Cinta Kasih Guru
Kehidupan ini tak lepas dari sosok seorang guru. Dia mampu melahirkan banyak generasi hebat dan unggul. Guru adalah orang tua kedua kita. Mereka bukan hanya mentransfer ilmunya, tapi juga mendidik siswanya. Bukan perkara mudah menjadi seorang guru. Guru harus cerdas, sabar dan lapang dada. Cita-citanya untuk negeri ini sangat mulia. Seperti yang tercantum dalam UUD Negara Republik Indonesia, yaitu mencerdaskan bangsa.
Upaya untuk mewujudkan cita-cita di atas, terus dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu program pemerintah yang sedang digalakkan adalah Sekolah Ramah Anak (SRA). Cinta kasih bapak dan ibu guru semakin terasa. Jauh dari tindak kekerasan. Wajah yang berseri-seri selalu menghiasi hari. Menemani setiap angka yang berkeliaran di dalam pikiran. Kini matematika tak seseram yang dibayangkan.
Belajar tanpa guru itu tidak sempurna. Tidak akan ada yang mengarahkan dan membenarkan. Bisa jadi ilmu yang kita pelajari justru akan menyesatkan. Maka dari itu, peran seorang guru tak akan pernah tergantikan oleh aplikasi atau apapun itu.
Guru merubah pola pikir kita. Merubah cara pandang kita. Memberikan cahaya dalam kegelapan. Keinginannya tidak muluk-muluk. Hanya ingin melihat anak didiknya jauh lebih sukses darinya. Mereka seringkali menghabiskan waktu agar siswanya dapat memahami suatu hal dengan baik. Jiwa yang tulus dan ikhlas yang ditampilkannya setiap kali mengajar. Tanpa seorang guru, aku hanyalah butiran debu.
Banyak orang besar lahir dari adanya seorang guru. Maka aneh jika ada dosen yang lupa dengan guru SD-nya dulu. Pebisnis yang lupa sama gurunya. Pendakwah yang lupa sama guru ngajinya. Peribahasa mengatakan “kacang lupa dengan kulitnya.” Pahlawan tanpa tanda jasa itu harus dihormati dan dicintai.
Hari ini aku menjadi diriku yang saat ini, tak dapat dipungkiri hasil dari jerih payah guru-guruku. Merubah kepribadianku dan mindset yang selama ini salah. Membuatku mampu keluar dari zona nyaman, mendapatkan kepercayaan dan prestasi di luar ekspektasi.
Suatu ketika aku benar-benar merasakan rindu pada puncaknya. Suasana kegiatan belajar mengajar itu terekam jelas dalam sebuah foto. Canda dan tawa menggema diseluruh penjuru kelas. Meski matahari terasa di atas ubun-ubun, semangat belajar tetap membara dalam jiwa.
Jasa-jasa para guru begitu terasa dalam sendi kehidupan ini. Pekerjaan rumah yang diberikannya mengajarkan aku untuk bekerja keras dan memiliki rasa tanggung jawab. Motivasi dan kepribadian baiknya menjadi teladan yang kuikuti. Perjuangannya bukan hanya waktu, pikiran, tenaga, bahkan harta. Guru pelita hidupku. Terima kasih guru.
Biodata Penulis
Dinar Nur Fadilah. Gadis kelahiran Banjar, 8 November 2003 ini bersekolah di SMA Negeri 2 Banjar. Gadis penikmat bacaan Al-Qur’an ini dapat dihubungi melalui [email protected] atau 081292412372. Salam literasi!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar