Ervika Najwa A.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Chapter : Three

Chapter : Three "TWINS [?] : Telepati tak pernah mati"

Pertemuan ada untuk perpisahan

Perpisahan ada untuk pertemuan

Jiwa yang kini akan beranjak meninggalkan

Tengah merasa enggan,

Karena masih ada insan

Yang memintanya menetap dan bertahan

Malang Town Square (MATOS)

10.29 WIB

“halo. Nyampe mana ?” Tanya Vika kepada sosok diseberang telepon.

“eh iya, ini udah mau nyampe. Kamu ndek mana ?”

“aku wes di depan pintu utama daritadi”

“yawes, sek ya tak matikan telpon e. Atene bayar grab”

“iyo, oke oke”

Peep -- , sambungan telepon terputus.

Selang beberapa menit, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Sontak Vika agak terkejut, dan langsung tersenyum sumringah ketika ia tahu siapa yang menepuk pundaknya.

“Vik ! Ya ampun wes pirang taun kepungkur awake gak ketemu Ya Allah”

“Ya Allah, Clar. Kaet biyen gak berubah pisan kowe” Ucap Vika sambil tersenyum lebar.

Clarissa Fidela Lika yang akrab dipanggil Clarisssa, merupakan sahabat karib Vika yang menemaninya selama 6 tahun dibangku sekolah dasar. Dan akhirnya mereka berpisah di menengah pertama karena Clarissa memilih masuk pondok pesantren.

Yo iyo toh, pancet aku, gitu-gitu aja. Terus, Juneo gimana? kalian bareng tah kesininya?” Tanya Clarissa selepas berpelukan dan temu kangen dengan Vika

“Juneo nyusul katanya, mau bantu bundanya dulu. Masih anak Bunda dia tuh, haha”

“eh demi Allah? Terus nanti gimana Juneo?”

“Udah gampang entar aku hubungin lagi kok. Sekarang mending kita have fun dulu. Lumayan Q time berdua sebelum aku kau tinggal pacaran sama Juneo, dih”

Ucap Vika dengan nada bercanda lantas menarik lengan Clarissa menuju kedalam bangunan megah di hadapannya.

-TwInS,-

Mereka berdua kini sedang berada disekian lantai dimana setiap ke Mall pasti tempat ini paling banyak dijadikan destinasi oleh orang-orang yang mengunjungi Mall, food court.

“Kamu mau makan apa Clar ?” Tanya Vika setelah mereka tiba di area food court.

gaeroh, paling tuku cemilan aku” Jawab Clarissa sambil matanya berkeliling menelusuri berbagai stan makanan.

Maem, Clar. Ojok nyemil tok, Juneo ngamuk ntar” Goda Vika

“iya iya ih”

“kamu aja nyari makan dulu, aku tak golek kursi kosong”. Ucap Vika sambil mengedarkan pandangan keseluruh bangku makan food court karena ia sadar betapa sulitnya mencari bangku di food court.

Vika telah menemukan bangku yang tepat untuknya dan Clarissa duduk, setidaknya bangku itu juga akan cukup jika Juneo sudah tiba. Bangku berisi 4 orang yang nampaknya baru saja ditinggalkan keluarga kecil berisi ayah ibu dan dua anak itu.

Vika melangkahkan kakinya agak cepat agar bangku itu bisa ia dapatkan dahulu. Namun sayangnya waktu hampir meraih bangkunya, ada sosok lelaki yang menabraknya arah kirinya.

Lelaki itu membawa nampan dengan segelas minuman dan sebuah nomor meja. Untung benturan tersebut tidak begitu kuat sehingga tubuh mereka hanya oleng dan minuman dinampan lelaki itu nyaris tumpah.

Nyaris saja, bagaimana jadinya jika minuman itu tumpah lalu ia dan lelaki asing itu dijadikan pusat tontonan. Alamat malu 7 turunan, bingung mukanya mau diletakkan dimana. Untung saat itu orang-orang tak banyak melihatnya, situasinya aman.

“Maaf kak, sekali lagi maaf” ucap Vika sambil menundukkan kepalanya, lantas ia mendongak untuk mengetahui spesifik lelaki yang ia tabrak.

“lah, kakak ?!”

“loh, kamu ?!”

Mereka mengucap bebarengan, food court tengah ramai jadi suara mereka tidak begitu menggema namun berhasil mampu menarik simpati orang-orang didekat mereka untuk memberikan atensi.

Mereka saling bertabrakan di bandara kemarin, dan kini mereka bertabrakan lagi ditempat yang berbeda. Mungkin malaikat benar-benar ingin memperkenalkan mereka satu sama lain.

“eh, mari kak duduk aja sama saya kak daripada nyari bangku lagi” Tawar Vika setelah ia mengetahui siapa sosok yang ia tabrak.

“eh ? gapapa nih ? kamu sendiri apa gimana ?” Tanya lelaki itu.

“gapapa kak gabung aja. Aku sama temen sih, tapi Cuma dua kok” Ucap Vika ramah lantas berjalan menuju bangku yang ia dapati kosong tadi dan menarik satu kursinya.

Padahal tinggal beberapa langkah ia sudah bisa duduk tenang beberapa detik yang lalu. Namun malah terjadi tragedi yang tidak diinginkan, sudahlah.

Vika duduk sambil menempatkan dirinya diposisi yang nyaman lantas meletakkan tasnya dibangku kosong sampingnya, agar tidak ada yang menempati. Lelaki yang bertabrakan dengannya tadi duduk dihadapannya sambil sibuk memainkan ponsel.

‘Situasi apa ini, ini terlalu canggung’ Batin Vika.

Untuk menghindari kecanggungannya, ia ikut mengeluarkan ponselnya dari tas Fendi berwarna Grey itu, sepadan dengan ootd nya yang hari ini berwarna hitam putih abu-abu itu.

Ia membuka ponselnya dan mendapati pesan dari Clarissa bahwa ternyata Clarissa sudah turun sejak tadi untuk menjemput Juneo sang kekasih di depan pintu utama, situasi apalagi ini.

Tanpa Vika sadari ia mengumpat hingga tak ingat bahwa masih ada sosok lelaki asing dihadapannya yang sedang sibuk dengan ponselnya sambil sesekali menyeruput minumannya.

“B*****t kok ga daritadi” Ucap Vika lirih namun dengan tekanan yang terdengar kesal.

“hah, iya ?” ucap lelaki itu setelah ia mendengar Vika mengumpat.

“Ah engga, kak. Ini temenku” Ucap Vika sambil nyengir tidak jelas dan menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali, ia malu sudah bersikap kasar didepan orang yang bahkan belum mengetahui namanya.

“Oh, iya iya. Ngomong-ngomong kita dari tempo hari ketemu sampai hari ini belum kenalan loh, hehe” Ucap lelaki itu tiba-tiba.

“Rey, Marcheol Rey” lanjutnya sambil mengulurkan tangannya.

Deg !

Sepertinya Vika dejavu dengan nama itu, tapi ia benar-benar tidak bisa mengingatnya sekarang. Berakhir dengan Vika yang membalas jabatan tangan Rey, mengenalkan dirinya kembali.

“Vika, Vika Sabrina An Najwa”. Ucap Vika seraya tersenyum manis khasnya.

Suasana sudah tidak secanggung tadi. Ketika Clarissa dan Juneo tiba, suasana jadi lebih berwarna. Seakan mereka berempat sudah akrab sebelumnya, ini ketidak sengajaan yang luar biasa.

-TwInS,-

Malang Town Square (MATOS)

17.47 WIB

Mereka berempat sedang berjalan beriringan menuju pintu keluar. Kebetulan Juneo dan Rey membawa mobil jadi sekalian saja Vika dan Clarissa pulang ‘nebeng’.

Sepertinya bersenang-senang hari ini disudahi, karena senja mulai menampakkan dirinya pada hamparan langit yang luas bersamaan dengan mentari yang mulai menenggelamkan dirinya di ufuk barat.

Clarissa sudah dipastikan berjalan disamping Juneo sambil bertukar kemesraan karena lama tidak berjumpa.

Sedangkan Vika berjalan disamping Rey sambil bertukar cerita menarik dan hal random lainnya.

Ditengah mereka berjalan, deg !

Jantung dan kepala Vika berdentum hebat. Sang pemilik jiwa merasa pening dan sesak sehingga memutuskan untuk berpegangan pada lengan Rey karena hanya Rey yang ada disampingnya.

“Vika, kenapa?” Rey agak panik melihat Vika yang dengan respon cepat tiba-tiba meraih tangannya dan memegangi kepalanya dengan bobot tubuh yang sudah siap untuk jatuh.

Rey mencoba membantu Vika bangkit, ditegurnya Clarissa dan Juneo yang berjalan beberapa langkah didepannya dan dengan segera ia merubah posisinya menghadap Vika.

“Aku mau ke toilet sebentar” Ucap Vika lirih tanpa mampu membuka kelopak matanya.

“Biar aku yang antar” Ucap Clarissa yang tak kalah panik dan langsung menggaet tangan Vika dan membantunya melangkahkan kaki ke toilet yang berada tak jauh dari mereka.

Juneo dan Rey sama-sama khawatir akan kondisi ini. Juneo yang khawatir jika kakak saudaranya itu sakit lagi dan Rey yang masih bingung dengan perubahan kondisi Vika yang drastis dan secara tiba-tiba.

Dikamar mandi Clarissa cemas akan kondisi sahabatnya yang tak bisa dibilang bagus sekarang. Vika sedang berpegang pada wastafel dan berusaha menguatkan dirinya untuk sekadar membuka mata dan menopang tubuhnya.

Vika membasuh wajahnya dengan air mengalir di wastafel. Ia merogoh tasnya dan mengambil wadah kecil yang berisi pil-pil obat lantas mengangkat tangan kirinya melihat jam digital yang melingkar rapi di pergelangannya.

“Aih, pantes. Telat mau tiga jam” Ucap Vika diiringi senyum paraunya.

“kenapa Vik?” Tanya Clarissa yang sudah cemas dan waswas dibelakangnya.

“ga, gapapa” Balas Vika sambil tersenyum, meski kondisinya sedang seburuk itu.

Vika memilih memasukkan kembali wadah kecil berisi pil-pil itu dan berbalik badan menghampiri Clarissa.

“udah kok, aku gapapa” ucap Vika dengan senyumnya namun matanya sayu.

“yakin? gapapa?” Tanya Clarissa meyakinkan sambil menggandeng tangan Vika agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

“iyaa sayang”

Baru saja Vika melangkah keluar dari toilet, raganya sudah tidak sanggup menopang tubuhnya. Dengan sigap, Rey langsung menangkap tubuh Vika yang sudah tidak sadarkan diri dan menggendongnya ala bridal style, lantas membawanya segera kemobilnya.

“Bawa ke persada”. Begitulah kalimat singkat yang diucapkan Clarissa sebelum ia membawa tubuh Vika kemobil. Disusul dengan Clarissa dan Juneo yang dimobil Juneo.

-TwInS,-

Deg !

“Vika ?!”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post