Faiza kamila

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
6. Teman baru

6. Teman baru

6. Teman baru

Aku terbangun. "Ini dimana?"tanyaku dengan lemah. Samar - samar kulihat asap mengepul di udara. Aku memicingkan mata. Ah, itu hanya asap dari api unggun.

Aku melihat sekeliling. Hutan. Bagaimana aku bisa di hutan?bukankah tadi aku masuk ke pusaran air...

"Akhirnya kau bangun"ucap seseorang. Aku menoleh. Seorang lelaki sedang menajamkan gergaji. Aku bergidik. "Apa yang mau kau lakukan?"tanyaku sedikit ketakutan.

Lelaki itu berbalik ke hadapanku. "Aku ingin memotong... "Jangan!"teriakku cepat sambil pergi menghindari lelaki itu.

Lelaki itu heran. "Ada apa?aku ini orang baik kok"tanyanya. Aku mendekati lelaki itu dengan langkah pelan.

"Aku Victor, seorang pemotong es"lelaki itu memperkenalkan dirinya. "Vi...Victoria"aku mulai memberanikan diri untuk memperkenalkan diri.

"Kebetulan sekali. Kenapa bisa sama nama kita?apa kau hanya mengada - ada?"tanya Victor sambil membersihkan asahan gergaji. "Tidak, memang kenapa kalau nama kita sama?teman penaku bernama Victor, tapi dia tak pernah protes"ucapku sedikit kesal.

"Oke, kau dari mana? umur berapa? tanggal lahir?"tanya Victor.

"...."baru ingin kujawab, Victor memotong pembicaraanku

"Oh...itu tak penting bagiku untuk sekarang. Aku mau bekerja. Kau diamlah dan tatap api unggun itu"kata Victor sambil menaiki kudanya.

Aku menatapnya kesal. "Apakah ini pulau fresh island?"tanyaku pada Victor.

"Menurutmu?"tanya Victor balik. "Ya"jawabku singkat. "Itu sudah tahu. Aku harus cepat. Jika kau merasa tanah ini bergetar, sembunyilah dimanapun kau tak terlihat sama sekali"pesan Victor sambil menarik tali kekang kuda dan pergi.

Aku merenung. "Benar kata Frank. Pusaran air itu adalah pintu masuk ke fresh island. Oh iya, Frank!"ucapku sambil mencari Frank.

"Frank! Frank, dimana kau!"panggilku dengan suara lantang. Tak ada jawaban. Aku terus memanggil Frank sampai...

Tanah bergetar. Api unggun terpadam karena getaran itu.

"Oh iya, sembunyi!"desisku sambil berlari cepat ke balik pohon. Aku tak sadar bahwa raksasa pohon itu ada di belakangku.

"Waaaa!"teriak raksasa pohon itu. Aku terkejut. "Oups!masalah besar"ucapku sambil berlari cepat menghindari raksasa itu.

Raksasa pohon itu terus mengejarku. Aku bersembunyi di balik pohon, tetapi raksasa itu mencabut pohon - pohon sehingga aku tak dapat bersembunyi. Langkahnya membuatku sering terjatuh dan terpental.

"Oh...tidak!jangan sampai raksasa itu menginjakku!"teriakku.

Raksasa pohon itu bersiap menginjakku dan...

"Bummm!!"kaki raksasa itu menyentuh tanah. Aku membuka mata. Victor menyelamatkanku.

"Victor!"panggilku. Sangat bersyukur ada orang yang mengenalku di pulau fresh island ini. "Kau tak apa?"tanya Victor sambil mempercepat kudanya. Aku mengangguk.

Victor membawaku ke sebuah gua kecil. "Apakah kita tidak ketahuan..."belum selesai aku berbicara, Victor menutup mulutku. "Diamlah"bisik Victor sambil mengamati raksasa pohon itu.

Setelah raksasa itu hilang, aku dan Victor kembali ke tempat semula. "Sudah kubilang bersembunyilah dimanapun kau tak terlihat sama sekali. Dan kau tidak mendengarkan aku"gerutu Victor kepadaku. "Aku hanya mencoba mencari temanku"kataku dengan kesal. 'pria ini sungguh merepotkan'gerutuku dalam hati.

Kami sampai di tempat kediaman Victor. Victor mengambil pelita.

"Bukankah kau ingin memotong es?kenapa kembali ke sini?"tanyaku sambil memberi makan kuda Victor. "Lampu pelitaku ketinggalan. Jadi aku harus mengambilnya"jawab Victor cepat.

"Bagaimana denganku?"tanyaku. "Tetap di sini dan jangan kemana - mana. Kusarankan, jangan kemana - mana. Mungkin aku akan pulang pukul 04.00 pagi"jawab Victor sambil berlalu dengan kudanya.

Aku melihat sekeliling. "Oh ya ampun!aku sangat bosan disini. Menatap api unggun, duduk di bongkahan kayu, dan menatap tenda di tengah hutan asing ini"gerutuku dengan cemberut. "Tidur sajalah. Sudah malam begini. Dia mungkin tak mengizinkanku tidur di dalam tendanya, tapi setidaknya aku bisa bangun tidur sebelum pukul 04.00 pagi"ucapku sambil merebahkan tubuh di sebuah selimut.

------------------------------------

"Bagaimana kita bisa mencari Victoria jika pusaran air itu tidak ada?"tanya Hendrick. "Aku tahu pasti ada jalan lain selain pusaran air itu"kata Chelsy meyakinkan Hendrick.

------------------------------------

Pukul 03.00 pagi, aku terbangun. Mimpi itu lagi. Ya, aku bermimpi tentang Astoria lagi. Aku berharap bisa menemukan Astoria secepatnya.

Aku beranjak dari selimut yang aku pakai tidur. Lalu menyalakan api unggun.

"Frank dimana sih? jangan - jangan dia menipuku, tidak masuk ke pusaran air bersamaku!"tuduhku. Aku mencari sesuatu yang bisa dimakan. Ah, ada buah apel!aku memetik 10 apel dan memakan beberapa.

Victor sudah kembali. Ia memberi makan kudanya dan menidurkannya. Lalu pergi ke dalam tenda. Sepertinya ia sangat lelah.

"Mau apel?"tanyaku dengan menyodorkan sebuah apel. "Tidak. Aku terlalu lelah untuk mengunyah"tolak Victor. Aku meletakkan kembali apel milik Victor. Aku masih penasaran, ada apa di pulau fresh island ini. Aku ingin bertanya, tapi tidak mau mengganggu tidur Victor.

"Kenapa aku tidak berpetualang sendiri?itu ide bagus!"ucapku. Diam - diam aku mengambil kuda milik Victor dan mengambil sebuah pedang di sebelah tenda. "Pedang yang bagus"pujiku pada pedang Victor. "Sayang, pedangku tertinggal di kapal"gerutuku. Aku pergi dari tempat itu dengan kuda Victor.

------------------------------------------

Aku berjalan dengan memegang tali kekang kuda Victor. Sambil melihat pemandangan pulau fresh island, aku mencari Frank. Terdengar suara gemericik air. Ada air terjun di depanku yang berjarak 50 m dariku. Aku pun berlari ke air terjun.

"Diam di sini"ucapku kepada kuda Victor. Lalu mendekati air terjun itu. Air terjun itu tampak indah. Terlihat bunga - bunga bermekaran di sekitar air terjun. Burung - burung indah hinggap di bebatuan. Angin sejuk terasa di seluruh tubuhku.

Aku mendekati dan mencoba merasakan air terjun itu. Sangat sejuk. Aku berharap aku bisa berenang di dalam air terjun itu. Tapi ada yang aneh dengan air terjun itu. Tanganku seperti ditarik oleh air terjun itu. Aku berpikir. "Apa mungkin Frank ada di sini?"gumamku. Aku kembali menyentuh air terjun. Tanganku benar - benar ditarik air terjun itu. Aku mencoba masuk. Dengan cepat, tubuhku ditarik oleh air terjun itu masuk ke dalamnya.

----------------------------------------------

Aku sampai di sebuah tempat. Terlihat rumah - rumah berjejeran di tepi jalan. Tapi tak terlihat 1 orangpun. Aku berjalan menjelajahi tempat itu.

Di sebuah rumah aku mendengar suara. Aku mendekati rumah itu dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang itu.

"Kita akan bagi tugas. Viona dan Lovely pergi ke laut Selatan. Mike dan Mark pergi ke laut Utara. Jovian dan Anny pergi ke semua tempat yang ada di pulau ini. Dan lainnya, ikut aku ke laut timur"perintah seorang gadis. Aku mengintip dari balik jendela. Sepertinya mereka perompak. Tapi aku tak ingin berurusan dengan mereka. Aku hanya penasaran, apa yang mereka lakukan. Aku mengikuti salah satu kelompok. Kelompok itu ada 2 perempuan dan 2 laki - laki. Aku terus mengikutinya sampai ke tengah hutan.

"Kita berpencar. Aku dan Vivi pergi ke kapal markas, Louis dan Winston pergi ke air terjun fresh water"perintah gadis itu lagi.

Aku bingung. 'Siapa yang akan aku ikuti? perempuan atau laki - laki?hm... lebih baik ikuti 2 gadis itu saja'gumamku dalam hati. Aku mengikuti 2 orang perempuan itu ke kapal markas mereka.

---------------------------------------------

Aku sampai di kapal markas mereka. Kapalnya lumayan bagus. Aku tak melihat 1 debupun. Padahal kapal itu seperti sudah lama dipakai.

Aku bersembunyi di balik batu besar yang ada di dekat kapal markas mereka. Lalu mendengar dan melihat apa yang dilakukan mereka.

"Kita harus segera menemukan putri. Kalau tidak, pangeran Astor akan menggantikan putri. Dan aku tidak suka cara pangeran Astor memimpin"gerutu salah satu gadis yang bernama Vivi. 'Putri?jadi mereka rakyat dari sebuah kerajaan?tapi siapa putri itu?'aku bertanya - tanya dalam hati. "Pangeran Astor memang baik, tapi berlebihan dalam hal kebaikan. Dan aku tak suka orang yang berlebihan"gerutu 1 gadis lainnya.

Perkataan mereka kurang jelas terdengar. Aku mencoba untuk lebih dekat lagi. "TRAAK!!"tak sengaja aku menginjak sebuah ranting. Kedua gadis itu menoleh. "Siapa disana?"tanya Vivi. Aku menutup mulutku, mencoba untuk tidak terdengar oleh 2 gadis itu. Tapi sudah terlambat. Mereka menemukanku.

Vivi menarik bajuku. "Siapa kau?"tanyanya. "Apa kau mata-mata?"tuduh 1 gadis lainnya. "Ti... tidak. Aku hanya pendatang. Aku...hanya pendatang"jawabku sedikit takut. Vivi melepaskanku, lalu membawaku ke kapal mereka. Mereka mengintrogasi diriku.

"Apa tujuanmu ke pulau ini?"tanya Vivi. "Ya...aku...aku hanya...hanya berkeliling melihat....melihat keindahan pulau ini. Hehe..."tawaku dengan terpaksa. Teman Vivi mendobrak meja yang ada di sampingku. "Kau ingin mencuri keindahan pulau ini!?"tuduhnya. Aku menggeleng cepat.

"Tak mungkin!tak ada yang berani mengatakan bahwa ia ingin melihat keindahan pulau ini. Dan kau berani mengatakannya!"mereka seakan tak percaya padaku. Mereka mengeluarkan pedangnya ke arahku. "Oke, oke...turunkan pedang kalian. Aku ini orang baik. Aku...Victoria"ucapku.

Teman Vivi itu terlihat aneh. Dia menurunkan pedangnya lalu mendekatiku. "Victoria?"tanyanya. Aku mengangguk sambil berusaha menghindar darinya. Teman Vivi itu langsung memelukku. Aku bingung. Aku ingin bertanya, tapi langsung ia jawab.

"Victoria!ini aku, Vero!"ucapnya dengan senyumnya. Aku makin bingung. Vero itu siapa? mengapa dia mengenalku?

"Victoria, tak mungkin kau melupakan sepupumu ini"kata Vero. Aku teringat Vero. "Vero, itu kau?"tanyaku tak percaya. Vero mengangguk lalu kembali memelukku. Aku membalas pelukan Vero.

"Kenapa kau bisa disini?"tanyaku. "Aku mengikuti saudarimu ke pulau ini"jawab Vero. Aku terkejut. "Kau bersama Astoria?"tanyaku sambil duduk di sebuah kursi. "Iya, dan sekarang dia hilang!"jawab Vero dengan memegang pundakku. "Tadi kau bilang 'putri'?"tanyaku dengan dahi berkerut.

Vero tersenyum. "Kabar baik. Dia adalah pemimpin atau lebih tepatnya putri dari kerajaan Royal Storia. Dan tiba - tiba ia hilang tak tahu kenapa. Padahal sebelum ia hilang, ia tidak apa - apa"jawab Vero.

Aku berpikir. "Berarti Astoria sudah mendirikan kerajaan sebelum ia menghilang?"gumamku dengan suara kecil. "Victoria"panggil Vero. Aku menoleh ke wajah imut Vero. Ya, Vero memang imut. Tetapi sikap dia lebih tomboy dariku.

"Apa yang kau pikirkan?"tanya Vero. Aku memegang tangan hangat Vero. "Maukah kau pergi bersamaku mencari Astoria dan teman - temanku?teman - temanku kehilangan aku. Aku harus mencari mereka. Setelah itu kita pergi menemukan Astoria"ucapku dengan berharap Vero memberikan jawaban yang memuaskan.

Vero terlihat sedikit sedih. "Maaf, tapi aku tak bisa. Aku bendahara di kerajaan Royal Storia, dan aku masih punya banyak tanggung jawab setelah Astoria menghilang. Tapi, aku akan berusaha membantumu mencari Astoria walaupun kita berpisah"jawab Vero. Aku tersenyum mendengar perkataan Vero.

Tiba - tiba Vivi berdeham. Aku dan Vero menoleh. "Oh iya, aku hampir lupa. Ini Vivi, sahabatku"ucap Vero. "Victoria"ucapku memperkenalkan diri kepada Vivi. Vivi terlihat cuek. Aku jadi canggung kepadanya.

"Ee...Vivi memang dingin sikapnya, tapi dia baik kok"ucap Vero. Aku mengangguk mengerti. "Victoria, apa kau sudah bertemu dengan seseorang?"tanya Vero. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"tanyaku balik. "Kebanyakan orang yang tersesat di pulau ini akan ditemukan seseorang"jawab Vero. "Ya, aku sudah bertemu seseorang. Dia menyebalkan, tapi dia baik"kataku.

"Apakah itu Victor?"tanya Vero santai. Aku terkejut. "Bagaimana kau tahu?"tanyaku balik dengan wajah serius. "Hanya firasat"jawab Vero dengan singkat.

Vero pergi ke haluan kapal. "Victor itu temanku juga. Tapi dia sangat pendiam, tak pedulikan apapun, sangat menyebalkan. Tapi dia pintar. Baik atau tidak biasa aja sih. Dia tak jahat dan tidak juga baik"lanjut Vero. "Tak peduli?tapi dia menyelamatkanku dari raksasa pohon"gumamku.

Vero menoleh kepadaku. "Kau diselamatkan oleh Victor? sebelumnya ia tak pernah mau menyelamatkan seseorang"ucap Vero dengan mata birunya yang membulat. "Ya, dia menyelamatkanku lalu kembali pergi untuk memotong es"kataku dengan menatap laut.

"Hei, diamlah! sepertinya ada yang datang!"bisik Vivi dengan was-was. Aku menutup mulutku. Vivi dan Vero melangkah pelan, melihat sekeliling. Tak ada orang. Tapi ada bayangannya. Vivi dan Vero bersembunyi. Aku mengikuti mereka.

Bayangan itu makin dekat dan orang itu menampakkan dirinya. Vivi dan Vero langsung menjulurkan pedangnya. Tapi pedang milik orang itu menepis pedang Vivi dan Vero. "Tunggu dulu!"kataku kepada Vivi dan Vero. Aku mendekati orang itu yang tak terlihat jelas wajahnya.

"Hendrick!"panggilku sambil memeluk orang yang mempunyai bayangan itu. "Kau ada di sini!?bagaimana kau bisa di sini?"tanya Hendrick. Aku melepaskan pelukanku dari tubuh Hendrick.

"Aku melompat ke dalam pusaran air. Dan ternyata pusaran air itu adalah portal pulau fresh island"jawabku. "Aku masuk dengan Frank, tapi sampai sekarang aku belum menemukannya"lanjutku.

Terlihat putri Evelynne sedang meminum air kelapa di belakang Hendrick. "Evelynne!"panggilku. Aku memeluk putri Evelynne dengan erat. "Bagaimana kalian bisa sampai di sini?"tanyaku. "Yah, kau masuk ke sebuah pusaran air. Karena kau masuk ke dalam pusaran air, kami juga masuk ke dalam pusaran air. Dan kami menemukanmu"jawab putri Evelynne. Aku tersenyum lega.

"Dimana Chelsy?"tanyaku. Putri Evelynne terlihat sedih. "Chelsy ikut dengan kami ke dalam pusaran air itu. Tapi setelah kami sadar, kami tak menemukan Chelsy"jawab putri Evelynne dengan sedih.

"Dan... siapa ini?"tanya Hendrick yang menunjuk Vero. "Dia Vero, sepupuku"jawabku. "Kenapa sepupumu ini bisa berpisah denganmu?"tanya Hendrick lagi. "Ceritanya panjang. Sekarang kita harus mencari Astoria, secepatnya!"ucapku.

Aku menghampiri Vero. "Aku pergi dulu"pamitku dengan wajah sedih.

Vero menatapku. "Kau tak apa?"tanyanya. Aku tak menjawab. Akan sangat menyedihkan jika tak ada saudara kandungku yang menemaniku. Bahkan, aku baru saja bertemu dengannya.

Vero memegang tanganku. "Kau pasti bisa tanpaku. Aku juga akan membantumu walaupun tidak bersamamu"pesan Vero kepadaku. Aku tersenyum mendengarnya.

"Ambil peta ini. Ini adalah peta menuju Sweet Forest. Ini belum pemberhentian terakhir, tapi nanti kau akan menemukan sebuah tanda yang harus kau ikuti menuju pemberhentian terakhir, yaitu menuju tempat Astoria berada. Aku tak bisa melihat tanda itu, tapi kau bisa melihatnya"jelas Vero panjang lebar. Aku mengangguk.

------------------------------------------

Kami sampai di sebuah hutan. Sepertinya ini hutan Sweet Forest. Sesuai namanya, hutan ini mempunyai banyak warna dan aneka permen yang tumbuh di sekitar hutan ini. Aku menapakkan kaki bersama teman - temanku ke hutan dan mulai menjelajahi tempat ini.

"Wah...lihat bunga lolipop ini! terlihat manis spertiku!"ucap putri Evelynne. "Permen apel? bahkan ada permen apel di semua pohon ini!"takjub Hendrick.Aku tak menghiraukan mereka. Aku hanya berjalan menyusuri semak - semak yang tebal.

Aku melihat sebuah taman di tengah hutan. Taman itu sangat indah. Banyak bunga - bunga permen yang bermekaran. Pohon - pohon dihiasi dengan buah - buah yang berwarna - warni. Aku memetik sebuah anggur di salah satu pohon, lalu mencicipi anggur itu. Manis. Pantas saja hutan ini dinamai Sweet Forest. Padahal buahnya belum terlalu matang.

Tiba - tiba tanah bergetar. Daun - daun berjatuhan dari pohonnya. Aku segera bersembunyi di balik semak - semak.

Terlihat 3 kuda besar melewati hutan. Ada pohon yang tercabut karena langkah kakinya yang cepat. Salah satu kuda terbang di langit, membuat semua dedaunan dan bunga beterbangan. Kuda itu sampai di taman yang barusan aku kelilingi.

3 kuda itu berdiri di sekeliling taman. Lalu duduk diam. 'Apa yang dilakukan 3 kuda itu?'tanyaku dalam hati. "Oh iya, Hendrick dan Evelynne!"gumamku sedikit pelan. Aku mengendap - endap sambil terus waspada agar tidak ketahuan 3 kuda itu.

Aku menemukan Hendrick dan putri Evelynne. Mereka berada di belakang pohon permen karet. Lalu kami kembali ke taman yang diawasi dengan 3 kuda itu.

"Apa yang mereka lakukan?"tany putri Evelynne dengan menunjuk 3 kuda itu. Aku menggeleng. "Mungkin ada sesuatu yang mereka lindungi"tebak Hendrick.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post