Faizah Iffah Annisa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BAB 1

Hari yang Menyedihkan

Malam ini langit sangat indah, cahaya rembulan membuat malam ini menjadi terang, bintang-bintang bertaburan diatas langit yang menghiasi malam, ditambah angin sejuk yang membuat Rana sangat nyaman dengan suasana malam itu. Ia Berharap hidupnya akan seindah malam ini, ia tak sabar untuk menghadapi hari esok, hari dimana semua orang akan memecehkan teka teki hidup mereka setelah menyelesaikan ujian semester. Rana ingin mendapatkan nilai terbaik dikelas, karna ia tau bahwasanya ia mampu untuk mendapatkan peringkat kelas.

Keesokan harinya Rana bersikap tidak seperti biasanya di kelas, dia seakan-akan meremehkan teman-temannya yang tidak cukup pintar seperti dirinya. Memang satu kelas tau bahwasanya Rana adalah anak yang pintar, ia tidak pernah eluar dari 10 besar sejak kelas 1 SD. Rana yakin dengan kemampuannya, karena ujian sebelumnya ia bisa menembus ke peringkat 4 besar di kelasnya, itupun nilai mereka tidaklah jauh beda. Rana melihat kemampuannya setelah menerima hasil ujian sebelumnya, dan teman-teman Rana lebih banyak mempercainya dari pada teman mereka yang mendapatkan peringkat kelas.

Tapi bertapa terkejutnya mereka setelah apa yang di ucapkan Rana akhir-akhir ini, dia meremehkan teman-temannya dan berkata seolah-olah dia orang paling pintar dikelas.

“Dengar ya semuanya, kalau kalian kesulitan dalam belajar, tenang ada aku, aku pasti bisa membantu kalian.”kata Rana didepan kelas dengan nada sombong.

“Maksud lo apa Ran?” tanya Hamdi selaku ketua kelas.

“Masak lo gak ngerti, kan selama ini kalian mintak tolong sama gue kalau kalian kesulitan dalam belajar, berarti jelas kalau gue lebih pintar dari mereka bertiga.” jelas Rana sambil menunjuk ke arah Salma, Luthfi, dan Izhati yang kebetulan mereka berdekatan berdiri didekat meja guru.

“Kenapa lo tiba-tiba jadi belagu?” tanya Laras selaku sahabat Rana.

“Kan gue ngomong sesuai kenyataan, iya kan?” jawab Rana dengan sombong.

“Asal lo tau ya Ran, kami bisa saja meminta tolong kepada mereka bertiga, tapi kenapa kami lebih memilih lo, itu karna sifat lo, karna lo tidak sombong seperti mereka, karna kami yakin lo tidak akan meremehkan kami. Beda lo sama mereka karna sifat lo Ran, tapi apa sekarang, lo sama saja seperti mereka bahkan lebih buruk lagi, gue kecewa sama lo Ran.” Jelas Laras dengan nada kecewa.

Rana terdiam dengan penjelasan Laras, dia terkejut dengan apa yang ia dengar barusan, sontak kelas menjadi hening. Tak lama kemudian ibuk gurupun datang dan meminta agar seluruh murit merapikan kelas untuk menerima lapor nanti.

Pada jam 09.00 para wali murit sudah mulai berdatanggan, Rana tak sabar lagi untuk melihat nila-nilai yang ia peroleh, tapi disisi lain tak satupun teman-temannya yang mendekatinya dari tadi.

“Lihat saja, gue akan buktikan kalau gue lebih baik dari pada kalian semua.” Guman Rana didalam hati.

“Eh Sal, coba lo liat orang yang tadinya remehin kita sekarang malah gak ada teman.” Remeh Izhati.

“Betul juga apa kata lo, makanya kalau jadi orang itu jangan suka takabur!” Remeh Salma.

Rana mendengar pembicaraan mereka, ia berharap agar semua ini dapat berakhir setelah menerima lapor nantik.

“Tapi gue heran Zha, masak iya orang kayak dia bisa ngalahin kita yang jauh lebih pintar dari dia.” Remeh Salma. Rana tidak menerima dengan apa yang dikatan oleh Salma,ia pun berjalan mendekati Salma.

“Apa lo bilang barusan? Lo bilang gue gak bisa ngalahin lo berdua?’’ Tanya Rana dengan marah.

“Kan memang iya kami lebih pintar dari lo, kalau gak percaya kita liat aja hasilnya nanti” Jawab Salma.

“Oke, gue akan buktiin!” jawab Rana.

“Kenapa gue gak percaya gitu ya sama omongan lo.” Remeh Izhati lalu pergi meninggalkan Rana dan di susul ole Salma.

“Kita liat aja nanti.” Kata Slma dengan senyum tipis.

Semua wali murit sudah hadir, para murit di minta untuk meninggalkan kelas dan menunggu nama mereka dipanggil untuk mengambil lapor bersama orang tua mereka. Ibu gurupun menyebutkan peringkat kelas dari 10 ke juara 1. Para siswa mendengarkannya dari luar kelas.

“Baiklah bapak ibuk wali murit, saya akan membacakan peringkat kelasnya, peringkat 10 dengan nama anak kita….”

“Sal, kalau misalkan dia memang juara satu gimana?” tanya Izhati dengan kecewa.

“Lo ngapain sih, sudah jelas kita lebih pintar dari dia. Lo jadi orang jangan suka ngada deh!” jawab Salma

“Tapi…” kata Izhati di potong oleh Salma.

“Kan sudah rengking berapa ini, lebih baik lo diam!” kata Salma dengan nada kesal.

“Peringkat lima dengan nama anak kita Miftahul Hasanah, peringkat empat dengan nama anak kita Raudatul Izhati.”

“Apa!” Izhati sontak terkejut dan kecewa.

“Rasain lo.” Kata Rana dalam hati.

“Peringkat tiga dengan nama anak kita M. Luthfi, peringkat dua dengan nama anak kita …”

“Jangan, jangan, jangan nama gue.” Harapan Salma dalam hatinya.

“Azahratul Salma, dan…..”

“Tidak mungkin, gak mungkin.” Kata Salma dengan kecewa.

“Dan juara satu adalah….”

“Gak mungkin jura satu Rana.” Guman Salma dalam hati dan menoleh kea rah Rana.

“Aku tau kalau aku bisa ngalahin mereka.” Guman Rana dalam hati lalu tersenyum tipis.

“Apa mungkin Rana yang mendapatkan juara kelas?” Guman Laras dan menoleh kearah Rana.

“Selamat kepada anak kita Larasati.”

“Apa?” Semua murit terkejut.

“Kenapa nama gue?” Tanya Laras heran.

“Kenapa bukan aku?” Guman Rana dalam hati.

“Selamat ya Ras.” Salut teman-teman kelas.

“Kenapa, kenepa nama aku tidak ada tersebut?” Guman Rana dalam hati.

“Tunggu dulu, kenapa nama Rana tidak ada disebutkan?” Tanya Suci.

“Eh? Betul juga kata lo Suc.” Jawab Hamdi. Suasana menjadi ribut, karena tak satupun Rana mendapatkan peringkat 10 besar dikelasnya. Apa yang terjadi dengan Rana?

“Apa gue bilang, lo gak bisa ngalahin gue.” Remeh Salma.

“Kata lo, lo anak paling pintar di kelas, sekarang apa? Masuk sepuluh besar aja ngak.” Remeh Izha.

Rana merasa kecewa, ia malu karena sudah bersikap seolah-olah ia orang paling pintar dikelas. Ia menyesali perbuatannya, tapi mau gimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Kini tidak ada satupun teman sekelasnya yang ingin berteman dengannya termasuk sahabatnya, Laras.

Satu persatu nama murit dipanggil untuk mengambil lapor masing-masing bersama orang tua. Ketika nama Rana dipanggil, ia merasa malu berjalan menuju meja guru, semua orang memperhatikan langkahnya. Ibuk guru mempersilahkan orang tua Rana untuk duduk.

“Baiklah Bapak dan Ibuk, ini hasil dari ujian anak kita Rana Luthfia.” Kata ibuk guru sambil memberikan hasil ujian dan nilai lapor Rana. Orang tua Rana kecewa dengan hasil-hasil yang Rana dapatkan.

“Bapak, Ibuk, memang peringkat Rana di kelas jauh menurun, tapi rata-rata yang ia dapatkan tidak jauh dari ujian sebelumnya.” Jelas buk guru, “Kalau dilihat selama proses belajar Rana sangat tekun dalam menjalaninya, akan tetapi ia ceroboh dalam menjawab soal ujian. Mungkin disitu Rana yang bermasalah.” Jelas ibuk guru.

“Oh, baiklah buk. Saya berterimakasih atas bimbingan ibuk dalam mendidik anak saya.” Kata Ibu Rana sambil menjalurkan tangan lalu berdiri dari tempat duduk.

“Iya buk, sama-sama.” Balas buk guru lalu bersalaman dengan orang tua Rana.

Setiba dirumah, Rana takut dimarahi oleh orang tuanya. Ia tak sanggup mendengar mendengar teriakan dari ayahnya. “Rana! Kesini kamu!” Kata ayah dengan tegas. Rana ketakutan, dia tak tau apa yang haru ia lakukan.

“Ayah bilang kesini!” Teriakan ayah mulai membuat tubuh Rana menjadi kaku. Rana perlahan-lahan melangkah menuju ruang tamu.

“A..a ada apa yah?” Jawab Rana gugup.

“Kenapa kamu takut begitu?” Tanya ayah. Rana hanya menggelengkan kepala. Ayah mendekati Rana dan mengusap kelapanya.

“Ayah tidak marah kok, walau bagaimana pun kamu sudah berusaha semampu mu. Asalkan kamu memiliki akhlaq yang baik, ayah sudah bangga sama kamu Ran.” Jelas ayah.

Rana terkejut dengan penjelasan ayah, ia menyesal karna sudah bersikap sombong kepada teman-temannya. “Tah apa yang akan terjadi dengan hari-hari ku selanjutnya, jika bisa aku memutar waktu, aku tidak akan bersikap sombong pada teman-temanku”.

“Kesombonganmu akan menghancurkan Hidupmu”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post