A Young Time Traveler (Bagian Satu)
Menemukan Portal
“Bwosh…” suara portal yang hampir mirip dengan lubang hitam itu mengunjungi laboratorium Deolinda yang saat itu sedang meneliti.
“Ini sangat membingungkan, kenapa portal tersebut muncul secara tiba-tiba? Bahkan, aku ta tahu portal apa itu,” kata Deolinda. Bulan sudah menampakkan dirinya di langit malam. Deolinda hanya takut akan ada monster, hantu, atau apa pun yang menyeramkan muncul di dalam portal itu.
Deolinda membiarkan portal tersebut, tapi lama kelamaan ia semakin penasaran, ada apa saja di dalam portal tersebut.
“Ayo linda kamu harus berani!” ujar Deolinda di dalam hatinya, lalu Deolinda memberanikan diri untuk masuk ke portal tersebut. “Bwosh…” Deolinda menghilang dari laboratorium tersebut, bersamaan dengan hilangnya portal yang semula ada di sana.
Pada saat ia melompat dan masuk ke portal ia menutup matanya, Deolinda memberanikan diri untuk membuka matanya tersebut.
“Ha-hey, dimana jasku?” kata Deolinda ketika sudah membuka matanya. “kenapa semuanya hanya berwarna ungu dan biru?” tanya Deolinda, ia bahkan bertemu dengan hewan-hewan aneh yang belum pernah ia teliti.
“Brak!” Deolinda terjatuh dan terbangun di dalam gua. “Hey, di mana aku? Dan kenapa di depan gua ini ada sebuah kota metropolitan yang megah? Bahkan dari sini sudah terlihat jelas ada sebuah mobil terbang,” kata Deolinda. Deolinda ketakutan di dalam gua tersebut, namun dari tadi ternyata ia sudah di notice oleh seorang gadis, yang seperti semumurannya.
“Hei! Siapa di situ?” Tanya Deolinda ke gadis tersebut, gadis itu mendekat ke arah Deolinda.
“Kamu tidak apa-apa?” kata gadis asing yang mau menolong Deolinda.
“Ya, aku tidak apa-apa, tapi dimana aku? kenapa aku berada di dalam gua? dan kenapa di kota itu ada mobil terbang?” tanya Deolinda kebingungan.
“Ini kan Tahun 2050, wajar saja kenapa di kota tersebut serba canggih,” kata gadis asing tersebut.
“Eh…! Apa? Padahal tadi masih tahun 2020.. dan ngomong-ngomong namamu siapa?” jawab Deolinda.
“Eh…. Benarkah! Aku Aleta, lalu namamu siapa?” Aleta tanya balik.
“Namaku, Deolinda.” Tiba-tiba Aleta kaget.
“Namamu Deolinda kirana, yang telah meraih gelar profesor di usiamu yang masih berumur 14 tahun, itu bukan?!” tanya Aleta memastikan.
“Iya, memangnya kenapa kamu begitu kaget?” kata Deolinda.
“Aku sangat suka membaca buku tentang perjalanan waktumu!” jawab Aleta.
“Wah… ternyata aku akan membuat buku ya..” kata Deolinda dalam hati. “beep-beep” suara gelang Aleta.
“Aak Aleta, dimana kamu ini sudah jam 05.00 PM lho, dan siapa di sampingmu itu?” Suara ibu Aleta yang muncul dari gelang tersebut, dan serta wajah ibu Aleta juga nampak dari layar gelang tersebut.
“Ini Deolinda kirana loh, Ma! Porfessor yang umurnya 14 tahun!” jawab Aleta.
“Bukannya dia sekarang usianya 41 tahun ya?” kata ibu Aleta.
“Maksudnya dia dari tahun 2020 lalu tiba-tiba ada di tahun 2050 lho…” jawab Aleta.
“kok bisa, mama enggak percaya, kalau penjelajah waktu itu ada!” kata ibu Aleta.
“Ada kok, Mah, nanti aku tunjukkin bukunya deh…” jawab Aleta.
“Mungkin itu buku fiksi Aleta…” kata ibu Aleta.
“Ah, yaudah aku pulang sekarang!”
“Beep.” Suara yang artinya menyudahi video call tersebut.
“Deolinda, pegang tanganku!” kata Aleta.
“Memangnya kenapa?” kata Deolinda.
“Sudahlah peganglah saja!” jawab Aleta, Deolinda akhirnya memegang tangan Aleta. “Suda-“ kata Deolinda yang belum selesai bicara. Mereka berdua hilang dari gua tersebut.
“Deolinda, bukalah matamu, kita sudah sampai di rumahku!” kata Aleta.
“Loh kenapa kamu mengajakku kesini Aleta?” kata Deolinda.
“Aku kesepian dan tak punya saudara, semoga ayah dan ibuku mengijinkanmu tinggal disini beberapa saat, sampai portal tersebut muncul lagi” jawab Aleta.
“Tap-tap-tap.” Suara langkah kaki ayah dan ibu Aleta.
“Aleta mengapa kamu mengajak dia kesini,” kata ibu Aleta. “Tentu saja untuk tinggal bersama kita sementara waktu, Ma!” jawab Aleta. “Hmm… ya sudah Deolinda kamu tidur di kamar Aleta saja ya,” kata ayah Aleta.
“Baiklah, Tante..” jawab Deolinda.
“Terimakasih, ayah!” kata Aleta
“Sama-sama, Nak Aleta.”
“Ayo Deolinda pegang tanganku lagi, kita akan pergi ke kamarku!” kata Aleta.
“Oke,siap!” jawab Deolinda.
“Buka matamu.. kita sudah sampai!” kata Aleta, Deolinda pun melihat seisi kamar Aleta, semuanya serba canggih dan amazing!.
“By the way, Aleta kenapa, tadi kita tidak berjalan kaki saja?” tanya Deolinda.
“Um.. aku malas hehe..” jawab Aleta.
“Sekarang aku akan memandumu mengelilingi kamar ini dan seisi rumahku!” kata Aleta.
“Oke,itu bantal dan Kasur..” kata Aleta.
“Kalau itu aku juga tahu kok.. yang lainnya dong!” kata Deolinda.
“Oke mau main computer masa depan?” tanya Aleta.
“Tentu saja mau, aku saja sudah membayangkannya sejak aku masih kecil!” jawab Aleta.
Aleta pun menunjukkan computer tersebut, memang benar-benar tak seperti computer pada umumnya, layarnya terbang tapi tanpa bingkai dan untuk keyboardnya sangat sederhana. Deolinda kagum dan takjub akan teknologi masa depan yang canggih.
“Oke, sekarang mari kita ke dapur, by the way ibuku sedang memasak di sana,” kata Aleta.
“Aku juga tahu kok,” jawab Deolinda. Setelah sampai di dapur menggunakan teleportasi, Deolinda haus dan bertanya, “Aku haus apakah ada air?”
“Tentu saja ada Deolinda, ini kuambilkan,” jawab Aleta.
“Kenapa tidak ada gelas di sini?” Tanya Deolinda
“Tentu saja tidak ada, karena airnya sudah berbentuk bola tanpa ada plastic atau apapun untuk membuatnya,” jawab Aleta.
“Ini bentuknya seperti jelly yang berbentuk bola!” kata Deolinda. “Tapi rasanya tetap seperti air pada umumnya huhu..” kata Deolinda sambil menelan air tersebut.
Tiba-tiba Aleta memegang tangan Deolinda, dan teleportasi ke ruang keluarga.
“Hei, kenapa kamu tidak memberitahuku kalau akan ke ruang keluarga?” kata Deolinda.
“Kamu kan tidak memberitahu ke aku, kalau kamu memberitahu,” kata Aleta sambil bercanda.
“Ah.. sudahlah mari kita berkeliling di ruang keluarga ini.”
Setelah 5 menit mereka berdua selesai berkeliling di rumah Aleta, mereka kembali ke kamar sambil mengobrol bersama, “Bagaimana perasaan dan ratingmu saat kamu mengelilingi rumahku ini Deolinda?” tanya Aleta.
“Tentu saja perasaanku sangat takjub, barang-barang di sini sangat canggih, bahkan aku ingin membawanya pulang he he..” jawab Deolinda.
“Oke.. tapi kamu lupa meratingnya…” kata Aleta.
“Tentu saja…. 1000000000+ bintang untuk rumahmu ini!” jawab Deolinda.
“Terimakasih Deolinda!” kata Aleta.
“You are welcome,” jawab Deolinda.
“Widih… Bahasa inggris..” kata Aleta.
“Yes. He he he.” Deolinda tertawa.
Hari sudah mulai malam di sana, adzan maghrib juga sudah terdengar.
“Allahhuakbarallahhu Akbar.” Suara azan maghrib.
“Ini sudah mulai magrib, ayo kita shalat Deolinda, kamu bisa memakai mukenaku yang lain,” kata Aleta.
“Baiklah,” jawab Deolinda. Semua yang ada di rumah Aleta berjamaah.
Setelah shalat Aleta dan Deolinda mengobrol di kamar sambil menunggu hidangan makan malam selesai.
“Besok kami sekeluarga mau bertamasya, apakah kamu mau ikut Deolinda?” tanya Aleta.
“tentu saja aku mau, bahkan aku ingin sekali melihat lebih banyak lagi!” jawab Deolinda.
“Makanan sudah siap!” kata ibu Aleta di dapur.
“Mari kita lomba siapa yang lebih cepat sampai di dapur dialah pemenangnya,” kata Deolinda.
“Ayo! siapa takut!” jawab Aleta.
“1,2,3 go!” kata Deolinda. Deolinda berlari dengan sangat cepat sedangkan Aleta menggunakan teleportasi.
Ternyata setelah sampai dapur yang tercepat ialah Deolinda, Deolinda dengan bahagia merayakan perlombaan kecilnya tersebut. “Yeeey.. aku menang he he he,” kata Deolinda.
“Jangan sombong dulu, ayo kita berlomba, siapa yang duluan duduk di kursi dialah pemenangnya! 1,2,3!” kata Aleta.
Setelah berlari menuju kursi ternyata tidak ada pemenangnya, kursi tersebut malah jatuh.
“Aduh.. maaf ya tante saya menjatuhkan kursinya,”kata Deolinda meminta maaf kepada ibu Aleta.
“Ya tidak apa-apa, tetapi lain kali hati-hati ya Deolinda!” jawab ibu Aleta.
Mereka sekeluarga dan Deolinda memakan, makanan yang dihidangkan bersama-sama.
“Ma.. yah, besok jadi kan tamasyanya?” tanya Aleta kepada ibu dan ayahnya.
“Tentu saja jadi, Nak. Deolinda ikut juga kan agar tidak kesepian di rumah?” jawab ayah Aleta.
“Tentu saja dia ikut, agar tak kesepian di rumah ini!” kata Aleta.
“Oh ya Deolinda besok kalau bajumu kotor lagi pinjam punya Aleta saja ya!” kata ibu Aleta.
“Oke tante! Oh iya masakan tante sangat enak saya tidak pernah merasakan makanan selezat ini lho tante!” jawab Deolinda.
“Terimakasih Deolinda, ngomong-ngomong nama orangtuamu siapa?” tanya ibu Aleta.
“Um... nama orangtua saya adalah Kirana Linda dan Deo,” jawab Deolinda.
“Apakah mereka masih sehat?” tanya ayah Aleta.
“Mereka semua sudah pergi saat saya masih berumur 5 tahun, saya juga tak punya saudara jadi saya tinggal sendirian di rumah,” jawab Deolinda.
Semua keluarga Aleta terkejut mendengar hal itu, “Yang sabar ya Deolinda..” kata Aleta.
Tiba-tiba adzan Isya terdengar “Allahu akbar Allahu akbar!” suara adzan isya.
“Sudah masuk waktu isya, ayo kita wudhu lalu berjamaah,” kata ayah Aleta. Semuanya wudhu secara bergantian lalu berjamaah seperti pada waktu maghrib lagi, setelah itu Aleta dan Deolinda pergi ke kamar lagi.
“Deolinda aku punya cerita horror loh.. mau dengar? tapi nanti saja ya jam 9 malam he he he he…” kata Aleta.
“Oke,siap!” jawab Deolinda. “Tapi, kita sekarang ngobrol apa ya?” tanya Aleta.
“Aku juga tidak tahu,he he he,”jawab Deolinda.
“Ya sudahlah cerita horrornya sekarang saja daripada tidak mengobrol tentang apa pun! tapi kamu juga harus cerita ya..” kata Aleta.
“Tentu saja, aku akan bercerita! mungkin ceritaku lebih menakutkan daripada punyamu!” jawab Deolinda.
“Pada saat itu ada anak yang ikut pramuka,semuanya disuruh mengelilingi sekolahan pada malam hari tapi semua anak tidak boleh di temani siapapun. Tapi, untungnya ada kakak-kakak pembina yang akan berjaga di setiap jalannya,anak tersebut akhirnya mengelilingi seluruh sekolah, dan anehnya saat anak tersebut berada di depan kamar mandi,anak tersebut melihat seorang ibu-ibu memakai daster berwarna putih polos menuju ke kamar mandi, sebelumnya anak itu mengira ibu-ibu kantin yang datang ke sekolah pada malam hari, jadi intinya dia pada saat itu tidak takut, setiap ia melangkah ia selalu kembali di depan kamar mandi dan juga kakak-kakak pembina yang menjaga menghilang,akhirnya dia ketakutan dan ke kamar mandi untuk menanyakan kepada ibu-ibu tersebut, ia terus bertanya tetapi sayangnya ibu-ibu tersebut tak merespo. ia akhirnya membuka pintu,walau baginya hal tersebut kurang sopan. Ternyata setelah ia masuk ke dalam ibu-ibu tersebut kepalanya hilang, ia kaget dan akhirnya pingsan sampai pagi, dan ditemukan oleh guru, dan kakak-kakak Pembina lainnya. Selesai!” kata Aleta.
“Hmmm… aku gak ketakutan, he he he,”kata Deolinda.
“Ya sudah ceritakan ceritamu pasti ceritaku lebih seram!”jawab Aleta.
“Pada suatu hari ada adik, kakak, dan ibunya mengaji di masjid setelah Shalat Ashar, tetapi adiknya tidak ikut mengaji dia hanya mendengarkan,setelah beberapa menit akhirnya dia bosan,adiknya pun mengatakan ibu… bolehkah aku bermain di luar? Ibunya menjawab.
“Hmm… baiklah, tapi jangan jauh-jauh dari masjid ya dik, adik tersebut akhirnya keluar dari masjid, ia bermain sendirian tapi ada anak yang memperhatikannya dari tadi dan mengatakan hei kamu mau ikut aku bermain? Lalu adik menjawab, “Tentu mau aku bosan bermain sendirian!”
Anak tersebut berkata lagi, “Ayo ikuti aku!” Adik pun mengikuti ke mana arah anak tersebut pergi, ketika kakak dan ibu telah selesai mengaji, mereka memanggil, “Adik, dik.. adik!” tapi tak ada respon dari sang adik.
Kakak bertanya, “Bu..adik kemana ya?” Ibu menjawab ibu juga tak tahu. Padahal ibu suruh bermain di sekitar masjid saja. Ibu dan kakak akhirnya mencari sampai ke hutan, mereka menemukan adik di dekat pohon mangga dan bermain bersama anak yang di belakangnya terdapat wewe gombel. Kakak dan ibu terkejut, Ibu mengatakan, “Kamu di sini dulu, kak. Ibu akan mencari pertolongan! Lalu adik pun tahu suara ibu lalu ia menoleh dan mengatakan, “Hai kakak.. aku punya teman baru!
Kakak pun menjawabnya, “Hati-hati, Dik, itu adalah perangakap, pada saat kakak mengatakannya semua warga akhirnya pergi ke tempat pohon mangga tersebut berada, mereka membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian anak dan wewe gombel tersebut menghilang. Akhirnya ibu menyesal telah memperbolehkan adik keluar saat sore hari. Tamat..” kata Deolinda.
“Ceritanya tidak seram sama sekali,” kata Aleta.
“Sepertinya cerita kita berdua tidak ada yang seram.. he he he” jawab Deolinda.
“Kalau begitu bagaimana kita cerita tentang mimpi saja hmm..?” tanya Aleta.
“Hmm boleh juga ayo,” kata Deolinda.
“Kamu duluan ya…” kata Aleta “aku pernah bermimpi ada kucing di jalan, yang jadi manusia, saat aku melihatnya,a ku mengikuti kucing tersebut entah kemana ia pergi, ternyata ia ke rumahku dan dia mengetuk pintu rumahku. aku bertanya kepadanya, “Siapa kamu dan mengapa kamu dari kucing berubah menjadi manusia, lalu mengapa kamu ke rumahku apa urusanmu denganku!?” Lalu dia berkata, “Tentu saja aku mencari orang tuamu aku ada urusan dengan mereka, lalu aku menjawab lagi bukannya orangtuaku sudah pergi saat aku berusia 5 tahun,apakah kau tidak tahu tentang hal tersebut?”
Tiba-tiba orangtuaku datang membuka pintu, ayahku kemudian berkata, “Bicara apa kamu ini Deolinda, kami tidak pergi meninggalkanmu, kami masih ada di rumah bersamamu setiap hari.Ibuku juga berkata, Iya betul. kata ayahmu, kita tak pergi Deolinda, lalu aku kaget mendengar kata-kata ayah dan ibuku,sampai aku saja saat bermimpi tentang itu, aku berkeringat dan juga menangis tanpa kusadari,” kata Deolinda.
“Wah.. sedih juga ya..” jawab Aleta.
“Oke... cepat ceritakan mimpimu Aleta!” kata Deolinda.
“Aku bermimpi, kalau kota ini diserang oleh alien, alien tersebut menggunakan UFO untuk berangkat ke bumi, aku hanya dapat melihat dari jendela dengan penuh rasa takut, alien-alien tersebut telah menghancurkan gedung-gedung pencakar langit dan juga semua benda di kota misalnya mobil, pesawat, dan lain-lain, aku hanya berharap pada saat itu orangtuaku tidak ditangkap oleh alien-alien tersebut,aku hanya berdoa terus menerus, dan tanpa kusadari UFO telah menghancurkan rumahku aku dan keluargaku, ditangkap dan dimasukkan kedalam UFO tersebut,aku melihat banyak sekali orang-orang, yang diikat dengan tali ,aku pun juga diikat dengan tali tersebut, kemudian setelah terkumpul semua orang alien tersebut menembaki semua orang yang ada di sana menggunakan laser,dan pada saat itu aku terbangun, tamat..” kata Aleta.
“Wah... gerne fantasy, ya aku suka..!” jawab Deolinda tiba-tiba robot pengingat menghampiri kamar Aleta.
“Waktunya tidur.. waktunya tidur,” kata robot pengingat tersebut, Aleta lalu memencet tombol di atas kepala robot tersebut.
“Oke, good night,” kata robot pengingat sambil pergi meninggalkan kamar Aleta.
“Good night, Deolinda. ”kata Aleta.
“Tunggu sebentar Aleta, aku mau bertanya!” kata Deolinda.
“Apa itu Deolinda? Aku sudah mengantuk..” jawab Aleta.
“Kenapa kamu memakai benda aneh tersebut dibagian matamu?” Tanya Deolinda.
“Aku sebenarnya buta dari lahir jadi aku memakai ini untuk bisa melihat, sudah ya aku mau tidur jika kamu masih tak bisa tidur, bacalah buku di meja belajarku,mungkin itu akan membuatmu mengantuk Deolinda,” jawab Aleta.
Deolinda kemudian mengambil buku di meja belajar Aleta sebelum tidur karena masih belum mengantuk, tapi saat Deolinda membuka buku tersebut, buku tersebut malah mengeluarkan suara, “Nina bobo,oh nina bobo… kalau tidak bobo di gigit nyamuk..” yang konon jika menyanyikannya akan memanggil arwah helenina ke tempat tersebut.
Deolinda menutup buku tersebut karena ia takut akan memanggil arwah itu kemari. Ia malah tak bisa tidur sama sekali karena ketakutan, dan tak bisa tidur sama sekali di kamar Aleta yang nyaman.
Deolinda mempunyai ide untuk membuka computer Aleta, Deolinda berharap Aleta tak terbangun dengan suara kebisingan oleh lagu, karena saat Deolinda tak bisa tidur sampai tengah malam dia selalu menyalakan lagu favoritnya,setelah Deolinda menyalakan lagunya beberapa menit dia tertidur tapi tidak tertidur di ranjang,dia tertidur di kursi depan computer Aleta.
Keesokan harinya matahari masih belum Nampak,dan alaram juga berbunyi “Ini jam 5,ini jam 5!” Seisi kamar terbangun. Aleta menghampiri Deolinda.
“Hey, Deolinda ayo shalat subuh…” kata Aleta sambil mengucek matanya.
“Ayo,dan maaf ya Aleta aku baru sadar kalau computermu kunyalakan dari malam hingga pagi ini..” kata Deolinda.
“Ah..tidak apa-apa computerku ini setiap lupa tidak dimatikan akan mati dengan sendirinya.
“Wah.. benarkah hebat,”
“Ya sudah ayo kita shalat dulu nanti kan kita tamasya…” kata Aleta.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Joooooos
Woah ide ceritanya si rada mainstream tapi penulisannya mantavvv