Doni Prasetya Herlambang

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

IBU, KASIHMU TAK TERTEPI

IBU, KASIHMU TAK TERTEPI

Saya buka smartphone mungkin google tahu hal apa yang mereka lakukan untuk memperingati hari ini , aku melihat di beranda sosial media dan story WhatsApp begitu banyak postingan bertema tentang ibu. Ada yang berkirim video ucapan Hari Ibu, dan ada juga yang memposting foto dirinya yang sedang menyuapi sepotong kue kepada ibunya. Sungguh mengharukan sekaligus menyenangkan saat kita melihat keceriaan di wajah ibu dan anaknya.

Ketika hari ibu tiba, saya jadi teringat dengan perjuangan dan pengorbanan ibu, sembilan bulan ibu, mengandung kami. Engkau bertaruhkan nyawa untuk melahirkan kami ke dunia. Sungguh hebatnya dirimu ibu , yang telah memberikan seluruh jiwa dan hidupmu pada diriku. Saya sering merenung sesaat , memikirkan semua yang telah kau berikan. Engkau telah merawatku dari masih bayi hingga saat ini.

Saya adalah seorang siswa pelajar SMP yang bernama Doni Prasetya Herlambang, saya biasa di panggil Doni. Saya anak bungsu dari 2 saudara yang hidup bersama ayah, ibu, kakek, dan kakak. Mereka sangat menyayangi saya. Setiap hari kami selalu meluangkan waktu dan merajut kebersamaan. Saat-saat seperti itulah saya merasakan ’quality time” tercipta.

Pada saat saya masih kecil, saya sering meminta kepada ibu untuk dibelikan mainan. Tetapi ibu tidak membelikannya karena di rumah, mainan saya masih banyak. Saya pun menangis di hadapan ibu, dan ibu pun bilang "iya iya ibu belikan Mainan untuk mu" dengan syarat kamu harus janji rajin belajar dan patuh kepada ibu. Saya pun berhenti menangis setelah ibu berkata begitu. Saya langsung mengatakan "Iya bu, saya janji akan rajin belajar dan patuh kepada ibu". Ibu pun mengajak saya untuk dibelikan mainan.

Selang beberapa hari setelah di belikan mainan. Saya mengingkari janji itu, ibu menyuruh saya untuk belajar. Tetapi saya tidak menghiraukan perkataan ibu, karena saya sibuk dengan memainkan mainan yang telah dibelikan beberapa hari yang lalu. Saat malam tiba ibu masuk ke kamar saya dan menyuruh saya belajar lagi. Ibu pun bilang kepada saya "Ayo nak, saatnya belajar."

Saya pun bilang kepada ibu “Tapi bu, aku malas sekali untuk belajar."

Lalu ibu pun menjawab "Kamu kan sudah berjanji kepada ibu untuk rajin belajar."

Saya pun hanya bisa terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Saya malu karena mengingkari janji, sehingga langsung pergi ke meja belajar dan mengambil buku untuk belajar. Begitulah selalu ibuku, ia penuh argumen dan jarang sekali marah atas semua kesalahanku. Tutur katanya selalu lembut seolah membelai sekujur tubuhku.

Suatu ketika tiba-tiba guru saya mengadakan ulangan mendadak. Setelah ulangan selesai, jawaban ulangan pun di koreksi oleh guru saya. Sesudah di koreksi, saya mendapatkan nilai yang anjlok sekali. Ulangan itu harus bertandatangan orang tua. Bel sekolah pun berbunyi yang menandakan waktunya pulang. Selama perjalanan pulang, saya berpikir kalau sesampainya di rumah saya akan kena marah ibu. Setibanya di rumah saya ucapkan salam dan melihat ibu sedang memasak di dapur. Ibu sedang memasak untuk makan siang kami sekeluarga. Ibu pun melihat saya dan berkata "Sudah pulang kamu nak."

Saya menjawab "Hehe, iya Bu."

Setelah selesai Salat dan makan siang, saya memberikan lembaran soal ulangan tadi kepada ibu. Ibu kebingungan "Kertas apa ini nak?"

Saya memberitahu ibu "Itu kertas soal ulanganku tadi bu, maaf nilai yang aku dapatkan anjlok bu."

Ibu pun bilang "Iya nak tidak papa, lain kali belajarnya di tingkatkan ya."

Saya langsung bilang "Iya bu, kertas ini besok di kembalikan lagi dan harus bertandatangan orang tua"

Lalu ibu berkata "Oh, iya nak ibu tanda tangani sekarang."

Saya berbicara dalam hati "Loh, kenapa ibu tidak memarahi saya?"

Dari kejadian itu baru saya sadari, bahwa ibu memiliki kesabaran yang sangat tinggi. Lautan maafnya tak bertepi. Walaupun anaknya nakal seorang ibu tetap berkata lemah lembut untuk memberikan nasihat kepada sang anak.

Wanita yang tidak mengenal rasa lelah yaitu seorang ibu. Ibu rela melakukan berbagai pekerjaan rumah, seperti, memasak, menyapu, mencuci baju, mencuci piring dan sebagainya. Sebagai seorang anak, maka kita harus hormat, patuh, taat, dan berbakti kepada ibu. Sebisa mungkin kita bisa membantu meringankan pekerjaan itu semua,

Kasih sayangmu pada diriku sangat besar sekali ibu. Engkau bukan hanya sekedar merawat tetapi juga membimbingku. Terkadang saya terheran-heran pada kegigihan, ketabahan , dan kesabaranmu dalam banyak hal. Tidak pernah ada keluhan darimu ibu, mungkin engkau menyembunyikannya dariku. Engkau adalah inspirasi terbesar dalam hidupku.

Hari ibu bisa kita jadikan sebagai momentum untuk meningkatkan pengabdian kita kepada ibu. Sejatinya tidaklah cukup bila kita membahagiakannya hanya di Hari Ibu saja. Ketika 22 Desember sudah berlalu, apakah perilaku taat kita kepada ibu juga ikut berlalu?. Sungguh jahat sekali kita jika melakukan hal seperti itu. mudah-mudahan Hari Ibu bisa menjadi landasan pacu bagi tiap-tiap diri untuk lebih sayang dan cinta kepada Ibu. Manfaatkanlah waktu sempat dan waktu sempit untuk berbakti kepadanya.

Mungkin hanya itu yang bisa diceritakan tanda kasih sayang ibuku. Terimakasih ibu atas seluruh kasih sayangmu. Engkau didik kami dengan kasih sayang hakiki tanpa kenal pamrih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post