Buku Bagian dari Hidupku
Buku Bagian dari Hidupku
“Tuntutlah ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat.”
Sejak pertama kali mengenal dunia pendidikan pada jenjang Paud, hal yang pertama disuguhkan adalah buku. Walaupun lebih mengutamakan belajar sambil bermain, tetapi buku menjadi sarana utamanya. Disetiap lembarannya mengenalkan banyak hal-hal kecil yang bermanfaat. Hingga jenjang SD, SMP bahkan SMA pun buku menjadi bahan bacaan. Ditengah-tengah pembelajaran daring semenjak hadirnya Covid-19, tak dapat dipungkiri lagi bahwa teknologi menggantikan rutinitas kegiatan belajar mengajar. Tapi, para guru kembali menugaskan siswanya dengan Lembar Kerja Siswa yang ada di buku.
Di dalam sebuah buku, terpendam ilmu yang sangat banyak. Entah itu ilmu pengetahuan ataupun sepenggal kisah yang sarat akan makna dan hikmah. Maka bagaimana tidak cinta, jika buku selalu membersamai kita?
Ketika aku sakit, jangankan untuk berdiri. Duduk saja rasanya tidak mampu. Rasa pusing selalu menyelinap dalam kepala. Kasur menemani tubuh untuk kembali tertidur. Bosan seringkali hadir. Sebuah buku dengan tebal 400 halaman berhasil menjadi sorotan. Dengan sedikit menguatkan diri, membaca lembar demi lembar. Dalam waktu yang cukup singkat, buku itu habis dibaca meski dalam keadaan sakit.
Selain itu, perpustakaan adalah hal yang paling di incar saat tiba di sekolah. Kala jam istirahat tiba, langkah ku menyusuri jalan tergesa-gesa untuk dapat membaca. Tak banyak pengunjungnya. Hanya beberapa orang dengan kacamata tebalnya.
Bercerita tentang buku, seringkali dikaitkan dengan menulis dan membaca. Cinta itu hadir ketika tengah mengarungi keduanya. Orang yang suka membaca buku biasanya dikatakan sebagai kutu buku. Padahal pada dasarnya, mereka sedang mengenal banyak sejarah. Orang yang bijak adalah orang yang paham akan sejarahnya. Ketika kita mengetahui bagaimana cara hidup orang terdahulu, apa yang dialaminya dahulu, kita pasti tidak akan jatuh pada lubang yang sama. Sejarah juga memberikan banyak ilmu dan wawasan meskipun tidak pernah mengalaminya.
Dikutip dari Pikiran Rakyat “Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.” Hal ini tentu menjadi sebuah keterpurukan. Sebagai pemuda, saya memiliki andil dalam meningkatkan minat baca dan cinta buku.
Kecintaan buku pun tak cukup sampai disitu. Menulis menjadi bukti betapa ingin orang lain mengetahui ilmu yang ku ketahui. Aku tidak ingin ilmu itu berhenti hanya sampai pada ku. Tapi aku juga ingin, kalian mencintai buku seperti aku juga telah mencintainya. Maka pada bulan Oktober lalu, sebuah buku tertera nama ku dengan indah. Ada rasa bangga menyelinap dalam diri. Namun, aku kembali berpikir. Ini pun karya buku orang-orang terdahulu yang membuat ku bisa menulis. Buku itu berjudul Dia dan Rindu. Aku harap suatu saat nanti, buku-buku itu menjadi amal jariyah yang tidak akan ada putusnya.
Jika buku adalah jendela dunia, maka membaca adalah kuncinya. Cintailah buku, maka kita akan mencintai dan mendapatkan banyak hal di dalamnya.
Terima kasih........
Sukanegara, 3 November 2020
Ketika malam datang dengan
ciri khasnya.
Biodata Penulis
Nama: Dinar Nur Fadilah
Tempat tanggal lahir: Banjar, 8 November 2020
Instansi: SMA Negeri 2 Banjar
Jabatan: Pelajar
Email: [email protected]
No wa: 082120072238
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar