!?"putri Evelynne tak habis-habisnya memarahiku. Aku hanya bisa menunduk sambil mendengarkan amarah yang dilontarkan putri Evelynne.
"Jangan bicara seperti itu pada Victoria!"kata Hendrick yang ada di belakang putri Evelynne. Evelynne berbalik dan menghampiri Hendrick.
"Kenapa kau membela Victoria?dia yang membuat kita hampir terbunuh!"marah putri Evelynne.
"Dia itu teman kita!teganya kau bilang seperti itu!"Hendrick marah balik kepada putri Evelynne. Putri Evelynne menarik tanganku untuk mendekati Hendrick.
"Orang yang hampir membunuhmu ini masih disebut teman!?ini bukan teman kita, tapi psikopat!"kata putri Evelynne yang membuat hatiku seperti terhantam baja. Perkataan putri Evelynne membuat hatiku teriris. Hatiku sakit oleh kata-kata putri Evelynne.
"Dia tidak mau mendengarkanmu, dia bersikap seenaknya, bersikap semaunya. Sangat cocok untuk dibilang egois!"kata putri Evelynne sambil menatapku tajam.
"Kalau begitu kita akan memulai lagi. Kita akan buat strategi yang lebih baik lagi. Aku akan mendengarkan kalian. Dan kita akan dapatkan apa yang dilindungi unicorn itu"kataku berusaha menenangkan situasi.
"Memangnya kau tahu benda apa yang mereka lindungi?"tanya Hendrick. Aku menggeleng. "Tapi mungkin itu benda yang sangat penting untuk menemukan Astoria"kataku.
"Aku tak percaya padamu. Aku takut kau malah membunuhku di tengah laut!"tuduh putri Evelynne. Aku terkejut. "Aku tak pernah ingin menyakitimu"ucapku lirih.
"Aku terluka karena kau!kau mencelakakan diriku. Aku tak mau mati di tengah laut. Dan aku tak ingin membantumu lagi!"ucap putri Evelynne dengan kesal.
"Apa? bagaimana aku bisa menemukan saudariku tanpa kalian?"tanyaku sedikit khawatir.
"Kau jangan egois!kami punya hidup masing-masing!dan aku punya tanggung jawab besar untuk masyarakat. Dan aku tak mau memikirkan masalah lain selain kewajibanku. Lagipula aku tak boleh berlama-lama di luar kerajaan. Atau aku bisa dihukum ayahanda raja. Dan aku tak mau itu terjadi!"jawab putri Evelynne.
"Lagipula buat apa aku membantu psikopat yang telah melukaiku?sia-sia!nanti akulah yang menjadi korbannya"lanjut putri Evelynne. Aku tersinggung mendengar perkataan putri Evelynne. Tapi memang aku yang salah. Seharusnya aku mendengarkan teman-temanku.
"Ayo Hendrick, kita pergi!"ajak putri Evelynne sambil menarik tangan Hendrick. "Hei, kenapa?Victoria masih memerlukan kita"tolak Hendrick.
"Aku tak mau kita terjebak ke dalam jebakan musuh kita ini!"kata putri Evelynne dengan berusaha membawa Hendrick ke kapal. "Dia bukan musuh kita!"bentak Hendrick cepat.
Putri Evelynne melepaskan tangan Hendrick. "Punya hak apa kau membentak aku?aku ini seorang putri kerajaan!"marah putri Evelynne sambil menarik kembali tangan Hendrick.
"Jangan semena-mena!walaupun kau putri tapi tak akan ada yang mau kalau pemimpinnya egois!" "Orang di depan kitalah yang egois!"sela putri Evelynne sambil melirik ke arahku.
Setelah beberapa lama putri Evelynne berhasil membawa Hendrick ke kapal. Aku mengejar mereka.
"Kalian mau kemana?"tanyaku. "Tentu saja kembali ke kerajaan Centerland"jawab putri Evelynne sambil melepas ikatan kapal dari sebuah batu besar yang kupasang.
"Tidak!jangan tinggalkan aku!aku masih membutuhkan kalian! kalian masih sahabatku!tolong, kalian percaya padaku!"ucapku memohon.
"Oh iya, aku lupa!kau pakai saja sampan usang itu. Biar kami memakai kapal. Kami kan berdua, jadi tak cukup untuk 1 sampan usang"kata putri Evelynne sambil membuang 1 sampan kecil dan 1 dayung.
"Apa yang kau maksud?kau harus memberikan kapalnya!bukan sampannya!dia lebih butuh daripada kita!"protes Hendrick. "Diam!"bentak putri Evelynne kepada Hendrick.
Putri Evelynne mendekatiku. "Silakan, psikopat!nikmati sampan usang itu!"ucap putri Evelynne sambil mendorongku ke dalam laut. "Ups, maaf!salah sasaran!"teriak putri Evelynne.
Aku setengah sadar. Tapi kupulihkan kesadaranku dan pergi keatas laut. Putri Evelynne mengendarai kapal, menjauhi pantai Sweet Forest dengan cepat.
"Evelynne!Hendrick!"aku berteriak sekuat tenaga, tapi teriakanku hanya terngiang di pendengaranku. Tak ada yang datang seorangpun. Aku berenang kembali ke pantai sambil menuntun sampan yang diberikan putri Evelynne.
Aku duduk. Aku termenung. Air mataku mengalir. Aku merasa gagal kali ini. "Aku gagal. Aku tak bisa menemukan saudariku. Aku tak bisa membawanya pulang. Aku tak bisa memberikan apa yang ayah, i u, dan aku inginkan"ucapku dengan terus menangis sambil mendekap kedua kakiku.
Aku menangis sangat lama. Aku terus mengeluh, mengeluh, dan mengeluh. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku hanya menangis dan mengeluh sambil meratapi sampan itu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar